Kalian tau apa itu kaos couple? Itu loh, kaos kembaran. Biasanya dipakai sama muda-mudi yang sedang kasmaran. Kaosnya bisa sama persis mulai dari model hingga warna ataupun modelnya sama tapi beda warna. Bisa juga perpaduan dari gambar atau tulisan yang kalau dijejer jadi punya makna. Misal, yang cowok kaosnya bertuliskan “Aku cinta dia” dengan gambar telunjuk ke arah kiri. Sedangkan si cewek, kaosnya bertuliskan “Aku juga cinta dia”, dengan gambar telunjuk mengarah ke kanan. Biar apa? Biar romantis, katanya.
Namun, alih-alih terlihat romantis, saya justru melihat kaos couple ini sebagai tren fashion yang paling nggateli sekaligus nggilani. Gimana, ya? Melihat pasangan pakai kaos model seperti ini cukup bikin saya enek dan merusak pemandangan. Seolah-oleh si pemakai pengin mengabarkan ke semua orang kalau mereka itu sedang pacaran. Tidak salah, sih. Kecuali yang digandeng adalah pacar orang lain. Itu baru ngajak gelut.
Menurut saya, setidaknya ada 3 alasan mengapa kaos couple itu nggateli.
Pertama, kekanak-kanakan. Ini adalah alasan mendasar yang tidak terbantahkan. Penjelasannya sederhana, kok. Anak kecil itu kan rasa memilikinya masih sangat besar. Jadi apa-apa serba dikasih nama. Pensil dikasih nama, penghapus dikasih nama, bahkan mainan juga dikasih nama. Tujuannya biar jelas bahwa barang-barang itu adalah milik mereka.
Kalau begitu, apa bedanya dengan kalian-kalian yang pakai kaos couple? Dengan kalian pakai kaos couple ini kan seolah kasih tanda kalau, “Si A adalah pacar gue. Milik gue. Lu nggak boleh sentuh.” Sama kan kaya anak-anak yang kasih label ke apa-apa yang jadi miliknya?
Kedua, kaos model ini rentan sia-sia. Logikanya, siapa sih yang bisa tahu siapa jodoh kita? Selama janur kuning belum melengkung dan akad belum terucap, orang yang selama ini menemani kita belum tentu berakhir jadi jodoh kita. Lha wong yang sudah disatukan dalam akad saja bisa berakhir, kok. Apalagi yang cuma runtang-runtung bareng? Jangan ge-er, deh. Yakin amat kalau selama ini nggak jagain jodoh orang.
Maka, ketika hubungan itu berakhir, kaos couple hanya punya 2 pilihan: dibuang atau disimpan tapi nggak pernah lagi dipakai. Dua-duanya sama-sama bentuk kesia-siaan, bukan? Masa iya masih mau tetap dipakai? Malu kali. Kesannya belum bisa move on. Apalagi kalau tiba-tiba di jalan ketemu sama mantan. Mantannya udah bawa gandengan baru dan kaos couple baru lagi! Duh. Horor banget itu, sih. Gimana? Kamu sudah pernah ngalamin?
Ketiga, mengapa kaos couple ini nggateli adalah fakta bahwa kaos ini tidak bisa dipakai kapan pun. Umumnya, kaos model ini ya dipakai kalau pas kita lagi jalan sama pacar. Artinya, cuma di kesempatan itu saja bisa kita pakai. Ya, kan, biar ketahuan kalau itu kaos yang harusnya dipakai saat lagi sama pasangan. Bisa, sih, dipakai buat harian pas nggak lagi sama si dia. Namun, yang seperti itu justru bikin kaos couple ini jadi tambah nggateli. Lha wong, namanya kaos couple, tapi kok nggak ada pasangannya itu gimana, tho?
Sebetulnya, kalau pengin kelihatan romantis, nggak perlu sampai pakai kaos couple segala. Dengan menepati janji, menikmati waktu bersama tanpa teralihkan perhatiannya ke gadget juga termasuk romantis, kok. Emang sih nggak bakal kelihatan sama orang lain seperti ketika kita pakai kaos couple. Namun, jika romantis itu tentang rasa, harusnya cukup kalian berdua saja yang merasa sudah cukup, bukan? Tanpa perlu diperlihatkan ke orang lain dengan lebay gitu.
Tapi, ya, terserah, sih. Kalau memang dengan mengenakan kaos couple gitu kalian merasa kebutuhan akan eksistensinya terpenuhi, saya bisa apa?
BACA JUGA Rekomendasi Tempat Belanja Baju di Jogja yang Murah Tanpa Tanding atau artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.