Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Kenangan Bersama Telepon Rumah dan Wartel

Utamy Ningsih oleh Utamy Ningsih
15 Juli 2019
A A
telepon rumah

telepon rumah

Share on FacebookShare on Twitter

Jauh sebelum telepon seluler ramai digunakan, orang-orang berkomunikasi dengan telepon rumah. Entah itu telepon rumah punya sendiri, punya tetangga, atau pun punya orang lain—alias wartel.

Sebagai sobat misqueen tentu saja saya tidak pernah punya telepon di rumah. Jadi tidak pernah merasakan yang namanya rebutan sama adik di rumah untuk mengangkat telepon saat telepon berbunyi. Pengalaman yang saya punya sekadar numpang terima telepon di rumah tetangga dan menelepon orang lain di wartel.

Dulu, di dekat rumah saya yang punya telepon di rumahnya cuma dua. Dan dua-duanya mengizinkan para tetangga—termasuk keluarga saya—untuk memberikan nomor telepon rumah mereka. Jadi, bebas gitu kalau ada yang mau bicara sama kita lewat telepon.Tentu saja dengan catatan hanya untuk hal-hal penting. Ya kan masak mau pacaran lewat telepon rumah orang, nggak sopan dong yah. Selain berpotensi mengganggu kenyamanan pemilik rumah, juga berpotensi diledekin kalau pemilik rumah nguping, hahaha.

Dulu, saya paling bahagia sekali kalau dapat telepon dari keluarga di kampung. Kabar yang disampaikan tentu saja cuma dua, kalau bukan kabar baik ya kabar buruk—atau kabar duka. Saat itu—dan sampai sekarang—keluarga saya di kampung juga tidak punya telepon rumah. Jadi dulu, kalau mau menelepon mesti lewat wartel yang letaknya tidak begitu jauh. Defenisi tidak begitu jauh yang saya maksud tentu saja tidak begitu jauh dalam pandangan keluarga di kampung. Orang di kampung kan kadang suka begitu, bilangnya tidak begitu jauh padahal sebenarnya harus naik atau turun gunung, menyeberangi sungai, atau paling tidak jalan kaki lima kilometer. Bagi mereka, namanya jalan yang setiap hari dilalui, ya dianggap tidak begitu jauh.

Dalam hal terima telepon, mereka—keluarga saya di kampung—pakai nomor telepon gereja untuk nomor telepon tujuan. Jadi kalau saya atau orang di rumah—yang tinggal di Makassar—menelepon ke kampung, mesti menunggu sekitar setengah jam baru bisa bicara sama mereka. Soalnya orang yang menerima telepon harus memanggil keluarga saya, dan jarak dari gereja ke rumah juga lumayan jauh. Ya kali ini saya pakai defenisi lumayan jauh dalam pandangan orang kota. Orang kota yang tidak terbiasa jalan kaki, hihihi.

Meskipun terkesan sangat repot, tapi saya menikmati masa-masa itu. Saya bahagia sekali kalau ada telepon dari keluarga di kampung—padahal belum tahu juga apa yang akan disampaikan lewat telepon. Pokoknya tahu mereka menelepon saja, saya sudah bahagia. Kalaupun ternyata yang disampaikan adalah kabar duka—seperti ada yang meninggal dan akan diupacarakan (rambu solo’)—biasanya saya tetap bahagia, karena itu berarti saya akan pulang kampung. Lagi sekolah juga tetap dibela-belain izin. Dari kecil saya memang selalu suka pulang kampung.

Bagi saya—dan keluarga di rumah—yang tidak punya telepon rumah, otomatis saya harus menelpon dari wartel. Saya masih ingat betul, kode untuk nomor telepon di Toraja—0423—angka berikutnya juga cuma lima, misalnya 0423-12345, jadi gampang dihapal. Di wartel, saat sedang mengantre, saya biasanya ngobrol-ngobrol sama pemilik atau penjaga wartelnya. Mereka suka bertanya tentang Toraja, dan saya selalu antusias untuk menjawab. Saya senang kalau ada yang tertarik mau datang ke kampung saya. Kadang, saking asyiknya ngobrol, saya biarkan orang yang di belakang saya untuk maju duluan. Kalau sudah begini biasanya saya disusulin mama atau adik saya yang sudah tidak sabar menunggu apa kabar terbaru dari kampung. Dari kecil saya memang doyan “gosip” kayaknya. hahaha

Berhubung menelepon dari Makassar ke Toraja itu termasuk sambungan interlokal—yang biayanya juga tidak murah—jadi kalau menelepon juga tidak pernah terlalu lama. Pokoknya diusahakan biar dalam waktu yang singkat bisa dapat gosip, eh kabar yang banyak. Kadang cuma sekadar melepas rindu dengan bertanya kabar saja. Nanti kalau kebetulan bapak lagi punya rezeki lebih baru bisa menelepon dengan durasi yang lebih lama.

Baca Juga:

Susu Tunggal, Susu yang Bikin Nostalgia Masa Kecil Warga Blitar

Indomie Kuah Comfort Food Saat Musim Hujan, No Debat!

Sekarang, komunikasi memang sudah tidak semerepotkan dulu. Dengan punya telepon seluler, orang yang tidak punya telepon rumah tidak perlu ke wartel untuk menelepon. Untuk terima telepon juga tidak perlu numpang di rumah tetangga. Tetapi, entah kenapa masa-masa itu kok kalau diingat yah rasanya bikin tersentuh juga yah. Saya membayangkan bagaimana perjuangan keluarga di kampung kalau mau menelepon dan terima telepon. Bagi mereka mungkin jalan begitu jauh yah sudah biasa. Tapi bagi saya?—sungguh sangat luar biasa. Pada kenyataannya memang lebih lama perjalanannya daripada ngobrol—lewat telpon—nya.

Pernah sih punya ide untuk coba-coba nostalgia ke masa itu, tapi kata Mama, “sudah jangan macam-macam. Jangan nyusahin orang cuma biar kamu senang.” Setelah saya pikir-pikir, memang ada benarnya juga sih. hahaha

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: nostalgiatelepon rumahwartel
Utamy Ningsih

Utamy Ningsih

Suka Membaca, Belajar Menulis.

ArtikelTerkait

pencitraan masa kecil

Pencitraan Semasa Kecil

4 Agustus 2019
Bermain Role Play dengan Mainan BP Adalah Hal yang Asyik bagi Generasi 90-an terminal mojok.co

Bermain Role Play dengan Mainan BP Adalah Hal yang Asyik bagi Generasi 90-an

26 Juli 2021
Nasib Pramugari di Tengah Pandemi: Terjebak di Negeri Asing dan Bermain Bersama Kucing pesawat terbang

Mengenang Masa Kecil Bersama Pesawat Terbang

7 Juli 2019
PlayStation

Berterima Kasihlah Kepada PlayStation, Wahai Generasi 90an

26 Agustus 2019
Super Shot Soccer

Super Shot Soccer, Gim Sepak Bola Paling Menyenangkan pada Masanya

18 Oktober 2021
Alasan Huruf X Bisa Dibaca 'Nya' Saat Berbalas Chat terminal mojok.co

Efek Laten Aplikasi Whatsapp: Sedikit-Sedikit Dibuatkan Grup Chat, Lama-Lama Jadi Menumpuk

6 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.