Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kencan di Restoran Jepang: Bukan Romantis Justru Ribet Pakai Sumpit. Kencan Amburadul #8

Muhammad Dzal Anshar oleh Muhammad Dzal Anshar
14 Februari 2021
A A
Kencan di Restoran Jepang: Bukan Romantis Justru Ribet Pakai Sumpit. Kencan Amburadul #10 terminal mojok.co

Kencan di Restoran Jepang: Bukan Romantis Justru Ribet Pakai Sumpit. Kencan Amburadul #10 terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sumpit dan sushi tampaknya memang sulit dipisahkan dari restoran Jepang. Padahal bagi saya, keduanya tidak cocok, sangat tidak cocok.

Bukan di malam yang dingin dan gelap sepi benak saya terbayang pada kisah kita. Untuk kamu, perempuan yang ada dalam kenangan, atau apalah namanya. Perlu kamu tahu, bukan maksud saya mengenang kembali momen paling ampas dalam dunia per-bucin-an yang pernah teralami ini, sama sekali bukan.

Semua ini hanya karena saya terpaksa dan dipaksa oleh redaktur Mojok untuk mengorek kembali cerita itu. Sebuah cerita yang seharusnya sudah saya lupakan dan memang begitu. Mulai dari sini kita akan berhenti memakai kata “kamu” dan menggantinya dengan kata ganti ke-3. Pasalnya, ini memang bukan tentang kamu, melainkan tentang sumpit dan sushi: dua hal yang sangat tidak cocok dan tidak boleh dipertemukan, terutama dalam satu meja makan.

Kita melintas ke masa pada 2018 silam atau mungkin 2019. Sudah saya bilang, saya tidak terlalu mengingatnya. Saat itu, saya yang masih tergolong sebagai seorang fresh graduate sudah memiliki pekerjaan sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah elite di Makassar. Saya katakan elite karena SPP-nya sekitar Rp1 jutaan per-bulan. Selain itu, anak-anak yang sekolah di sana berasal dari kalangan menengah ke atas. Mereka kalau dijemput pakai mobil dan bikin Jalan Hertasning perbatasan Gowa-Makassar terlihat seperti Jakarta.

Tentu saja dengan status sebagai pemuda yang sudah memiliki pekerjaan, ditambah dengan wajah saya yang good looking, plus kepribadian yang humoris tapi intelek, saya memiliki segalanya untuk menjadi seorang F*kboy profesional.

Satu hal yang membuat saya berani lebih dekat dengan wanita adalah karena saya merasa sudah memiliki pekerjaan. Setidaknya kalau harus gengsi-gengsian ngajak mereka makan, saya tidak lagi terbebani dengan kalimat, “Orang pacaran pakai modal orang tua, nggak boleh menghina jomblo yang bekerja membantu orang tua.”

Dengan gaji yang lumayan bagi saya, saya merasa tak ada salahnya mengambil risiko: membiarkan dia yang menentukan tempat makan. Dengan beberapa opsi default yang tentu saja semuanya adalah tempat makan yang Instagram-able.

Meski bisa saja saya mengajak dia makan di Sari Laut pinggir jalan. Saya pun tak gengsi dengan itu. Namun kali ini, saya memang sedang ingin menikmati makanan orang “kota”. Kalau hanya lalapan, hampir tiap hari saya makan. Saya sudah overload karbohidrat, lemak tak jenuh, plus air es. Bagaimanapun, pemilihan tempat makan ini juga demi kesehatan yang lebih baik.

Baca Juga:

Sushikun, Tempat yang Bikin Saya Jatuh Cinta dengan Sushi

“Sushi Terrorism” di Restoran Sushi, Bukti Orang Jepang Juga Bisa Norak

Dia yang sejak awal memang sedang ingin makan sushi karena ngiler dengan story Instagram temannya, akhirnya memilih sebuah restoran Jepang. Seingat saya, kami janjian ketemu di lokasi setelah Magrib.

Makan malam di restoran Jepang itu tidak hanya dihadiri oleh kami berdua. Dia ditemani oleh seorang temannya dan seorang lagi yang sepertinya kebetulan sedang ada di tempat makan itu. Mereka tiba lebih dulu. Namun, saya sebagai lelaki hadir sendirian. Selain karena saya gentleman, setidaknya saya tidak akan mengeluarkan uang lebih untuk menanggung seorang lagi.

Begitu masuk, suasana dan interiornya benar-benar berbeda dengan warung-warung langganan saya. Melihat kondisi di sana saya sedikit merasa awkward.

Saya duduk dan mencoba bersikap natural. Meski saya sadar, sepertinya saya tidak bisa menutupi perasaan nggak nyaman. Namun, saya bukan tipe lelaki yang jaim dan trying so hard untuk terlihat rileks. Saya tetap bersikap apa adanya. Bahkan saat memesan makanan, saya tak sungkan untuk membiarkan dia yang memutuskan mana yang enak, menegaskan bahwa saya sama sekali tidak biasa makan di tempat seperti ini.

Setelah menunggu lama dengan diselingi momen-momen ampas, hidangan pun tiba. Kebanyakan adalah sushi, disusul dengan mangkuk besar berisi mi dan sayuran, serta teh. Saya pesan teh tawar, sengaja ingin mencicipinya karena selama ini hanya minum teh manis.

Sushi di restoran Jepang tersebut ditata rapi, dikelilingi saus yang bisa dikombinasikan sendiri. Sebuah tatanan yang ampuh untuk menggugah rasa lapar dan tidak sabar untuk segera menikmatinya.

Sesaat sebelum memulai makan, saya menyadari bahwa di antara perabot je-Jepang-an itu, nggak ada sendok, hanya sumpit yang harus dibuka sendiri dari bungkusnya. Tampilannya elite, di film-film Jepang saja sepertinya sumpitnya tidak sebagus itu.

Baiklah, lagi pula apa, sih, susahnya makan pakai sumpit? Pikir saya. Dengan beberapa penyesuaian saya mencoba meraih sushi pertama. Sial. Rupanya ini tidak semudah dan se-estetik di anime Jepang. Sushi yang terlihat sudah terpegang oleh sumpit beberapa kali terlepas saat saya mulai terangkat. Ia seperti hidup dan sedang mempermainkan saya.

Saya mencoba teknik lain dengan menusuk-nusuk hingga menjadi bagian kecil. Sushi pertama berhasil saya nikmati dengan susah payah. Namun, perjuangan masih berlanjut, entah sampai sushi ke berapa?

Hal yang harus terjadi akhirnya terjadi. Sushi itu terjatuh ke meja. Sebagaimana saya yang apa adanya, potongan itu saya ambil dengan tangan kemudian saya makan. Hal yang seharusnya saya lakukan sejak awal. Akan tetapi, pada akhirnya saya meminta sendok. Bukan karena malu, tapi karena memang lebih efektif jika saya memakannya pakai sendok.

Soal kelanjutan kencan dengan dia? Saya tak terlalu mengingatnya. Namun yang jelas saya belajar untuk bersikap apa adanya dalam keadaan apa pun, termasuk dalam agenda kencan sekalipun.

*Kencan Amburadul adalah segmen khusus, kisah nyata, momen asmara paling amburadul yang dialami penulis Terminal Mojok dan dibagikan dalam edisi khusus Valentine 2021.

BACA JUGA Pengalaman Memalukan Saat Pertama Kali Makan di Restoran Jepang dan tulisan Muhammad Dzal Anshar lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Februari 2021 oleh

Tags: kencan amburadulrestoran jepangsumpitsushi
Muhammad Dzal Anshar

Muhammad Dzal Anshar

Orang lapar, disayang Tuhan.

ArtikelTerkait

Ngedate Pertama Berujung Salat Pertama Setelah Sekian Lama. Kencan Amburadul #4 terminal mojok.co

Ngedate Pertama Berujung Salat Pertama Setelah Sekian Lama. Kencan Amburadul #4

14 Februari 2021
restoran jepang pengalaman sumpit surabaya mojok

Pengalaman Memalukan Saat Pertama Kali Makan di Restoran Jepang

13 Oktober 2020
Makan Sushi Mentah Memang Bukan Budaya Kita Terminal Mojok

Makan Sushi Mentah Memang Bukan Budaya Kita

9 April 2022
PDKT Berujung Tidur Di Masjid. Kencan Amburadul #5 terminal mojok.co

PDKT Berujung Tidur Di Masjid. Kencan Amburadul #5

14 Februari 2021
Berharap CLBK, Kencan Romantis yang Dijanjikan Ternyata April Mop Belaka. Kencan Amburadul #11 terminal mojok.co

Berharap CLBK, Kencan Romantis yang Dijanjikan Ternyata April Mop Belaka. Kencan Amburadul #11

14 Februari 2021
Mencari Jodoh, Main ke Rumah Mewahnya, Mudur Perlahan Kemudian. Kencan Amburadul #7 terminal mojok valentine

Mencari Jodoh, Main ke Rumah Mewahnya, Mundur Perlahan Kemudian. Kencan Amburadul #7

14 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.