Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

3 Kebiasaan di Kampus (yang katanya) Merdeka, tapi Membuat Mahasiswa Tidak Merdeka

Yohanes Ivan Adi Kristianto oleh Yohanes Ivan Adi Kristianto
18 Agustus 2024
A A
3 Kebiasaan di Kampus (yang katanya) Merdeka, tapi Membuat Mahasiswa Tidak Merdeka

3 Kebiasaan di Kampus (yang katanya) Merdeka, tapi Membuat Mahasiswa Tidak Merdeka

Share on FacebookShare on Twitter

Mahasiswa sering kali diidentikkan sebagai pelajar dengan versi yang lebih bebas. Bebas mengkritik fenomena yang terjadi, bebas memilih mata kuliah, atau bebas mau memilih kegiatan apapun untuk mempersiapkan karier mendatang. Apalagi, dengan adanya program Kampus Merdeka yang diterapkan secara nasional, mahasiswa tingkat lanjut tidak selalu harus ikut perkuliahan di kelas.

Mau memilih jalan sebagai aktivis? Bisa. Tidak jarang mahasiswa menjadi pionir dalam mengkritik kebijakan pemerintah dengan turun ke jalan. Mau mencari penghasilan? Bisa. Banyak ditemui mahasiswa bekerja di restoran maupun kafe kekinian. Mau jalan-jalan keluar negeri sambil belajar? Juga bisa. Program IISMA bisa membantu mahasiswa yang tertarik cari pengalaman di luar negeri.

Namun, saya lihat, beberapa “budaya” atau kebiasaan di kampus yang sebenarnya tidak membuat mahasiswa sebagai pribadi yang merdeka. Apa saja itu?

“Izin bertanya Pak/Bu”

Mungkin tidak mewakili dosen atau pengajar kampus secara umum, namun saya sangat suka apabila di kelas mahasiswa aktif bertanya, bahkan sampai membuat saya sendiri kebingungan untuk menjawab. Namun, saya tergelitik saat mereka bertanya seringkali dimulai dengan kata-kata “izin bertanya Pak” atau “mohon maaf saya mau bertanya, Pak”.

Kelas, seharusnya, adalah tempat bagi mahasiswa untuk bebas berargumen, bertanya, ngeyel, atau mengkritik apa pun. Menggunakan kata “izin” atau “maaf” seakan-akan memposisikan pertanyaan atau kritik sebagai sesuatu yang tabu untuk dilakukan sehingga diperlukan izin dalam bertanya maupun mengkritik.

Tentu, kebiasaan “izin” atau “maaf” masih layak dipakai dalam situasi yang menuntut hierarki, seperti dalam akademi militer. Namun, menuntut mahasiswa menjadi kritis dengan menempatkan rasa keingintahuan sebagai sesuatu yang tabu justru dapat mengekang daya kritis mereka. Lagi-lagi, ini Kampus Merdeka, kebebasan lah yang jadi semangatnya.

Membawa sajian untuk keperluan sidang proposal/skripsi di kampus

Tidak dimungkiri, masih saja ada perguruan tinggi yang memiliki kebiasaan di mana mahasiswanya membawa makanan atau minuman untuk pembimbing dan penguji saat sidang proposal atau skripsi. Kadang kala, mahasiswa memang tidak wajib untuk mempersiapkan sajian, tetapi memang ritual tersebut sudah menjadi kebiasaan menahun.

Parahnya, saya beberapa kali mendengar cerita kebiasaan tersebut malah diterapkan sebagai kewajiban di beberapa perguruan tinggi. Bukannya mempersiapkan materi dan argumentasi untuk sidang, mahasiswa malah dipusingkan untuk membawa makanan dan minuman apa untuk pembimbing dan penguji tugas akhir.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Merdeka layaknya tidak dipandang sebagai sebuah kesempatan untuk berargumentasi, tetapi juga kultur “melayani” pegawai kampus. Pegawai kampus, baik dosen maupun tenaga kependidikan, justru yang berpikir bagaimana dapat membantu mahasiswa. Dalam kebiasaan sidang, pelayanan dosen dapat difokuskan bagaimana memberikan umpan balik maksimal bagi mahasiswa yang diuji agar kemampuan berpikir akademiknya meningkat.

Memasukkan nama dosen ke artikel mahasiswa

Memasukkann nama dosen ke artikel mahasiswa, yang biasanya dikumpulkan ke penyedia jurnal ilmiah, sah-sah saja. Catatannya, dosen berkontribusi dalam penulisan, baik aktif menulis atau memberikan masukkan bagi tulisan mahasiswa.

Namun, pada beberapa kejadian, mahasiswa hanya diminta menulis draf artikel sebagai tugas akhir suatu matakuliah untuk dikumpulkan ke jurnal ilmiah tanpa melalui proses bimbingan dari dosen pembimbingnya.

Mahasiswa “terpaksa” untuk mencantumkan nama dosen, walau tidak terlibat dalam proses penulisan, kecuali menginstruksikan mahasiswa untuk mengumpulkan draf artikel untuk dikumpul ke jurnal ilmiah. “Keterpaksaan” ini disebabkan kekhawatiran mahasiswa memperoleh nilai kurang maksimal jika tidak melaksanakan instruksi.

Model-model penugasan seperti ini mengindikasikan bahwa mahasiswa masih berada di posisi yang lemah dalam perguruan tinggi. Apanya yang merdeka kalau begitu?

Kampus dapat benar-benar merdeka apabila pejabat kampus, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa kompak untuk memposisikan diri sebagai unit yang setara. Jika itu semua terjadi, barulah pantas menyandang nama Kampus Merdeka.

Penulis: Yohanes Ivan Adi Kristianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kampus Merdeka Sesungguhnya Adalah Ketika Negara Bisa Memastikan Akses Kuliah yang Sama

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Agustus 2024 oleh

Tags: Budayakampus merdekaMahasiswatradisi
Yohanes Ivan Adi Kristianto

Yohanes Ivan Adi Kristianto

Dosen PNS yang hobi mencari meme.

ArtikelTerkait

masa lalu

Mahasiswa Sekarang dan Romantisme Masa Lalu yang Bikin Kesel

30 September 2019
Jatinangor, Disukai Sekaligus Dibenci Mahasiswa

Jatinangor, Disukai Sekaligus Dibenci Mahasiswa

5 November 2023
Curahan Hati Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang Digadang-gadang jadi Da'i Mojok.co

Curahan Hati Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang Digadang-gadang jadi Da’i

7 November 2023

Testimoni Mahasiswa yang Kerja Part Time di Restoran, Dunia Dapur Itu Keras!

5 November 2023
Kata Siapa Kos Tahunan Bikin Menderita? Nyatanya Nggak Seburuk Itu, kok, Asal Survei dengan Benar

Kata Siapa Kos Tahunan Bikin Menderita? Nyatanya Nggak Seburuk Itu, kok, Asal Survei dengan Benar

3 Mei 2024
13 Tabiat Mahasiswa KKN yang Dibenci Warga Desa, Jangan Dilakukan atau Kalian Jadi Musuh Bersama Mojok.co

13 Tabiat Mahasiswa KKN yang Dibenci Warga Desa, Jangan Dilakukan atau Kalian Jadi Musuh Bersama

18 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.