Jember “Gagap” Jadi Kota Tujuan Belajar. Fasilitas Publik Alakadarnya dan Mengecewakan Mahasiswa

Jember “Gagap” Jadi Kota Pelajar di Daerah Tapal Kuda, Fasilitas Publik Alakadarnya Bikin Repot Mahasiswa Mojok.co

Jember “Gagap” Jadi Kota Pelajar di Daerah Tapal Kuda, Fasilitas Publik Alakadarnya Bikin Repot Mahasiswa (wikipedia.org)

Kabupaten Jember adalah primadona bagi pelajar di daerah Tapal Kuda. Ribuan santri dan mahasiswa memutuskan untuk belajar di daerah ini. Asal tahu saja, Jember adalah daerah dengan jumlah pondok pesantren terbanyak di Jawa Timur. Kabupaten tempat kelahiran saya ini juga menjadi pusatnya perguruan tinggi di daerah Tapal Kuda. Tidak heran kalau berbondong-bondong pelajar berdatangan setiap tahun. 

Sayangnya, di balik pesona religi, akademis, dan kota pelajar itu, pelajar dan mahasiswa sebenarnya menderita. Mobilitas pelajar dan mahasiswa sangat terbatas lantaran tidak ada fasilitas publik yang memadai.  

Pusatnya perguruan tinggi

Saya akan sedikit memberi gambaran betapa penting Jember bagi daerah-daerah Tapal Kuda. Kota Tembakau itu merupakan tempat rujukan untuk menempuh pendidikan bagi daerah sekitarnya. Pasalnya, daerah ini merupakan kabupaten yang memiliki perguruan tinggi terbanyak di daerah Tapal Kuda. 

Hasil pengamatan saya, setidaknya ada 20 perguruan tinggi di Jember. Angka itu lebih tinggi dibandingkan perguruan tinggi di kota-kota sekitarnya, seperti Probolinggo (14), Lumajang (10), Bondowoso (8), Situbondo (7), dan Banyuwangi (18). Ditambah lagi, kita tidak bisa melewatkan fakta bahwa di Kota Tembakau ini terdapat kampus negeri favorit dengan kualitas yang mampu bersaing secara nasional.

Salah satu kampus negeri yang menjadi favorit mahasiswa Tapal Kuda dan sekitarnya adalah Universitas Jember (Unej). Berdasarkan Times Higher Education World University Rankings (THE WUR) 2024, Universitas Jember mendapat peringkat ke-15 universitas terbaik di Indonesia. Begitu pula dengan Politeknik Negeri Jember (Polije) yang masuk ke dalam sepuluh besar politeknik terbaik di Indonesia versi Webometric edisi Januari 2023. 

Banyaknya perguruan tinggi menjadikan daerah ini seperti magnet bagi para pelajar dari berbagai penjuru, terutama mereka yang berasal dari daerah tapal kuda. Tidak sekedar jumlah perguruan tinggi yang banyak, para mahasiswa juga tertarik dengan reputasi baik yang dimiliki perguruan tinggi di Jember. Salah satu kenalan saya misalnya, rela berkuliah di Jember karena tertarik dengan jurusan pertaniannya. Selain itu perguruan tinggi, para mahasiswa juga menyukai suasana belajar dan keindahan alam Jember yang menyegarkan pikiran. 

Jember masih perlu belajar dari kota-kota pelajar lainnya

Di tengah berbagai pesona pendidikan yang ditawarkan, Jember masih punya banyak kekurangan sebagai Kota Pelajar. Fasilitas publiknya buruk sehingga mahasiswa kesulitan. Saya rasa tulisan saya di Terminal Mojok beberapa waktu lalu yang berjudul Kabupaten Jember Harusnya Belajar dari Surabaya Soal Transportasi Umum, Bisa Jadi Solusi Kemacetan dan Promosi Pariwisata masih relevan. Hingga saat ini belum ada perbaikan fasilitas transportasi yang signifikan di Kota Tembakau itu. 

Seorang kenalan saya, mahasiswa asal Lampung yang berkuliah di Universitas Muhammadiyah Jember mengungkapkan, dia sering kebingungan untuk bepergian karena tidak ada transportasi umum efisien. Ujung-ujungnya dia mengandalkan transportasi ojek online alias ojol yang kadang nggak ramah di kantong mahasiswa. Apalagi kalau lokasi yang ingin dituju cukup jauh. Bukan tidak mungkin uang saku habis hanya untuk ojek online. 

Bukan hanya pelajar, transportasi publik yang mumpuni saya rasa juga diperlukan bagi warga Jember lain. Itu mengapa, keluhan ini perlu ditanggapi secara serius oleh pemerintah setempat.

Minim perpustakaan dan wisata edukatif

Demi menciptakan suasana belajar optimal, saya rasa daerah ini perlu memperbaiki transportasi publik yang memadai. Selain itu, Jember juga perlu menambah fasilitas perpustakaan daerah. Sudah terlalu sering saya mendengar keluhan soal perpustakaan umum di Jember yang sangat terbatas jumlahnya dan koleksinya. Keluhan-keluhan ini utamanya datang dari mahasiswa tingkat akhir

Selain itu, sebagai daerah dengan jumlah mahasiswa yang banyak, saya rasa Jember kekurangan ruang terbuka untuk berdiskusi dan wisata edukatif di Jember. Andai saja fasilitas-fasilitas itu ada, niscaya ekosistem belajar di Jember semakin kuat. Pelajar dan mahasiswa tidak perlu lagi mumet mencari kafe atau tempat-tempat lain untuk berdiskusi atau belajar. 

Gambaran di atas saya rasa cukup untuk menggambarkan betapa “gagap” Jember untuk menjadi tempat tujuan belajar. Padahal potensi daerah ini sangat besar. Saran saya, melalui kolaborasi antara pemerintah kabupaten, institusi pendidikan, dan masyarakat dapat mengoptimalkan potensinya sebagai destinasi pendidikan. Kota pendidikan sejatinya tidak hanya menyajikan bangunan-bangunan megah di kampus, tetapi juga menawarkan fasilitas publik yang mendukung perkembangan ilmu, dan kreativitas mahasiswa. Bukan begitu, Bolo?

Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Jember di Mata Orang Bangkalan Madura: Bikin Minder dan Ingin Pindah Domisili 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version