Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kelabu Masa Pensiun Pesepak Bola di Indonesia

Aun Rahman oleh Aun Rahman
25 Agustus 2020
A A
Persamaan Ormas Islam Indonesia dan Klub Liga Inggris MOJOK.CO

Persamaan Ormas Islam Indonesia dan Klub Liga Inggris MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Kisruh dan silang pendapat hadir karena wacana naturalisasi beberapa remaja Brasil, sebagai persiapan jelang Piala Dunia U-20 yang digelar di Indonesia tahun depan. Setidaknya menggambarkan situasi umum yang absurd di sepakbola nasional. Reaksi keras pelatih timnas U-19, Fakhri Husaini, yang menentang proyek naturalisasi ini sebenarnya menunjukan juga pandangan umum dari wacana yang dicanangkan oleh PSSI tersebut.

Wacana naturalisasi para remaja asal Brasil ini juga menunjukkan, bagaimana lingkup sepakbola Indonesia memiliki skala prioritas yang buruk dalam menyelesaikan masalah. Padahal ada sektor-sektor lain yang sebenarnya mesti segera dibenahi. Misalnya, terkait kasus naturalisasi para remaja asal Brasil, tentu rasanya akan lebih bijak apabila dilakukan dengan segera  melakukan pembenahan sektor pengembangan bakat usia muda di negeri ini. Agar produksi bakat di Indonesia mencapai kualitas yang lebih baik.

Permasalahan lain yang sebenarnya mesti segera diatasi di sepakbola Indonesia adalah terkait keberlangsungan karier para pesepakbola profesional. Entah mengapa permasalahan ini tidak menjadi urgensi. Padahal mereka merupakan penggerak utama dari industri sepakbola negeri ini.

Kita semua sudah melihat bagaimana situasi pesepakbola setelah pensiun. Tidak banyak yang bernasib baik. Beberapa bahkan kehidupannya ambruk, hingga mesti menjual medali atau kaus-kaus mereka yang bernilai historis. Beberapa yang lain bahkan mesti melakukan pekerjaan berat hanya sekadar untuk menyambung hidup.

Banyak pemain justru mengalami kejatuhan tepat setelah mereka pensiun. Yang terlihat, sepertinya mereka kesulitan untuk melakukan perencanaan terkait apa yang akan mereka lakukan setelah gantung sepatu dari dunia sepakbola.

Tidak semua beruntung bisa seperti Bima Sakti, Nova Arianto, atau Markus Haris Maulana yang menjadi pelatih tim nasional. Begitu pula dengan Charis Yulianto, Ferry Rotinsulu, dan Yandri Pitoy yang menjadi pelatih di level klub. Atau Bambang Pamungkas yang jadi manajer di klub. Tepat selepas ia memutuskan untuk pensiun.

Karena kebutuhan pelatih baik di level klub maupun tim nasional, tidak sebanyak yang diperkirakan. Misalkan hitungan sederhana. Satu pelatih kepala, dua asisten pelatih, satu pelatih kiper, dan satu pelatih fisik. Ada lima lowongan yang tersedia.

Karena pelatih kepala seringnya diberikan kepada sosok asing, jatah yang tersisa tinggal empat. Kemudian karena pelatih fisik memiliki lisensi khusus, dan tidak banyak pemain yang mengambilnya. Maka lowongan yang tersedia semakin sedikit. Sementara dalam setiap tahunnya, ada lebih dari selusin pemain yang memutuskan untuk gantung sepatu.

Baca Juga:

Minggat dari Jakarta dan Memutuskan Hidup di Padang Adalah Keputusan Terbaik Meski Harus Melawan Arus

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Maka melanjutkan karier di sepakbola sebagai pelatih juga tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi para mantan pemain ini mesti mengikuti kursus agar bisa terus naik level kepelatihannya. Ditambah fakta lain, bahwa tidak semua pemain memang ingin melanjutkan kariernya di sepakbola setelah pensiun.

Beberapa bernasib baik. Karena bisa menabung hasil selama bermain, kemudian dijadikan modal usaha. Beberapa menabung, kemudian menempuh jenjang pendidikan tertentu. Hingga kemudian bisa “banting stir” ke pilihan karier yang berbeda karena pendidikan yang ia tempuh tersebut.

Fenomena serupa sebenarnya terjadi kepada pada mahasiswa ketika mereka lulus dari perguruan tinggi. Beberapa ada yang sudah memiliki rencana bahkan sebelum mereka lulus, akan melakukan apa. Sebagian akan langsung bekerja, sebagian lain akan meneruskan jenjang pendidikan.

Tapi adapula yang merasa bingung akan melakukan apa setelahnya. Dan hal ini juga terjadi kepada para pesepakbola. Boleh jadi para pemain bukan tidak memikirkan apa yang mesti mereka lakukan setelah tidak lagi bermain secara profesional. Tetapi mereka bingung, sama seperti para mahasiswa yang bingung setelah mereka lulus.

Beruntungnya, di level kampus biasanya ada semacam pusat pengembangan karier (career center). Lembaga yang ditujukan untuk membimbing mahasiswa, untuk menentukan pilihan jalan mereka setelah lepas dari kampus. Entah itu akan langsung bekerja, atau meneruskan studi.

Pusat pengembangan karier ini juga bisa saja diadopsi di sepakbola. Bagaimana akan ada lembaga yang memberikan bimbingan kepada para pemain, terutama terkait perencanaan apa yang mereka lakukan apabila sudah tidak bermain nanti.

Karena memungkinkan adanya crossover antar bidang. Di mana mungkin ada pemain yang ingin mencoba hal baru dalam kariernya. Tidak lagi bergulat di dunia sepakbola dan olahraga, bisa didatangkan pembimbing dari sektor yang lain.

Misal sang pemain ingin terjun di bidang teknologi pangan, di mana ada yang ingin berusaha tani dan berkebun dengan cara yang lebih baik. Bisa didatangkan sosok yang kompeten untuk membantu para pemain di bidang tersebut. Pemain bisa diajarkan bagaimana pengelolaan modern produksi beras dan tanaman lain. Begitu pula dengan bidang-bidang lainnya.

Boleh jadi sistem nantinya akan berbentuk konseling atau kursus di kelas. Dikategorikan berdasarkan peminatan masing-masing dari para pemain. Program ini bukan hanya untuk para pemain yang sudah pensiun. Mereka-mereka yang berada di usia segar juga bisa mengikutinya. Bahkan ini juga tidak menutup konseling bagi para pemain yang sudah pensiun lama, seandainya mereka memiliki niatan untuk berpindah jalur dari karier mereka saat ini.

Silang temu antar sektor ini juga yang nantinya akan menghadirkan banyak kolaborasi. Dengan dampak lebih jauh tentu terkait pendanaan selama program ini berlangsung. Karena mau tidak mau, proses dan program seperti ini membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) pernah mengutarakan bahwa perhatian mereka tidak hanya saat para pemain masih aktif saja. Tetapi juga setelahnya. Sejauh ini belum ada Langkah-langkah yang konkret dari APPI untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh pemain selepas mereka pensiun.

Maka, pusat pengembangan karier bagi pesepakbola juga menjadi sesuatu yang mesti segera ditangani. Karena ini bisa menjadi langkah preventif agar tidak terjadi lagi fenomena para pemain kemudian hidupnya ambruk setelah mereka tidak lagi berlaga di lapangan hijau. Pusat pengembangan karier ini juga bisa sangat membantu para pemain apabila terjadi force majeur seperti pandemi COVID-19 saat ini.

Namun segala sesuatunya juga bergantung kepada para pemain itu sendiri. Apakah mereka bersedia untuk belajar Kembali, mempelajari sesuatu yang benar-benar baru untuk kehidupan mereka selanjutnya?

BACA JUGA Pareidolia dan Dugaan Gambar Salib di Logo HUT RI atau tulisan lainnya di Terminal Mojok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Agustus 2020 oleh

Tags: IndonesiakarierTimnas
Aun Rahman

Aun Rahman

Penulis bisa dihubungi melalui twitter @aunrrahman.

ArtikelTerkait

Statistik Gempa Bumi di Indonesia yang Jarang Orang Ketahui terminal mojok

Statistik Gempa Bumi di Indonesia yang Jarang Orang Ketahui

15 Desember 2021
Siapa Bilang Kuliah di Kampus Swasta Masa Depannya Suram? Yang Suram Itu Pemikiranmu!

Siapa Bilang Kuliah di Kampus Swasta Masa Depannya Suram? Yang Suram Itu Pemikiranmu!

6 Desember 2023
batu bara

Wacana Pindah Ibu Kota di Tengah Tekanan Bisnis Sawit dan Batu Bara

28 Agustus 2019
5 Uang Kertas Indonesia dengan Desain Terkeren terminal mojok.co

5 Uang Kertas Indonesia dengan Desain Terkeren

19 November 2021
warna pasir pantai

Ini Loh, 8 Warna Pasir Pantai Serta Asal Muasalnya

29 Agustus 2019
5 Hal yang Harus Disiapkan sebelum Kuliah di Turki Mojok.co

5 Hal yang Harus Disiapkan sebelum Kuliah di Turki

5 November 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.