Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Karet Tabung Gas LPG dan Kerelaan Berbagi

Allan Maullana oleh Allan Maullana
8 November 2019
A A
Karet Tabung Gas LPG dan Kerelaan Berbagi
Share on FacebookShare on Twitter

Setelah menikah, banyak hal yang saya pelajari. Mulai dari hal besar sampai remeh temeh. Dari masalah besar sampai masalah kecil yang kalau nggak segera diselesaikan, berpotensi jadi besar kayak api. Ya, saya menganggap masalah adalah sebuah api yang bisa membakar semua hal. Jangankan membakar singkong, membakar emosi juga bisa. Ngomong-ngomong soal api, saya pernah menghadapi masalah kompor.

Entah mengapa sebabnya kompor gas di rumah saya mendesis. Jujur saja, ini sebuah trouble shooting di dalam dapur rumah tangga yang pertama kali saya alami. Meskipun saat membujang, rumah orang tua saya juga mengalami. Tapi bukan saya yang menyelesaikan, melainkan bapak saya.

Kini saya mengalaminya. Otomatis harus saya yang menyelesaikannya, dong?

Saya coba menghubungi bapak mertua yang tinggal di kota Yogya dengan teknologi termutakhir abad ini: video call. Saya kira saya butuh trick and tips dari sekadar cuma gonta-ganti karet tabung gas. Kata bapak mertua, masalahnya ada di karet. Coba kalau ada karet cadangan diganti, katanya. Sebetulnya itu hal yang dari dulu saya tahu, tapi nggak pernah saya yang mengerjakan. Saya cuma tau teorinya aja, tapi nihil praktek. Kalau begitu, ini saatnya saya unjuk kebolehan. Praktekan suatu hal yang sudah diketahui teorinya.

Saya coba segera benerin. Tapi persoalannya adalah, saya nggak punya cadangan satu biji pun karet tabung gas yang berwarna merah itu. Ibarat sebuah kerja tim, istri saya langsung mengambil sikap inisiatif. Ia segera mencarinya di agen penjual gas LPG. Istri saya menyebutnya toko Kokoh Cina.

Jarak tokonya lumayan jauh, sekitar 1,5 km. Setelah lama menunggu, istri saya pulang, bawa 3 karet tabung gas. Saya tanya, “Harganya berapa, Dik?”

“Wah. Gratis, Kak,” jawabnya.

“Serius?”

Baca Juga:

Konten “5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” Adalah Bentuk Pembodohan

Lebih Baik Minta Izin pada Istri daripada Minta Maaf, karena Keterbukaan Menghasilkan Kepercayaan

“Iya, padahal tadi aku liat di Tokopedia satunya 1000 perak. Terus di Tokped, jualnya udah bungkusan gitu. Satu bungkus ada 5. Belom ongkir. Kan capek belum nunggunya pake waktu. Hedeeuuh.”

Nggak perlu pikir panjang. Nggak mau ribet mikir kenapa dikasih gratis. Saya langsung ganti. Singkat cerita, saya langsung lakukan apa yang bapak mertua saya arahkan tadi. Hasilnya berhasil. Suara berdesis yang seperti bisik-bisik tetangga itu langsung hilang.

***

Beberapa bulan kemudian, setelah hidup saya merasa damai tanpa ada bayang-bayang gas LPG bocor, kejadian ini berulang kembali. Gas berdesis lagi. Saya langsung potong satu karet gas cadangan yang tersisa tempo hari. Tapi hasilnya sama saja. Gas masih berdesis.

Saya masih punya 1 lagi yang belum dipotong. Saya ganti karet gas yang lama dengan cadangan itu. Hasilnya masih sama. Gas masih berdesis. Dua kali percobaan, tapi hasilnya nihil.

Ternyata masalahanya ada di karet lagi. Diamater karet itu sudah mengecil. Karetnya sudah mengkerut. Akibatnya antara tabung gas dan regulator nggak presisi. Saya tidak tahu penyebabnya apa dan bagaimana.

Biasanya sifat karet itu melar, dong, bukan menyusut. Tapi ini rasanya bahan yang berbeda. Sudah tampak agak getas. Dan mudah rapuh. Serapuh hati yang mudah tersakiti. Ditekan pakai jari saja kelihatan mau patah hati.

“Dik, masalahnya di sini (sambil nunjukin karet tabung gas). Mesti diganti yang baru. Soalnya diameternya lebih kecil daripada lubang tabungnya.”

“Kok, bisa, Kak?”

“Meneketehee….”

“Googling aja, Kak,” kata istri saya yang menyarankan bertanya pada Mbah Google. Tapi kok, ya saya ngeyel sambil bilang, “Halah. Perkara gini kok, sampe Googling”.

“Ya, terus?”

“Tenang aja. Aku coba selesaikan dengan sekali duduk tanpa Googling.”

“Gimana?”

“Aku ke Warung Madura buat beli karet gas yang baru.”

“Nggak ke toko si Kokoh itu aja?”

“Dia bukanya siang. Nah ini masih jam 6 pagi.”

Saya coba pergi ke warung Madura sambil bawa uang 10 ribuan. Jaraknya kira-kira cuma 20 langkah dari rumah saya.

“Bu, punya karet buat gas, nggak?”

“Ada, Mas. Mau berapa?”

“Dua aja, Bu.”

Si Ibu menyodorkan karet yang saya butuhkan. Nggk kurang, nggak lebih. Pas. Dikasih 2 biji. “Berapa harganya, Bu?”

“Bawa aja, Mas. Nggak dijual kok.”

“Wah, gratis, Bu?”

“Iya. Bawa aja.”

Saya langsung meluncur ke rumah. Tak lupa juga mengucapkan terima kasih. Sampai di rumah, karet itu saya bandingkan dengan yang lama. Fixed, sangat jelas perbedaanya. Yang baru ukurannya lebih besar daripada yang lama. Langsung aja saya pasang. Sip mantap. Regulator langsung saya pasang lagi. Hasilnya nggak kendor. Nggak longgar. Gas berhenti berdesis.

Saya masih nggak menyangka, kalau karet kecil ini begitu krusial. Kecil tapi penting. Bentuknya berbeda sedikit, pengaruhnya besar. Sobek sedikit, langsung bocor. Bagaimana mungkin, benda sekecil ini yang teramat penting tidak ditarik biaya ketika seseorang sedang membutuhkannya.

Yang pasti, saya sangat berterima kasih. Ketika hal—apa pun itu—dijadikan uang, saya malah mengalami kebalikannya. Pedagang juga banyak yang baik. Nggak semua-mua diduitin sama mereka. Nggak semua hal harus menjadi uang. Ia memberikannya suka rela. Berbeda di tempat kerja saya. Harus ada sesuatu yg dijual, meskipun si konsumen berkata minta tolong, dan permasalahanya sepele.

Di toko sekaligus penyedia jasa tempat saya bekerja, prinsipnya orang butuh apa pun barang ke toko, cari barang itu, lalu jual. Orang butuh solusi apa pun atas permasalahannya, kerjakan, tarik biaya jasa perbaikan. Meskipun itu suatu hal kecil yang tidak perlu bersusah payah untuk mengerjakan. Tetap saja, semua-mua kena biaya. Katanya sih, demi omzet toko, Bro~

Saya tidak tahu pasti. Apakah karet gas ini benar-benar barang baru atau copotan dari tabung-tabung gas lainnya yang sudah habis. Pasalnya saya sering kali melihat tabung gas bekas yang karetnya sudah tidak ada. Entah diambil oleh pemilik gasnya atau diambilin oleh tokonya.

Terlepas dari perkara uang adalah segala-galanya, saya tersadar bahwa setiap usaha dagang tidak selalu melulu menguntungkan uang. Tapi juga mesti menguntungkan konsumen. Hal seperti ini, kecil, tapi sangat make sense bagi saya. Secara tidak sadar, efeknya kalau mau belanja lagi saya akan kembali ke salah satu di antara kedua toko ini.

BACA JUGA Jadi Miskin di Hadapan Tuhan dan Tabung Gas Melon 3 Kilogram atau tulisan Allan Maulana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 November 2019 oleh

Tags: berdesisRumah Tanggatabung gas
Allan Maullana

Allan Maullana

Suka terbangun pada pukul 04.12 AM

ArtikelTerkait

Jadi Perempuan Sulit? Maaf, Jadi Pria Juga Ada Kalanya Sulit, Nona terminal mojok.co

Dear Cewek, Dimasakin sama Cowok Itu B Aja sih

18 Juli 2020
ibu rumah tangga rendah diri istri aktivis rumah tangga suami sibuk mojok.co

Jadi Istri Aktivis Tak Seindah Cerita Senja

21 Juni 2020
Pengangguran Terjadi Bukan Karena Keadaan, Tapi Faktor Gengsi sarjana mahasiswa lowongan kerja terminal mojok.co

Halo Ayah Muda, Kalian Boleh Sesekali Egois kok!

8 Agustus 2020
rumah tangga

Perkara Rumah Tangga, Sebaiknya Jangan Curhat di Media Sosial

18 Mei 2019
Istilah 'Ibu Dilarang Sakit' Menunjukkan Betapa Saktinya Ibu Rumah Tangga terminal mojok.co

Istilah ‘Ibu Dilarang Sakit’ Menunjukkan Betapa Saktinya Ibu Rumah Tangga

27 Februari 2021
istri yang melayani suami

Ingin Istri Terlihat Selalu Menawan, Tapi Hampir Tiada Satu pun yang Diusahakan

4 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.