Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Kanti Utami, Kesehatan Mental, dan Support System dalam Kehidupannya

Utamy Ningsih oleh Utamy Ningsih
22 Maret 2022
A A
Kanti Utami, Kesehatan Mental, dan Support System dalam Kehidupannya Terminal Mojok.co

Kanti Utami, Kesehatan Mental, dan Support System dalam Kehidupannya (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kemarin (21/03), warganet dikejutkan dengan kabar tentang seorang ibu di Brebes yang menggorok leher tiga orang anaknya. Dari kabar yang beredar, satu orang anaknya dinyatakan meninggal dunia, sementara dua lainnya mengalami luka berat dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit.

Bersamaan dengan kabar itu, viral pula satu video saat Kanti Utami diinterogasi oleh pihak kepolisian. Dari video tersebut, Kanti mengakui bahwa dia melakukan hal itu agar anaknya tidak sedih dan menderita lagi. Dia tidak sanggup melihat anak-anaknya dibentak-bentak.

Masih dari video Kanti Utami yang viral, satu hal yang saya rasakan, meskipun yang lagi ngobrol adalah polisi dan terduga pelaku. Namun, bagi saya pribadi, video itu lebih terasa seperti seseorang yang sedang menceritakan luka dalam hatinya kepada orang lain. Kanti Utami bercerita dengan tatapan yang kosong dan senyum yang mengembang. Apa yang keluar dari mulutnya pun mungkin saja adalah kepahitan yang selama ini hanya mampu dipendam.

Dalam kesehariannya, Kanti Utami menjalani peran sebagai seorang istri dan seorang ibu untuk tiga anaknya. Keluarga kecilnya adalah keluarga ekonomi kelas bawah. Dari berita yang beredar, saat ini suaminya sedang merantau. Sebelumnya, suaminya menjalani peran sebagai kepala keluarga dengan kebanyakan menganggur.

Berumah tangga dan memiliki tanpa anak tanpa support system yang baik itu tak mudah (Shutterstock.com)

Untuk menghidupi keluarga, Kanti sempat menjadi perias wajah (MUA), usahanya pun terbilang lancar. Namun, saat kembali ke kampung (Brebes), dia mulai kehilangan pencaharian. Suaminya pun kemungkinan belum punya penghasilan lagi. Tidak punya pemasukan sementara ada perut anak-anak yang harus diisi, ada kontrakan yang harus dibayar, tentu saja adalah ujian yang berat.

Dalam menghadapi masa-masa berat dalam hidupnya itu, tentu ada masa ketika Kanti merasa lelah atau bahkan tidak sanggup lagi. Wajar. Toh, dia hanyalah manusia biasa. Namun, apakah saat dia lelah, ada yang bisa memahami perasaannya? Ada yang peka dengan kondisinya? Ada yang bisa dia ajak berbagi beban?

Apalagi permintaan yang dia sampaikan dengan tangis tertahan adalah, pengin disayang suami.

“Pengin disayang suami,” keinginan yang tak ia rasakan (Shutterstock.com)

Mendengar pengakuannya itu, saya langsung membayangkan bagaimana Kanti yang kesepian, berusaha menjalani segala perannya tanpa mengeluh sama sekali. Dia dipaksa kuat. Kanti Utami dipaksa menjalani banyak peran sekaligus, tetapi tidak ada yang menemaninya untuk mengolah perasaan yang dia rasakan. Bayangkan betapa stresnya dia harus menghadapi kondisi rumah tangganya dalam garis kemiskinan.

Baca Juga:

Dilema Warga Brebes Perbatasan: Ngaku Sunda Muka Tak Mendukung, Ngaku Jawa Susah karena Nggak Bisa Bahasa Jawa

5 Privilese Ngekos Bareng Ibu Kos yang Banyak Orang Nggak Tahu

Belum lagi jika mengingat tekanan dari ibunya sendiri dan mertuanya. Mereka yang seharusnya menjadi support system saat Kanti memikul beban sedemikian berat dalam rumah tangganya, ternyata justru hadir sebagai luka lain yang menambah sisi gelap dalam diri Kanti. Ada apa dengan mertuanya? Kok bisa mengancam mau membunuh?

Sulit membayangkan bagaimana Kanti melewati rasa kesepian, sakit, dan lelahnya, dalam kesendirian. Keluarga sebagai tempatnya meminta kekuatan, justru menjadi faktor penghancur mentalnya. Jika melihat lebih jauh, peran orang-orang di lingkungannya pun perlu dipertanyakan. Teman, tetangga, perangkat desa? Apa tidak ada yang menyadari?

Sendirian, tanpa ada tempat bersandar itu berat (Shutterstock.com)

Di tingkat paling bawah, segala macam hal yang berhubungan dengan kesehatan fisik, gencar dilakukan. Namun, bagaimana dengan kesehatan mental? Seberapa banyak masyarakat yang paham soal pentingnya menjaga kesehatan mental?

Tulisan ini tentu saja bukan untuk membenarkan perbuatan Kanti Utami. Namun, melihat situasi ini hanya berdasarkan kasus “pembunuhan”, rasanya tidak sesederhana itu juga.

Video pengakuan Kanti Utami itu viral. Saya yang awam pun bisa melihat dan merasakan bahwa kesehatan mental Kanti Utami perlu ditolong. Sayangnya, belum banyak media yang menyoroti soal kesehatan mental dalam kasus ini. Banyak media yang justru memilih bikin headline soal ibu keji yang tega menyakiti anak-anaknya sendiri. Sungguh, sangat disayangkan.

Padahal, faktor-faktor pemicu tindak “pembunuhan” itulah yang perlu dijelaskan. Supaya hal-hal semacam ini tidak perlu ada lagi. Supaya masyarakat semakin aware dengan kondisi orang-orang terdekatnya dan bisa saling menjaga satu sama lain. Apalagi, di tengah keadaan yang cukup berat.

Penulis: Utamy Ningsih
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Maret 2022 oleh

Tags: brebesIbuKanti Utami
Utamy Ningsih

Utamy Ningsih

Suka Membaca, Belajar Menulis.

ArtikelTerkait

Pengalaman Jadi Emak-emak Penerima Beasiswa Monbukagakusho (MEXT) dari Pemerintah Jepang terminal mojok

Pengalaman Jadi Emak-emak Penerima Beasiswa Monbukagakusho (MEXT) dari Pemerintah Jepang

31 Oktober 2021
Propaganda Khusus Dibalik Iklan Susu Formula

Propaganda Khusus di Balik Iklan Susu Formula

22 Desember 2019
mamak

Surat Terbuka Untuk Para Mamak di Seluruh Dunia

23 Agustus 2019
Dosen Penguji Makan Suguhan Sidang, Mahasiswa Meradang (Unsplash)

Kisah Pilu dari Mahasiswa yang Harus Menjual Cincin Ibunya demi Menyiapkan Suguhan untuk Dosen Penguji Sidang Skripsi

2 Januari 2024
Tragedi Tumbal dan Bus Kesasar di Sungai Pemali Brebes

Tragedi Tumbal dan Bus Kesasar di Sungai Pemali Brebes

29 Oktober 2022
5 Makanan Khas Kabupaten Brebes yang Menggoyang Lidah

5 Makanan Khas Kabupaten Brebes yang Menggoyang Lidah

16 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.