Selain menunggu antrean, kesabaran juga bisa dilatih dan diuji dengan menjadi contact person (CP) sebuah acara, percayalah. Pengalaman beberapa kali menjadi orang yang ditunjuk sebagai CP membuat saya geleng-geleng kepala betul. Pasalnya, tantangan dan permasalahan krusialnya dari zaman es kepal Milo sampai boba brown sugar tetap sama, yaitu menguji kesabaran.
Sebetulnya banyak sekali potensi kerawanan yang dihadapi seorang CP, mulai dari chat penipuan dengan bukti transfer palsu, dimodusin stranger, dimarahin atau kena amuk peserta. Dan pada akhirnya, penamaan nomor kita jika dilihat di aplikasi Getcontact itu sungguh lucu. Bayangkan nama indah kita tiba-tiba berubah dengan sebutan Webinar KDRT, CP OPREC, Konser, Mbak Webinar, Mas Podcast, dan masih banyak lagi.
Selain potensi kerawanan, menjadi CP juga mempunyai banyak pantangan. Misal dilarang slow response, dilarang judes, harus ramah serta informatif, dan tak lupa dilarang capek mengetik dan nggak boleh bosan menjawab pertanyaan yang sama dan terus berulang. Fix ini CP rasa calon pengantin, banyak sekali pantangannya.
Sesekali saya bertanya-tanya ketika jadi CP dengan melihat fenomena yang ada, orang-orang ini memang darurat membaca atau sengaja mengeksploitasi tugas dan memaksimalkan peran CP, sih? Kalau dilihat-lihat kok ya beda tipis. Pertama dan utama yang perlu diketahui, tugas inti seorang CP adalah penghubung antara peserta dengan pihak penyelenggara, jelas tujuannya adalah memberikan kemudahan ketika terjadi misinfomasi.
Pernah suatu waktu saya menjadi CP Open Recruitment sebuah organisasi kepemudaan daerah. Bisa-bisanya ada peserta yang nge-chat nanyain syarat dan ketetentuan pendaftar. Kemudian ada juga yang tanya lagi perihal deadline pendaftaran, dan itu nggak satu dua orang yang bertanya, melainkan banyak. Ya Allah, ya Tuhan, itu semua kan keterangannya sudah ada di flyer tempat si peserta tersebut mengetahui nomor saya untuk dihubungi, kenapa nggak dibaca dulu semua? Kenapa???!!!
Idealnya panduan singkat sebelum memutuskan menghubungi CP untuk menanyakan suatu hal ialah baca dulu baru bertanya, jangan malah dibalik. Pihak penyelenggara ketika mengadakan acara pun sudah pasti berupaya menyajikan informasi yang mudah dipahami melalui sebaran pamflet atau flyer, bila perlu disertai file panduan yang memuat segala informasi yang dibutuhkan peserta secara menyeluruh.
Dari sebaran informasi tersebut hendaknya dibaca dan dicermati baik-baik dulu semuanya, baru kemudian kalau ada yang nggak dipahami atau terjadi multitafsir monggo baru ditanyakan ke CP. Jangan sampai jawaban yang kita butuhkan sebenarnya sudah tersaji dan terpampang nyata ada di flyer tersebut, itu sia-sia dan buang-buang waktu kayak nge-chat gebetan. Sudah tahu jawabannya kalau doi nggak tertarik dengan cara mengabaikan pesan kita, tapi masih saja kita nge-chat terus-terusan. Yah, nggak apa-apa lah, namanya juga usaha.
Beberapa pihak penyelenggara acara juga biasanya menyediakan fitur FAQ (Frequently Asked Questions) baik di Instagram maupun di website, fitur ini berisi kumpulan daftar pertanyaan yang sering ditanyakan. Selain meringankan tugas CP, FAQ juga memberi kemudahan para peserta dalam mengakses informasi terkait acara. Namun, faktanya banyak yang nggak memaksimalkan kegunaan fitur tersebut. Ternyata di era informasi serba cepet begini dalam hal memanfaatkan kemudahan pun masih kesulitan, kecanggihan fitur dalam mengakses informasi yang nggak dibarengi dengan cermatnya diri dalam menerima informasi.
Tentu nggak melupakan fungsi CP yang mana memang sebagai sumber informasi. Bahkan seorang CP bisa menjadi representasi pihak penyelenggara di hadapan peserta, terutama dari segi pola komunikasinya. Tapi greget dan gemes juga ketika melihat peserta yang nggak membaca cermat terlebih dulu sebelum bertanya. Bahkan seorang CP biasanya menyediakan template jawaban untuk mengantisipasi banyaknya pertanyaan yang masuk dengan inti pertanyaan yang sama.
CP itu nggak ada gajinya, Gaes, jadi tolong kalau bisa beban kerjanya jangan ditambahin. Kasihan, wqwqwq. Kecuali kalau jadi tim Helpdesk CPNS 2021, segala pertanyaan dan keluhan bisa diajukan dan ada jawaban serta solusinya, dibayar negara pula. Nah, kalau kamu mau menguji tingkat kesabaran pacarmu, cukup suruh dia jadi CP sebuah acara kemudian lihat apa yang terjadi. Selamat mencoba~
BACA JUGA Pembelaan Atas Stigma Orang Tua yang Menyekolahkan Anaknya di Pondok Pesantren dan tulisan Hypatia Sabti Abdullah lainnya.