Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Jogja Istimewa: Realitas atau Ilusi?

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
10 Mei 2022
A A
Jogja Istimewa: Realitas atau Ilusi? kill the DJ

Jogja Istimewa: Realitas atau Ilusi? (Bangoland via Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Masihkah Jogja istimewa dengan segala karut marut yang ada?

Dulu ia dipuja sebagai penyokong kemerdekaan Indonesia. Ia digadang sebagai penjaga budaya leluhur. Ia menjadi saksi dari kebangkitan mahasiswa melawan rezim Orde Baru. Ia menjadi rumah tempat ratusan bahkan ribuan seniman berkarya. Ia juga menjadi saksi harapan, cinta, dan patah hati jutaan manusia.

Katanya sih gitu. Karena hari ini si ia ini sedang ditelanjangi oleh seabrek masalah.

Ia kini dikenal sebagai negeri GTA karena klitih. Ia berselimutkan sampah karena tempat pembuangan sampah terpadu miliknya overload dan diblokade masyarakat. Ia tak lagi ramah semenjak banyak kasus nuthuk harga dari parkir sampai pecel lele. Ia tak pernah bersahabat dengan kelas pekerja karena upah yang rendah dan harga yang tinggi. Ia kini muram oleh asap kemacetan dan dibisingkan klakson ribuan kendaraan.

Malioboro (Shutterstock.com)

Kini Jogja tidak mampu lagi menyembunyikan masalahnya. Setiap orang menghakimi Jogja yang dipandang kelewatan rusaknya. Para fanboy pun harus menggunakan mantra “KTP mana boss” untuk menepis berita buruk ini. Bahkan kepada orang Jogja asli seperti Mas Gusti Aditya, mantra ini dipakai sebagai senjata akhir.

Arus cercaan kepada Jogja makin tak terbendung. Ini menimbulkan pertanyaan: apakah Jogja masih istimewa? Apakah keistimewaan Jogja tengah dilucuti oleh masalah di dalamnya? Bahkan ada pertanyaan yang agak tajam: masih relevankah posisi monarki dalam pemerintahan daerah Jogja?

Kalau bicara status daerah istimewa, Jogja tetaplah istimewa. Mau dihantam bencana dan pandemi, Jogja tetap menyandang status istimewa. Ingin didemo bahkan sampai pemerintahannya disabotase, Jogja tetaplah Daerah Istimewa Yogyakarta. Tapi, Jogja kan dianggap istimewa bukan karena status kenegaraan saja. Seperti kata JHF, “Jogja istimewa bukan karena daerahnya. Jogja istimewa karena orang-orangnya.”

Dengan seabrek masalah tadi, Jogja kini ditelanjangi di depan umum. Jogja yang penuh masalah kini tampil di hadapan rakyat. Borok Jogja terlalu parah sampai tidak bisa ditutupi romantisasi yang terstruktur dan masif itu. Masalahnya, borok ini bukan lahir dari takdir atau bencana. Kebobrokan Jogja hadir dari salah urus yang sudah terlalu lama terpelihara.

Baca Juga:

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Salah satu sudut Jogja yang rawan kemacetan (Unsplash.com)

Mulai dari yang kini banyak dikeluhkan saja: macet. Leasing dengan DP murah dituding sebagai alasan Jogja makin sesak oleh kendaraan. Memang secara permukaan itu masuk akal. Tapi harus kembali lagi, mengapa warga Jogja lebih memilih kendaraan pribadi? Ya karena sampai hari ini, transportasi umum di Jogja tidak pernah mampu mengakomodir masyarakat.

Bangku kosong di dalam TransJogja bukanlah simbol kemalasan warga. Tapi menjadi riak dari kegagalan transportasi umum menjawab masalah mobilitas. Dan pada akhirnya, jalanan Jogja yang rata-rata kelewat sempit menyempurnakan kepadatan jalan. Belum lagi jalanan Jogja yang mirip-mirip labirin. Jujur saja, yang paling nggenah cuma jalanan di Kotabaru dan Jalan Jogja-Solo. Yang satu karena dibangun Belanda, yang satu karena jalannya super lurus.

Masalah sampah juga sama saja. Tahun lalu saya sudah nyacati situasi TPST Piyungan yang minim pengolahan. Namanya sampah kalau cuma ditumpuk ya akan numpuk. Mau diadakan kirab budaya ataupun acara simbolis, sampahnya tetap anteng tanpa berkurang. Bahkan ketika saya marah-marah seperti ini, TPST Piyungan tetaplah menjadi timbunan sampah.

Masalah klitih? Sudah jelas solusi yang mendukung gerakan vigilante warga adalah solusi paling ndlogok. Memburu para pelaku juga hanya meredakan klitih dalam jangka pendek semata. Masalah klitih adalah, sekali lagi, riak dari masalah yang lebih besar. Masalah sosial dan ekonomi adalah akar klitih yang sulit dimungkiri lagi.

Jika Istilah Klitih Diganti, Apakah Jogja Akan Lebih Baik-baik Saja? Terminal Mojok.co
Kawasan Tugu Jogja (Shutterstock.com)

Pariwisata yang selama ini jadi sumber kekayaan Jogja juga dituthuk oleh oknum nakal yang mempermainkan harga. Tapi, oknumnya banyak dan terpelihara dari masa ke masa. Karena selama ketimpangan antara wisatawan dan warga asli terus menganga, kehadiran wisatawan sama dengan mesin uang bagi masyarakat.

Masalah ini tidak hadir untuk menelanjangi Jogja, sebab Jogja sudah menelanjangi diri sendiri. Sekali lagi, masalah yang kini viral bukan berasal dari keniscayaan. Segala yang kini merujak Jogja dengan super pedas ini karena kesalahan dalam mengurus daerah istimewa ini. Tidak kurang dan tidak lebih.

Lalu, ke mana keistimewaan Jogja akan ditakhtakan? Di atas tumpukan sampah dan celurit pelaku klitih? Atau di atas harga tanah yang meroket dan keputusan upah minimum yang mencekik? Atau memang keistimewaan Jogja hanyalah gelar nasional semata, berbalut dongeng masa lalu sebelum masalah ini terlalu masif untuk ditutupi?

Pada akhirnya, semua kembali kepada kita yang memandang dan hidup di Jogja: masihkah kita merasa hidup di daerah istimewa? Atau justru kota ini sudah kehilangan keistimewaannya?

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Warga Jogja Jangan Mimpi Kaya kalau Separuh Gajinya untuk Ongkos Transpor

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 10 Mei 2022 oleh

Tags: istimewaJogjaKemacetanklitihTPST piyungan
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

fakultas hukum klitih MOJOK

Kok Bisa Bela Diri dari Klitih Malah Kita yang Jadi Tersangka?

18 Agustus 2020
6 Dosa Penjual Gudeg yang Ngaku Asli Jogja

6 Dosa Penjual Gudeg yang Ngaku Asli Jogja

11 Januari 2023
4 Perbedaan Mencolok Angkringan di Pekalongan, Jogja, dan Solo

4 Perbedaan Mencolok Angkringan di Pekalongan, Jogja, dan Solo

26 Agustus 2022
Geblek Kuliner Khas Kulon Progo yang Murah Meriah, Harganya Ada yang Cuma 100 Perak Mojok.co

Geblek Kuliner Khas Kulon Progo yang Murah Meriah, Harganya Ada yang Cuma 100 Perak

4 Agustus 2024
UIN Jogja Tidak Pantas Lagi Menyandang Status Kampus Rakyat (Unsplash)

UIN Jogja Tidak Pantas Menyandang Status Kampus Rakyat ketika UKT Anak Petani Tembus 7 Juta Rupiah!

28 September 2023
Malioboro Jogja Bau Pesing, Kuda Andong Bakal Pakai Popok (Unsplash)

Malioboro Jogja Bau Pesing Bikin Pengunjung Pusing, Kudanya Dikasih Popok Biar Nggak Bikin Kapok

10 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Pantai Watukarung, Primadona Wisata Pacitan yang Aksesnya Bikin Wisatawan Nangis Mojok.co

Pantai Watukarung, Primadona Wisata Pacitan yang Aksesnya Bikin Wisatawan Nangis

29 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

28 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.