Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Kenapa KKN di Desa Akan Selalu Lebih Berkesan Dibandingkan KKN di Kota

Muhammad Ikhdat Sakti Arief oleh Muhammad Ikhdat Sakti Arief
9 Juli 2019
A A
kkn di desa

kkn di desa

Share on FacebookShare on Twitter

Kuliah Kerja Nyata atau KKN menjadi program kebanyakan kampus di Indonesia. Bisa dibilang KKN juga dianggap sebagai mata kuliah. Kalau mau lulus, ya harus mengikuti program KKN yang diadakan oleh kampus.

Biasanya mahasiswa KKN itu akan ditempatkan di desa-desa. Tujuannya sih supaya bisa ikut membangun pedesaan—katanya. Walaupun saya sih pesimis bisa membangun desa dalam waktu hanya 30 hari. Apalagi kalau program kerja KKN-nya hanya itu-itu saja—buat papan nama jalan, ngecat pagar, buat batas desa, sama bikin acara lomba saat hari-hari terakhir KKN.

Selain ditempatkan di desa-desa yang benar-benar berada di pelosok, juga banyak mahasiswa KKN yang ditempatkan tidak jauh dari kota, bahkan ada yang ditempatkan di kotanya langsung.

Menurut saya, KKN di pinggiran maupun di kota itu tidak ada spesial-spesialnya. Kebanyakan pasti tidak memiliki kesan. Tidak ada tantangan. Semua tercukupi. Apalagi buat mahasiswa yang selain untuk KKN, tujuannya sekaligus untuk liburan. Sudah paling pas kalau KKN-nya di desa.

Saya waktu KKN ditempatkan di desa yang betul-betul pelosok. Kalau saya tidak salah ingat, nama desanya itu Desa Patande. Desa itu ada di Pulau Wawonii (Konawe Kepulauan). Silahkan di search di google untuk tau dimana tepatnya.

Menurut saya, ada beberapa hal berkesan dan layak diceritkan yang kemungkinan mahasiswa yang ditempatkan di perkotaan tidak bisa merasakan.

Pertama, susah sinyal. Ini dulu yang saya rasakan waktu di lokasi KKN—susah sinyal. Bahkan bisa dibilang tidak ada sama sekali. Kalau ada yang mau menelpon untuk keperluan yang betul-betul mendesak, kami harus ke desa tetaangga yang dijangkau oleh sinyal. Jaraknya tidak dekat. Sekitar tujuh kilometer. Jadi memang tidak bisa sering-sering. Bisa menelpon sekali seminggu sudah syukur.

Menjengkelkan, mungkin iya. Apalagi untuk orang-orang yang sudah terbiasa dengan internet. Tapi karena hal itu, kita bisa lebih banyak menggunakan waktu bersosialisai. Lebih bisa menghabiskan banyak waktu bersama buat ngobrol. Bukan hanya sesama mahasiswa, tapi juga dengan warga—terutama sama tuan rumah tempat kita tinggal.

Baca Juga:

5 Hal yang Bikin Saya Kaget Waktu KKN di Madiun

KKN di Bulan Agustus Itu Anugerah Sekaligus Musibah: Gara-gara Proposal Agustusan, Akhir KKN Serasa di Neraka

Kedua, mengenal orang, budaya, dan juga tempat. Di desa, kita bisa mengenal hal-hal baru. Saya ditempatkan di desa yang tepat berada di pinggir pantai. Untuk itu saya jadi tau bagaimana kehidupan orang-orang yang tinggal di pesisir.

Karena desa saya ditempatkan berada di pesisir, pasti kegiatan memancing akan selalu ada. Saya juga pernah mancing waktu KKN. Yang menangkap ikan dengan perahu juga ada. Biasanya melaut pada pagi dan sore hari. Tak jarang warga juga ada yang melaut pada malam hari.

Uniknya, kata orang tempat saya tinggal di posko KKN, tidak ada warga yang berprofesi sebagai nelayan. Hasil tangkapan hanya untuk disantap sendiri. Mungkin karena di desa itu tidak ada pasar. Jadi lauk yha dicari sendiri di laut.

Hal yang juga baru pertama kali saya temui adalah seluruh warga desa berbicara dengan bahasa daerah. Mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Mereka hanya bicara dengan Bahasa Indonesia ketika berbicara dengan kami.

Tempat wisata di desa juga unik-unik. Karena di pesisir, pantai sudah pasti ada. Tapi yang tak kalah menarik adalah tempat-tempat yang memiliki cerita legenda. Misalnya saja Air Terjun Tumburano. Sekali lagi, silahkan dicari di internet untuk lebih jelasnya.

Ketiga, kesan. Saya cukup yakin, KKN di desa itu selalu meninggalkan kesan. Hal-hal yang layak di kenang dan menarik untuk diceritkan. Sesuatu yang kemungkinan mahasiswa yang KKN di kota tidak akan pernah dapatkan.

Ada beberapa hal yang membuat KKN di kota itu kurang memiliki kesan. Ini berdasarkan yang saya lihat dan juga berdasarkan cerita dari beberapa teman yang kebetulan KKN di kota. Pertama, semua kebutuhan tersedia. Di kota nggak mungkin tidak ada sinyal atau kekurangan air. Semua berjalan normal seperti biasanya. Kedua, mahasiswa yang KKN di kota selalu bisa pulang ke rumahnya sendiri. Bahkan saking dekatnya dengan rumah, tidurnya tidak di posko KKN lagi. Bisa pulang tiap hari.

Satu hal yang menjadi pertanda kalau KKN itu berkesan atau tidak. Hal itu adalah air mata. Mahasiswa yang KKN-nya berkesan, pasti nangis saat akan pulang. Sekuat apapun kita tahan, mata pasti setidaknya berkaca-kaca. Kalau selesai KKN terasa biasa saja, berarti memang tidak ada kesan sama sekali.

Saya memang tidak bisa memberikan stereotip bahwa KKN di kota itu tidak berkesan. Tapi kesan yang didapatkan pasti jauh berbeda dengan kalau kita KKN di desa.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: kesan kknkesenjangan desa dan kotaKKNsusah sinyal
Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Nama saya Ikhdat, seorang pengangguran (semoga cepat dapat kerja) pecinta senja, penikmat kopi (biar dibilang anak indie) yang suka nulis.

ArtikelTerkait

Pengalaman KKN Internasional di Thailand Selatan: Masyarakat Berbahasa Melayu, tapi Terasa Asing di Telinga

Pengalaman KKN Internasional di Thailand Selatan: Masyarakat Berbahasa Melayu, tapi Terasa Asing di Telinga

23 Januari 2024
kkn di desa

Program Kerja Mahasiswa KKN yang Itu-Itu Saja

12 Mei 2019
mantan pacar

Pacarku Dapat Pacar Baru di Lokasi KKN

10 Juni 2019
5 Alasan Putus Sama Pacar karena KKN (Unsplash.com)

5 Alasan Putus Sama Pacar karena KKN

28 September 2022
KKN daring MOJOK.CO

KKN Daring yang Katanya Sebatas Fiksi dan Tidak Berguna untuk Mahasiswa

6 Juli 2020
Desa Bumiayu Magelang, Desa Paling Seronok untuk KKN (Unsplash)

Benefit KKN di Kota Memang Banyak, tapi KKN di Desa Jauh Lebih Seronok. Apalagi di Desa Bumiayu Magelang!

8 September 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.