Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kesehatan

Kenapa sih, Orang Dewasa Suka Sekali Menakut-nakuti Anak Kecil?

Siti Halwah oleh Siti Halwah
12 Agustus 2019
A A
orang dewasa

orang dewasa

Share on FacebookShare on Twitter

Sewaktu kecil, orangtua pernah melarang saya dan kakak saya bermain katak. Mereka mengatakan bahwa katak adalah hewan menjijikkan, air seninya dapat membuat manusia buta. Sejak saat itu—hingga sekarang—saya dan saudara saya takut—menjurus fobia—pada katak. Tiap kali melihat katak, saya sudah menjerit dan lari ketakutan.

Teman SMP saya suka sekali melihat dokter yang menyelamatkan hidup orang lain. Ia bahkan mengoleksi drama korea bertema seputar kedokteran. Baginya, dokter sama halnya dengan pahlawan.

Saya kemudian menyarankan ia agar mengambil jurusan kedokteran saja saat kuliah nanti. Namun, ia bilang itu adalah hal yang tidak mungkin. Dia takut darah karena sejak kecil sudah mendapatkan stigma bahwa darah adalah hal menjijikkan.

Keponakan saya yang baru berusia 7 tahun sering ditakut-takuti oleh orangtuanya mengenai hantu yang bersembunyi di kegelapan. Orangtuanya mengatakan bahwa hantu selalu bersembunyi di tempat-tempat gelap dan suka memakan anak-anak. Mereka bahkan pernah berpura-pura menjadi hantu dan membuat suara-suara menyerupai hantu—dalam TV—hanya untuk membuat anaknya tidak di dalam rumah sendirian. Hingga kini, keponakan saya selalu takut kegelapan.

Peristiwa yang terjadi pada saya, saudara, teman dan keponakan saya mungkin hanya sebagian kecil dampak dari perilaku menakut-nakuti yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa. Merasa memiliki tubuh, usia bahkan pengetahuan lebih, kerap kali membuat orang dewasa suka sekali menakut-nakuti anak kecil mengenai hal-hal yang sebenarnya belum tentu seperti yang ia katakan.

Orang dewasa sering melebih-lebihkan fakta yang sebenarnya. Mereka jarang berpikir apakah tindakannya akan menimbulkan masalah berkepanjangan—seperti pengalaman saya—atau tidak. Bagi mereka, asalkan si anak diam, tidak mengganggunya, semua selesai.

Solusi singkat yang mereka pikirkan lama-kelamaan justru membentuk semacam pola pikir dan stigma buruk dalam diri si anak. Seperti keponakan saya yang selalu berpikir bahwa di tempat-tempat gelap pasti selalu ada hantu—sehingga harus dijauhi. Akibatnya, keponakan saya bahkan harus tidur dengan lampu menyala.

Dampak buruk lainnya adalah ketika si anak mempengaruhi temannya mengenai apa yang sudah ia dapatkan dari orangtuanya. Sudah bukan hal umum, jika anak-anak memang suka saling mempengaruhi. Keingintahuan mereka serta jiwa tabula rasa membuat mereka mudah mendapatkan pengaruh tanpa harus dipikirkan dengan logika lebih dulu. Bagi mereka, apa yang terjadi pada temannya, dapat pula terjadi pada dirinya.

Baca Juga:

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Guru, Sebaiknya Cari Profesi Lain kalau Nggak Ingin Menyesal Seumur Hidup

Selain orang dewasa, perilaku menakut-nakuti juga sering dilakukan oleh orang-orang yang merasa sudah memiliki pengalaman lebih banyak dari kita. Dulu, ketika sedang menunggu pengumuman penerimaan mahasiswa baru jalur SBMPTN, sepupu saya pernah berkata begini ‘Hati-hati kalau nanti sudah kuliah, awas ketemu mata kuliah Statistika”.

Belum juga duduk mengenyam bangku kuliah, saya sudah ditakut-takuti duluan. Meskipun saya sudah lulus SMA, ternyata pengaruh ucapan dari seseorang yang mengaku berpengalaman masih dapat membolak-balikkan hati saya. Alhasil, ketika semester 5 benar-benar bertemu mata kuliah Statistika, saya masih merasa was-was. Khawatir bahwa mata kuliah Statistika semenyulitkan anggapan sepupu saya. Padahal, dianya saja yang bego.

Menurut saya, dari pada menakut-nakuti, alangkah lebih baiknya jika dijelaskan dengan cara yang sederhana. Menggunakan kata-kata yang dapat dipahami anak kecil. Pengetahuan anak-anak mungkin masih terbatas, tapi mereka dapat memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan jika penjelasannya dapat mereka pahami. Tanpa harus menakut-nakuti yang justru dapat berujung fobia.

Anak-anak juga perlu diberikan penjelasan mengapa beberapa hal harus dijauhi. Dari pada berkata ‘Jangan main lompat-lompat, nanti jatuh” akan jauh lebih baik jika diganti ‘Hati-hati kalau bermain lompat-lompat” atau ‘Boleh tidak main yang lain saja, yang tidak perlu lompat-lompat? Nanti perutnya kena goncangan, mencret”. Saya yakin, mereka akan lebih memahami kalimat kedua dan dapat menuruti nasihat dari kalimat yang ketiga.

Selain itu, anak-anak memang selalu memiliki rasa ingin tahu. Wajar saja. Hal-hal bagi orang dewasa yang dianggap biasa saja, bagi mereka bisa luar biasa. Maka dari itu, sebagai orang dewasa, tugas kita adalah memberikan mereka informasi yang baik juga benar. Baik cara penyampaiannya dan benar informasi yang disampaikan. Bukan justru menjustifikasi bahwa semua hal itu buruk tanpa memberikan mereka kesempatan untuk mengetahui.

Mungkin saja jika dulu orangtua saya  mengatakan ‘Jangan main katak, nanti tangannya kotor. Lebih baik main yang lain saja”, saya tidak akan tumbuh menjadi anak yang memiliki fobia pada katak. Atau teman saya yang mungkin sekarang seharusnya sudah koas di rumah sakit dan mewujudkan mimpinya menolong banyak orang.

Mulai sekarang, berhentilah menakut-nakuti anak kecil. Mereka perlu tahu bahwa dunia tidaklah seburuk pemikiran orang-orang dewasa seperti kita. (*)

 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 4 Februari 2022 oleh

Tags: Anak-Anakcita-citafobiakatakOrang Dewasa
Siti Halwah

Siti Halwah

menulis untuk eksis

ArtikelTerkait

mitos

Andai Orang Dewasa Percaya Mitos

10 Mei 2019
anggota dpr

Menjadi Anggota DPR yang Terhormat adalah Jalan Ninjaku!

10 September 2019
Nobisuke Nobi Adalah Kita, Manusia yang Berpisah dengan Cita-Citanya

Nobisuke Nobi Adalah Kita, Manusia yang Berpisah dengan Cita-Citanya

25 Februari 2022
shinchan

Label Nakal Crayon Shinchan, Bukti Orangtua Asia Tak Pernah Salah

24 Juni 2019
puasa beduk belajar puasa setengah hari mojok

Puasa Beduk, Cara Efektif Mengajari Puasa untuk Pemula. #TakjilanTerminal11

18 April 2021
ICJ satuan waktu sak ududan perokok anak kecil djarum super mojok mulut asbak

Buat para Perokok, Apapun Alasannya, Plis Jangan Nyuruh Anak Kecil Beli Rokok

5 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.