Sate jadi salah satu warisan budaya kuliner yang sangat dinikmati masyarakat Indonesia. Saking menikmatinya, masyarakat tiap daerah di Indonesia punya versinya masing-masing. Mengutip dari Kompas.com, pakar kuliner Universitas Gajah Mada, Murdijati Gardjito mengatakan bahwa Indonesia punya 252 ragam sate Nusantara yang tersebar di berbagai daerah.
Selaku orang yang akrab dengan irisan daging kecil-kecil yang ditusuk dan dipanggang ini, saya sendiri punya preferensi tersendiri terkait rasa sate yang paling enak dan yang nggak enak. Sekali lagi, ini preferensi saya yang sudah mencicipi banyak hidangan sate ketika kunjungan kerja dulu di berbagai daerah. Kali ini saya akan menjabarkannya satu per satu beserta keunggulan dan kekurangannya.
Daftar Isi
#1 Sate bumbon khas Kendal
Peringkat pertama sate Nusantara paling enak saya berikan kepada sate bumbon. Mungkin masakan satu ini kurang familier bagi banyak orang lantaran nggak sepopuler sate Madura, Padang, atau bahkan maranggi. Ini adalah kuliner khas Kendal yang punya racikan bumbu rempah yang kuat sehingga menciptakan cita rasa berbeda daripada hindangan lainnya.
Kuliner satu ini biasanya menggunakan daging sapi atau kambing. Setelah dipotong dadu, daging kemudian dilumuri dengan berbagai bumbu rempah yang sudah ditumbuk, yakni jahe, kemiri, bawang, ketumbar, cengkeh, kayu manis bubuk, merica, jintan hitam, dan beberapa bumbu rempah lainnya. Selain itu, di beberapa versi juga ditambahkan larutan air asam.
Daging sapi dimarinasi dengan campuran berbagai rempah tersebut selama 30-40 menit. Setelah itu barulah dibakar dan bisa dinikmati bersama bumbu kacang atau sambal kecap manis.
Kenikmatan kuliner khas Kendal ini sangat unik karena memiliki cita rasa yang nggak monoton. Rempah yang sudah menyatu dengan daging dipadukan dengan rasa manis bumbu yang menawarkan rasa berbeda. Ya gimana, daging yang dibakar bersama rempah-rempah bikin nagih aja gitu.
Sayangnya, dalam proses pembuatannya, sate Nusantara yang satu ini ribet, butuh usaha berlebih dan waktu yang lama. Sehingga berbahaya bagi orang yang rese ketika lapar.
#2 Sate maranggi
Peringkat kedua sate Nusantara saya memilih maranggi. Kuliner satu ini berasal dari Purwakarta dengan rasa yang bagi saya seperti versi yang lebih simple dari sate bumbon Kendal. Sebenarnya kuliner satu ini sama enaknya dengan sate bumbon.
Diolah bersama bumbu rempah yang lebih sedikit seperti jahe, lengkuas, ketumbar, bawang putih, bawang merah, dan bumbu lainnya, kuliner ini menawarkan cita rasa yang kaya. Sama halnya dengan sate bumbon, sate maranggi juga bisanya menggunakan daging sapi atau domba.
Yang membedakan kuliner Purwakarta ini dari sate Nusantara lainnya adalah penggunaan racikan saus kecap yang ditaburkan saat setelah selesai dipanggang. Bagi saya campuran kecap, bawang, tomat, cabai, serta garam bikin kuliner ini jadi terasa sangat segar. Terlebih dipadukan dengan daging yang sebelumnya sudah dimarinasi dengan bumbu-bumbu rempah sederhana.
Sama halnya dengan sate bumbon, cara pembuatan kuliner khas Purwakarta ini juga sedikit ribet sehingga butuh kesabaran lebih sebelum menyantapnya.
#3 Sate ayam Madura
Peringkat ketiga sate Nusantara dari yang paling enak sampai kurang sedap adalah sate ayam Madura. Siapa yang nggak tahu soal kuliner satu ini coba. Kuliner yang menjadi raja jalanan karena sering dan mudah sekali ditemukan di pinggir jalan ini saya tempatkan di urutan ketiga bukan karena nggak enak, tapi ya karena ada yang lebih enak dan jarang ditemui saja.
Ketika ingin makan sate yang cepat dan mudah ditemukan, kuliner yang identik dengan Madura ini tentu jadi pilihan utama. Penjual yang mahir akan membuat hidangannya tak hanya mengandalkan rasa manis dari saus kacangnya, tapi juga rasa gurih manis dari daging ayam yang dipanggang olehnya.
Tapi karena sering dijumpai, rasa kuliner satu ini jadi terkesan membosankan dan monoton. Cocoknya nggak dimakan sering-sering juga karena bisa bikin jerawatan. Kacang konon bikin jerawat, iya nggak, sih?\
#4 Sate kere
Dari namanya, sate Nusantara satu ini kok kayaknya aneh gitu, ya. Nama makanan kok kere. Padahal kalau zaman dulu makanan ini identik sebagai makanan kaum priyayi dan bangsawan.
Akan tetapi justru karena itulah muncul hidangan ini. Kuliner satu muncul sebagai upaya orang kelas bawah dan abangan untuk tetap merasakan kelezatan irisan daging yang ditusuk dan dipanggang. Meski bahan dasarnya dari ampas tahu atau tempe gembus, rasa makanan satu ini nggak aneh dan masih bisa dinikmati. Konon, kuliner satu ini berasal dari Solo.
Saya sendiri dulu sering makan kuliner satu ini di sekolah. Dan menurut saya rasanya enak, nggak kalah dari sate Nusantara lainnya yang berbahan dasar daging. Kekurangannya memang terletak pada rasanya yang dominan manis, jadi bisa bikin enek.
#5 Sate taichan
Peringkat kelima saya masukkan ke dalam kategori kuliner yang nggak jelas dan nggak enak. Mohon maaf, tapi kuliner satu ini saya tempatkan di peringkat lima dan saya anggap merepresentasikan “sate malas” dan miskin rasa karena yah hanya dibakar tanpa bumbu, daging kosongan, paling dikasih sedikit garam atau bumbu dapur lainnya biar gurih. Kemudian kuliner satu ini juga dicocol dengan saus pedas saja. Ah, bagi saya jenis sate Nusantara satu ini monoton. Saya merasa rugi harus membeli kuliner seperti ini.
Akan tetapi bagi orang yang sedang diet dan ingin tetap makan protein dengan cara berbeda, kuliner satu ini mungkin cocok. Cuma kalau saya sih mending skip. Makan sate ya harus ada bumbu kacang atau kecapnya. Wajib itu!
#6 Sate Padang
Saya sampaikan permohonan maaf bagi orang-orang Padang, tapi bagi saya kuliner satu ini masuk dalam urutan paling bawah dalam dunia per-sate-an Nusantara. Mohon maaf, kuliner satu ini seperti keluar dari pakem atau hakekat sate itu sendiri yang dominan manis dengan sedikit rasa gurihnya.
Menurut saya, kuliner dengan kuahnya yang sedikit berlendir ini kurang bisa dinikmati di lidah. Bagi sebagian orang, rahasia utama kuliner satu ini ada pada kuahnya yang kental dan hangat. Tapi ketika saya mencoba mencicipi yang disebut enak sekalipun, lidah saya menolak. Tentu saya nggak sendirian merasakan dan berpendapat seperti itu, keluarga saya, beberapa teman saya, atau kenalan yang lain juga merasa bahwa kuahnya yang kental dan seperti lendir ini yang bikin kuliner tersebut jadi agak aneh.
Mungkin sate Nusantara satu ini cocoknya bagi mereka yang gemar makanan dominan asin dan gurih. Yah, oleh karena itu segmentasinya nggak terlalu luas daripada sate pada umumnya. Buktinya kuliner satu ini sangat jarang ditemui di wilayah Jawa Tengah. Mereka ada, tapi kalah saing dengan sate ayam Madura. Beda dengan di daerah Jabodetabek.
Sekali lagi, ini pendapat saya, lho, ya. Kalau kalian nggak setuju dan menganggap sate A atau B adalah yang terbaik ya monggo. Selama semuanya masih bisa dinikmati dengan senyum di kondisi negeri yang keliwat lucu ini, ya silakan dinikmati.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Sate Taichan, Inovasi Kuliner Paling Nggak Jelas dari Orang yang Sebenarnya Malas Masak.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.