Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Jogja, Kota Pelajar yang Tak Belajar dari Kesalahan Jakarta

sadad oleh sadad
19 November 2019
A A
Jogja, Kota Pelajar yang Tak Belajar dari Kesalahan Jakarta
Share on FacebookShare on Twitter

Jogja adalah kota yang (katanya) selalu dirindukan bagi orang-orang yang pernah tinggal di sana. Misal aja kamu pernah kuliah di sana, kemudian lulus dan cabut untuk bekerja di kota lain. Maka pada suatu ketika kamu pasti akan berkeinginan sesekali bermain ke Jogja.

Bicara soal kuliah di Jogja, bagi kamu generasi 90-an yang kuliah di sana pada dekade pertama era 2000-an mungkin akan melihat ada perbedaan dari wajah kota yang kita rindukan itu pada masa saat ini. Di tulisan ini, saya hanya akan membahas soal keberadaan flyover ataupun underpass yang mulai banyak dibangun di sana.

Jika sekarang kita datang ke Jogja dari arah Magelang atau Semarang, maka kita akan disambut keberadaan flyover Jombor. Sebuah jalan layang yang kayaknya belum ada sampai sekitar tahun 2012. Kalau dari Jombor kita belok kiri (alias ngetan atau ke arah timur) dan jalan terus ke arah Condong Catur, maka kita akan menemukan ada underpass di Kentungan (daerah yang akan sangat berbau porno jika “ngan”-nya dihilangin).

Karena heran dengan adanya flyover dan underpass, saya pun mencari informasi dari berbagai sumber. Dari mulai obrolan orang-orang di angkringan sampai penjelasan pejabat setempat yang dimuat di media massa. Intinya sih, flyover dan underpass di Jogja dibangun untuk mengurai kemacetan.

Entah kenapa, sebagai orang yang tinggal di Jakarta dan merasakan betapa brengseknya kemacetan di Ibu Kota tercinta ini. Saya seperti risih kalau membaca ucapan pejabat di daerah yang berupaya mengatasi kemacetan dengan menambah jalan. Salah satunya membangun flyover dan underpass. Karena pola pikir seperti itulah yang bikin Jakarta macet kayak sekarang.

Sekarang ini udah nggak terhitung lagi deh berapa banyak flyover dan underpass yang ada di Jakarta. Apa macet Jakarta sudah berkurang? Tentu tidak! (masa bodo dengan semua klaim pejabat dan lembaga negara yang bilang macet Jakarta berkurang).

Mulai tahun 2019, Jakarta mulai punya MRT yang sebagian jalurnya ada di bawah tanah. Di tahun 2019, Jakarta akhirnya punya kereta bawah tanah (walaupun jaraknya nggak sampai 15 kilometer). Saat di sisi lain, kota-kota metropolitan di negara maju, seperti London dan Paris, sudah punya sejak sekitar awal abad 20.

Banyak pakar yang menilai kemacetan yang parah di Jakarta disebabkan pendekatan yang salah dalam mengatasi kemacetan. Dosa ini bukan terjadi dalam 1-2 tahun ini, atau 5-10 tahun lalu, tapi sudah beberapa puluh tahun yang lalu!

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Coba cek aja, pas masa-masa awal kemerdekaan, di Jakarta masih ada trem. Tapi trem kemudian dibuang karena dianggap bikin macet (bagi pengguna kendaraan pribadi tentunya). Padahal di kota-kota negara maju, kita masih bisa lihat trem.

Jadi memang mungkin di masa lalu, orang-orang penting di Jakarta mikir membangun dan menambah jalan saat kota mulai macet adalah solusi terbaik. Padahal seandainya di masa lalu pola pikirnya adalah mengatasi macet dengan membangun transportasi umum yang handal, mungkin di masa sekarang jaringan kereta bawah tanah di Jakarta udah bejibun. Nggak seuprit kayak sekarang.

Nah, kesalahan Jakarta di masa lalu itulah yang sepertinya coba di-copy paste kota-kota besar lain di Indonesia, tak terkecuali Jogja. Jadi ketika jalanan kota mulai macet, yang dipikirkan adalah mulai menambah jalan, bukannya membangun transportasi umum.

Padahal ya, kondisi Jogja yang sekarang sebenarnya masih ideal untuk mulai dibangun jaringan kereta bawah tanah, mumpung macetnya belum parah-parah amat. Karena kalau kemacetan Jogja di masa depan sudah seperti Jakarta yang sekarang, maka sudah susah untuk mulai membangun kereta bawah tanah.

Sebab kalau melihat proses pembangunan MRT di Jakarta, kemacetan saat proses pembangunan jalur bawah tanah bisa bikin kemacetan parah selama bertahun-tahun. Kecuali jika kontraktornya Bandung Bondowoso, mungkin bisa jadi cuma sehari semalam.

Jadi sebagai salah satu orang yang mencintai Jogja, saya rasanya nggak rela kota pelajar kita itu tumbuh dan berkembang dengan mencontoh Jakarta. Mungkin sebaiknya Jogja mencontoh kota-kota di Eropa yang jalan-jalan raya-nya tetap kecil-kecil dan sempit-sempit, tapi trotoarnya lebar dan jaringan kereta bawah-nya tersebar ke hampir seluruh penjuru kota.

BACA JUGA 4 Alasan Orang Malas Naik Transportasi Umum di Jabodetabek atau tulisan Sadad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 November 2019 oleh

Tags: JakartaJogjamacetmrt
sadad

sadad

ArtikelTerkait

Glodok Plaza Kehilangan Denyut Lagi setelah Kebakaran Berulang

Glodok Plaza, Mall Lawas yang Kehilangan Denyut Lagi setelah Kebakaran Berulang

21 Januari 2025
Gaji 18 juta di Jakarta vs Gaji 9 juta di Kota Asal, Pertanyaan Paling Mudah untuk Warga Jogja, Pilih Jakarta lah!

Gaji 18 juta di Jakarta vs Gaji 9 juta di Kota Asal, Pertanyaan Paling Mudah untuk Warga Jogja, Pilih Jakarta lah!

15 April 2025
Brongkos, Kuliner Jogja yang Perlu Dapat Sorotan. Jangan Gudeg dan Bakpia Melulu Mojok.co

Brongkos, Kuliner Jogja yang Perlu Dapat Sorotan. Jangan Gudeg dan Bakpia Melulu

20 November 2024
Rekomendasi 3 Bakpia Tanpa Angka dengan Inovasi Menggemparkan. Lahirnya Raja Baru Bakpia Jogja!

Rekomendasi 3 Bakpia Tanpa Angka dengan Inovasi Menggemparkan. Lahirnya Raja Baru Bakpia Jogja!

30 Juli 2023
Malioboro Jogja, Jalan Kerajaan yang Kini Jadi Jalan Milik Siapa Saja Mojok.co overtourism

Malioboro Masa Kini Adalah Wujud Kebiasaan Kota Jogja yang Mengabaikan Keberadaan Rakyat Kecil

8 Februari 2024
Mentang-mentang Semarang Sebelahan sama Venus, Bukan Berarti Orang Semarang Kebal dengan Panas Heatwave yang Sedang Menyerang jakarta

Belasan Tahun Tinggal di Semarang, Saya Kira Jakarta Lebih Panas Udaranya, Ternyata Semarang Masih Lebih Panas!

6 Juli 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.