Kehidupan setelah pernikahan
Namun, seperti perempuan pada umumnya, alarm untuk segera menikah semakin berbunyi kencang. Akhirnya, saya menikah, tapi masih tetap bekerja sampai beberapa bulan. Kemudian, setelah 6 bulan menikah, saya mendapatkan amanah untuk bisa mempunyai momongan. Di sini saya merasa bahwa Jurusan Teknik Sipil tidak cocok untuk perempuan.
Pekerjaan teknik sipil yang lebih banyak berada di lapangan, mengawasi proses pengecoran, naik turun tangga, melewati besi-besi tulangan, tentu tidak cocok bagi ibu hamil. Risikonya besar sekali. Meskipun ada kelonggaran-kelonggaran dari perusahaan. Dengan rela hati, saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan, karena saya sadar kodrat sebagai wanita.
Sesuai jenis kelaminnya, kodrat perempuan terkait dengan reproduksi, yaitu hamil, melahirkan, dan menyusui. Hal ini yang tidak bisa dialihkan ke laki-laki. Meskipun perempuan masih mempunyai pilihan. Perempuan bisa memilih untuk hamil atau tidak. Perempuan juga tidak wajib hamil. Tetapi menikah dan mempunyai momongan tentu merupakan impian banyak orang.
Realita yang saya hadapi sebagai lulusan Jurusan Teknik Sipil
Tolong jangan baper. Ini bukan soal kesetaraan gender. Tapi realitanya di lapangan memang seperti itu. Kalau Anda seorang perempuan lulusan Jurusan Teknik Sipil dan masih aktif bekerja, tentu pasti punya pertimbangan-pertimbangan lain.
Perempuan yang bekerja di bidang teknik biasanya terbagi menjadi 2 kelompok. Pertama, adalah fresh graduate dan wanita single yang masih sibuk mencari pengalaman kerja. Kedua, adalah ibu-ibu yang anak-anaknya sudah memasuki usia Sekolah Dasar. Jarang sekali ada wanita yang baru menikah dan mulai membangun rumah tangga masih bekerja di lapangan. Mereka terbatas oleh kondisi fisik ketika hamil sampai melahirkan.
Dan ngomong-ngomong, itu adalah gambaran secara umum saja, ya. Ini hanya sebagai bahan pertimbangan ketika Anda memilih Jurusan Teknik Sipil. Saya tidak bermaksud mematahkan semangat perempuan-perempuan muda yang ingin setara dengan laki-laki. Kalau Anda sudah telanjur mengambil Jurusan Teknik Sipil ya tidak apa-apa, dinikmati saja prosesnya.
Penulis: Seti Aprilianti
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Arsitek Dipuji, Insinyur Sipil Dibenci: Derita di Balik Cantiknya Sebuah Bangunan