Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Jika Istilah Klitih Diganti, Apakah Jogja Akan Lebih Baik-baik Saja?

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
7 April 2022
A A
Jika Istilah Klitih Diganti, Apakah Jogja Akan Lebih Baik-baik Saja? Terminal Mojok.co

Kawasan Tugu Jogja (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Klitih kembali memanas di Jogja. Fenomena khas Jogja ini merenggut nyawa orang yang tidak bersalah. Untuk menjawab fenomena yang erat dengan kenakalan remaja ini, otoritas memutuskan untuk mengganti istilah klitih. Kira-kira, ganti jadi apa ya?

Jogja kembali memanas. Bukan karena pergantian gubernur, lha wong itu abadi. Akan tetapi, karena wabah klitih kembali merenggut nyawa. Dan kali ini, Gubernur bersama Sultan Jogja sepakat untuk menindak tegas pelaku klitih. Tidak hanya itu, Gubernur dan Sultan mencanangkan untuk tegas melawan klitih sampai ke akar-akarnya.

Jogja malam hari (Shutterstock.com)

Telat, sih. Tapi nggak apa-apa, setidaknya pemerintah Jogja mulai peduli pada rakyatnya. Tentu rakyat narimo ing pandum sudah rindu dengan aksi langsung pemerintah daerah istimewa. Masak setiap ada masalah, malah sibuk meromantisasi pulang rindu angkringan lagi. Sekali-kali tindakannya nggak melulu pembangunan keindahan.

Salah satu gebrakan pemerintah: mengganti istilah klitih. Entah bintang jatuh apa yang menginspirasi Pemda Jogja sampai kepikiran ide ini. Bukan ide hebat, tapi terlampau ra mashok. Memang ada pandangan bahwa mengubah istilah klitih membuat penindakan secara hukum lebih mudah.

Tentu usulan ini ditanggapi dengan berbagai pandangan. Pro dan kontra sih biasa, apalagi kalau sudah dirujak warganet. Tapi beberapa jiwa yang terang ikut urun rembug perihal ganti nama klitih ini. Mungkin ke depan, akan ada selamatan ganti nama klitih ini. Lha wong pemdanya kebanyakan aksi teatrikal.

Akun Twitter @i_f4_l mengusulkan nama clythyych. Sama sih dengan klitih kalau dibaca. Tapi memang lebih cantik saat dibaca.

Akun @rnsyh_ punya usulan untuk menyebut klitih perjuangan. Sangat membanteng, bukan?

Akun @Gaklagilagila malah usul istilah yang lebih filosofis: jawir kontlo. Artinya, ya mboh kan filosofis.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Beberapa warganet menyamakan pemikiran Pemda Jogja dengan novel 1984 karya George Orwell. Novel distopian yang kental dengan kontrol opini oleh pemerintah ini dipandang senada dengan pemikiran Pemda Jogja. Akun @arli_ap mengingatkan istilah Newspeak, di mana sebuah fakta diputar balik secara masif dan terstruktur. Istilah ini dipandang mirip dengan wacana ganti nama klitih.

Lantas, apakah warganet setuju dengan wacana ganti nama klitih? Saya terlalu capek menulis nama akun yang mengatakan “tolol” terhadap wacana ini. Beberapa juga memandang bahwa solusi ganti nama klitih hanyalah aksi cari aman dari pemerintah. Jarang yang sepakat dengan pandangan ganti nama klitih bisa mempermudah penindakan secara hukum.

Biasanya mereka bawa senjata tajam (Shutterstock.com)

Saya pribadi memang skeptis dengan wacana ini. Pertama, istilah klitih bukanlah ciptaan pemerintah. Klitih adalah istilah yang telanjur mendarah daging di masyarakat. Mengganti istilah klitih secara sistematis sekalipun tidak akan menghapus nama yang sudah abadi di benak masyarakat.

Kedua, klitih bukanlah perkara sederhana. Kejahatan berupa penyerangan secara random ini punya akar yang mendalam. Situasi sosial di mana banyak pemuda Jogja terdesak oleh pembangunan dan ketimpangan. Desakan ini ditambah mental maskulinitas yang toxic menghasilkan aksi yang cenderung destruktif dan random.

Ketiga, ya jelas karena pekok. Menindak klitih dengan cara apa pun tidak akan meneror para klitih. Terbukti, pelaku dan aksi klitih tidak pernah habis. Memang, ada celah bagi pelaku di bawah umur untuk bebas dari jerat hukum pidana. Namun, setelah dikembalikan ke orang tuanya, mereka ya masih klitih. Masalah tersebut berarti sudah sampai ranah sosial dan budaya masyarakat.

Tugu Jogja (Shutterstock.com)

Mau ganti nama jadi apa pun, klitih atau apalah nanti akan tetap menghantui. Pasalnya, yang ditindak hanyalah puncak gunung es. Selama sumber dari aksi ini tidak ditindak, ya sudah klitih tetap berlipat ganda. Bukan dengan menebar teror apalagi membenturka klitih dengan masyarakat, tapi harus mengatasi problematika sosial yang jadi akar masalah.

Tapi gimana lagi, solusi dari Pemda Jogja cuma bicara ganti nama. Keselamatan masyarakat Jogja belum benar-benar selamat dari ancaman klitih. Tapi bisa jadi, memang inilah yang dirancang pemerintah. Membuat masyarakat merasa aman dengan nama baru yang asing, demi menipu insting dengan opini cetakan pemerintah. Ah, pasti Orwell tidak menyangka INGSOC lahir di Asia Tenggara. Bangkit dari sebuah daerah istimewa yang monarkis di bumi demokratis.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Audian Laili

BACA JUGA Polda dan Pemda DIY Sepakat Hapus Istilah Klitih untuk Berantas Klitih

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 April 2022 oleh

Tags: istilah klitihJogjaklitihpilihan redaksi
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

KA Taksaka Nggak Perlu Bergelar Argo untuk Jadi Primadona dan Anak Emas KAI

KA Taksaka Nggak Perlu Bergelar Argo untuk Jadi Primadona dan Anak Emas KAI

15 September 2024
Bandara YIA Megah, Kulon Progo Melarat, Aerotropolis Hanya Janji Manis Belaka

Bandara YIA Megah, Kulon Progo Melarat, Aerotropolis Hanya Janji Manis Belaka

11 Juli 2025
Meratapi Kebijakan Transit Commuter Line Dhoho-Penataran yang Semakin Rumit

Meratapi Kebijakan Transit Commuter Line Dhoho-Penataran yang Bikin Ruwet Penumpang

7 Juni 2023
Tour Guide Taman Sari Jogja, Profesi Paling Mulia karena Keikhlasannya

Tour Guide Taman Sari Jogja, Profesi Paling Mulia karena Keikhlasannya

31 Agustus 2024
10 Lagu tentang Jogja Paling Memorable Sepanjang Masa Terminal Mojok

10 Lagu tentang Jogja Paling Memorable Sepanjang Masa

31 Juli 2022
warung masakan babi di jogja

Warung Masakan Babi di Jogja yang Bikin Ngiler Part 2

8 November 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.