Mobil pick up pengangkut sayur yang kebut-kebutan
Saat berangkat menuju Jogja lewat Kecamatan Kepil, saya beriringan dengan beberapa mobil pick up pengangkut sayur. Maklum, Kabupaten Wonosobo menjadi salah satu wilayah yang memberikan suplai sayur-sayuran pada daerah lain di sekitarnya. Namun ada yang beda dari mobil pick up pengangkut sayur di Kecamatan Kepil ini. Meskipun sedang mengangkut sayur dengan kapasitas yang banyak, mereka tetap mengendarai mobil dengan kecepatan yang lumayan tinggi.
Beberapa kali saya mencoba untuk menyalip mobil bak tersebut, namun upaya saya gagal terus. Tiap hendak menyalip, sang sopir selalu tancap gas seolah enggan disalip. Karena kesabaran saya setipis keripik, saya pun memberanikan diri untuk mepet persis di belakang mobil dan tancap gas menyalipnya.
Bukannya apa-apa, berada di belakang mobil pengangkut sayur dengan bahan bakar solar adalah sebuah kesialan. Asap knalpot yang tebal bikin saya batuk-batuk dan kelilipan. Padahal hal ini bisa membuat saya terjatuh karena konsentrasi berkendara terganggu.
Melewati jalur Kepil di malam hari sama dengan setor nyawa
Setelah acara Fesmo selesai, saya memutuskan untuk langsung pulang ke Purbalingga mengingat hari Senin saya harus ke kampus untuk persiapan sidang skripsi. Awalnya, saya sempat ragu karena harus pulang malam hari. Bukan karena takut dengan klitih yang ramai di Jogja itu, melainkan karena saya harus melewati Kecamatan Kepil yang mencekam.
Akan tetapi tanpa pikir panjang, saya memberanikan diri melewati jalur itu lagi. Saat memasuki area Candi Borobudur, jalanan sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa motor melintas dan angkringan di pinggir jalan yang masih buka. Wajar saja karena saat melintas di sana waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB. Mental saya makin menipis.
Benar saja, di sepanjang jalan Kecamatan Kepil, saya hanya berpapasan dengan beberapa mobil. Nggak ada satu pun pengendara motor kayak saya yang melewati jalur ini. Sepanjang jalan saya hanya bisa mendengarkan suara jangkrik yang saling bersahutan di gelapnya malam.
Jalan meliuk, penerangan yang minim, dan kondisi jalan yang sepi adalah perpaduan yang pas. Pas bikin waswas pengendara maksudnya. Untung saja motor yang saya kendarai nggak mengalami kendala. Kalau sampai mogok di tengah jalan kan nggak ada yang bisa saya lakukan kecuali pasrah dan menangis. Saudara saya sampai berkelakar kalau lewat Kecamatan Kepil di malam hari sama kayak setor nyawa.
Itulah pengalaman saya melewati Kecamatan Kepil penghubung Wonosobo-Magelang. Nek lewat dalan iki, rasane pengin misuh. Tenan, Lur!
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Temanggung dan Wonosobo, Tempat Wisata Paling Ideal buat Pemalas dan Kaum Mageran.