Semasa kuliah di Malang dulu, saya sering kesusahan jika menjawab pertanyaan mengenai tempat asal dari teman-teman yang berasal dari daerah lain. Kabupaten Lumajang sering disalahpahami lokasinya. Ada yang menyangka kota kecil yang berlatar sejarah mencolok ini berada di Jawa Timur sebelah barat.
Ada seorang teman kuliah dari Lampung yang mengira Kabupaten Lumajang dekat dengan Madiun. Atau bahkan teman dari Bojonegoro, yang sama Jawa Timurnya, mengaku tidak tahu lokasi kota kesayangan saya ini. Entah, mungkin karena dia kurang piknik atau tak punya cukup pengalaman membuka atlas.
Pengalaman prolog perkenalan yang kurang menyenangkan itu tentu saja, menimbulkan perasaan ngenes dan rasa terhina. Bak kemerdekaan negara yang tidak diakui. Maka, setiap kali ada kenalan baru yang bertanya tentang tempat asal, saya selalu menyertakan Kota Malang sebagai kota terdekat dengan Lumajang. Barulah si penanya itu mulai mudah memahami lokasinya.
Sebagai putra daerah termojok, duh, hal demikian tentu menjadi beban moral tersendiri. Kiranya saya perlu menuliskan beberapa hal mengenai the hidden things of Kabupaten Lumajang yang saya yakin tak banyak orang mengetahuinya.
#1 Kabupaten Lumajang adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia
Anda kaget? Jantung berdegup kencang dan badan gemetar? Silakan!
Ya. Kerajaan Lamajang adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Sejarah yang kita pelajari sejak di bangku sekolah mengatakan bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Pasai dan Kerajaan Demak. Namun, sejarah tentu punya beragam versi. Misalnya, di versi yang lain, dalam buku Atlas Walisongo yang ditulis oleh Agus Sunyoto, membantah sejarah versi sekolah tersebut. Kerajaan Demak didirikan pada abad ke-14, sementara Kerajaan Lamajang (Lumajang) Tigang Juru sudah ada sejak abad ke-12 dengan raja pertamanya bernama Arya Wiraraja yang tak lain keponakan dari Sri Prabu Kertanegara (Raja Singhasari).
Agus menjelaskan bahwa Arya Wiraraja saat itu beragama Islam karena agama Islam sudah masuk dibawa oleh Syekh Abdurrohman Assyaibani dari Kesultanan Turki Usmani pada kisaran 1230 M. Kedekatan keduanya tersebut yang menyebabkan mantan Adipati Songennep (Sumenep) ini memeluk agama Islam. Bahkan, konon, menurut kepercayaan warga sekitar, makam keduanya pun berdekatan. Agus juga menerangkan bahwa indikator keislaman Arya Wiraraja bisa dilihat dari makamnya tersebut.
Begitulah sejarah dengan beragam versinya. Meski mungkin saya tidak bisa menjamin apa yang terjadi di masa lalu, yang jelas Kabupaten Lumajang sudah ada dan diakui sejak dulu, bahkan “dipertimbangkan” memiliki keistimewaan sebagai kerajaan Islam pertama.
#2 Tanah tertinggi di Pulau Jawa ada di Lumajang
Betul sekali. Gunung Semeru dengan puncaknya bernama Mahameru adalah tempat para dewa. Puncak tertinggi di Tanah Jawa dengan ketinggian 3.676 mdpl ini masuk kawasan Kabupaten Lumajang, bukan Malang. Pasalnya, sejak ada film 5 cm beberapa tahun silam, yang menayangkan perjalanan para pendakinya via Tumpang (Malang) ke Ranu Pane, orang-orang mulai memahami bahwa Gunung Semeru masuk wilayah Malang. Padahal, ya jelas masuk area Lumajang.
Kalau Anda pendaki, coba lewatlah via Lumajang jika ingin ke Semeru. Niscaya, jungle journey Anda akan benar-benar lebih terpuaskan. Anda akan menempuh jalan beraspal tepat di tengah hutan belantara sepanjang kurang lebih 30 kilometer. Selain pemandangan yang serba hijau, jika beruntung, Anda akan menemui rusa di perjalanan.
#3 Pura tertua di Indonesia ada di sini
Sejak kecil, depan rumah saya selalu dilewati bus rombongan orang-orang dari Bali nyaris setiap akhir pekan. Rombongan bis saudara kita yang beragama Hindu itu hendak menuju ke Senduro, salah satu desa di Lumajang. Mereka berkunjung ke Pura Mandara Giri Semeru Agung untuk melakukan peribadatan.
Pura tertua di Indonesia yang dibangun sejak 1960-an ini berlokasi tepat di kawasan kaki Gunung Semeru. Menurut Tantu Panggelaran (teks prosa kuno yang mengisahkan tentang penciptaan manusia di Jawa dan segala aturannya) dan kepercayaan yang beredar di sekitar, nama pura tersebut diambil dari kisah mite puncak Gunung Semeru Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa.
Nah, sementara cukup tiga narasi itu sebagai pengantar yang semoga bisa menjadi sepercik simbol atau penanda untuk mengenal Kabupaten Lumajang. Sebagai penutup, tentu saja, penulis menyarankan pembaca mampir ke sini untuk ngopi sambil melihat air terjun Tumpak Sewu, misalnya.
BACA JUGA Menyimak Narasi Uang dari Noe Letto atau tulisan Khotib Nur Mohamad lainnya.