Jepang negara yang nyaman dijadikan destinasi wisata. Saking nyamannya, orang-orang yang pernah liburan ke Jepang selalu ingin kembali ke negara ini lagi dan lagi. Bagaimana tidak, Jepang punya tata kota yang apik, udara bersih, dan fasilitas publik yang memadai. Saya mengamini hal tersebut. Pada November tahun lalu saya plesir ke Jepang untuk pertama kalinya. Benar saja, pengalaman itu membuat saya ingin kembali lagi.
Akan tetapi, di balik kenyamanan liburan ke Jepang, sebenarnya ada banyak sekali peraturan yang mesti dipatuhi. Peraturan itu ada yang tertulis, tapi tidak sedikit pula yang tidak tertulis. Itu mengapa, wisatawan asing harus ekstra peka dan teliti ketika berwisata ke Negeri Sakura supaya tidak melanggar aturan-aturan yang ada.
#1 Jangan membuang sampah tisu toilet di tempat sampah
Kalian mungkin merasa aneh ketika pertama kali mengetahui atau mendengar aturan yang satu ini. Berbeda dengan toilet di Indonesia yang melarang penggunanya membuang tisu ke lubang kloset, toilet di Jepang justru mengimbau penggunanya membuang dan menyiram tisu di kloset. Tenang saja, tisu toilet di Jepang dapat larut dalam air sehingga tidak akan terjadi penyumbatan. Itu mengapa, pengguna disarankan menggunakan tisu yang disediakan di toilet saja.
Toilet di Jepang memang menyediakan tempat sempah, tapi digunakan untuk sampah pembalut saja. Jadi, jangan sekali-kali membuang tisu atau sampah kemasan-kemasan yang kecil seperti bungkus permen atau bungkus makanan di tempat sampah toilet ya, itu tidak tidak benar. Sayangnya, hal semacam ini sering saya temui di toilet perempuan di tempat-tempat umum di Jepang.
#2 Hindari menelepon di kendaraan umum
Sebelum plesir ke Jepang, saya suka heran dan bertanya-tanya, kenapa panggilan telepon saya sering ditolak oleh kakak yang tinggal di sana. Dia menolaknya dengan alasan sedang di dalam bus. Terus kenapa kalau di bus? Bukankah tinggal diangkat saja? Begitu batin saya di dalam hati.
Ternyata, setelah berkunjung ke Negeri Sakura, saya baru tahu kalau menerima panggilan telepon di transportasi umum bisa dianggap tidak sopan. Sebab, menelepon bisa menganggu kenyamanan penumpang lain. Jadi bagi kalian para wisatawan, lebih baik hindari mengangkat telepon kalau sedang di kereta, bus, atau transportasi umum lain ya.
#3 Jangan makan di kereta
Peraturan ini mungkin sudah familier bagi kalian yang sehari-hari naik KRL, MRT, maupun LRT. Seperti di Indonesia, di Jepang juga tidak diperbolehkan makan di kereta kecuali di Shinkansen atau kereta cepat. Kalau kalian sering melihat konten makan di kereta Jepang, hampir bisa dipastikan konten itu diambil di Shinkansen, bukan kereta biasa.
#4 Ketika mengunjungi kuil jangan jalan di tengah gerbang, itu jalan dewa!
Selama di Jepang kalian akan sering melihat bangunan berupa gerbang berwarna merah dengan corak hitam di bagian atasnya. Gerbang itu disebut Torii yang menandakan kita menuju ke sebuah shrine atau kuil. Bagi orang Jepang, kuil adalah rumah bagi Dewa Shinto bernama Kamisama. Dengan kata lain, apabila kalian melihat Torii, berarti kalian akan memasuki tempat yang sakral, kudus, dan keramat bagi warga lokal.
Ada peraturan tidak tertulis saat melewati Torii yakni hindari berjalan di tengah-tengah gerbang. Warga lokal percaya, bagian tengah adalah jalan untuk dewa. Itu mengapa pengunjung diimbau berjalan di pinggir kiri atau kanan saja. Begitu pula saat foto di depan Torri, hindari berpose di tengah-tengah.
#5 Jangan buka segel tax free
Bagi kalian yang senang belanja, ada peraturan menyenangkan di Jepang. Wisatawan asing dibebaskan pajak jika berbelanja lebih dari 5000 yen dalam sekali transaksi. Caranya nggak ribet, cukup tunjukkan e-paspor ke kasir dan perugas kasir akan memindari barcode stiker di e-paspor kalian. Setelah melakukan pembayaran, makanan atau barang-barang yang dibeli tadi akan masuk ke dalam kantong plastik dengan segel berwarna merah. Nah, jangan pernah sekali-kali membuka segel tersebut. Kalau ingin langsung mencicipi snack-snack lokal, saya sarankan beli terpisah dengan barang atau makanan yang akan kita bawa pulang ke Indonesia.
Barang dengan segel tax free akan diperiksa di bandara. Jika segel terbuka dan ketahuan petugas yang memeriksa, kalian wajib membayar PPN sebesar 10 persen dari harga barang yang segelnya terbuka tadi. Sebenarnya pengecekan ini tidak pasti sih, kadang diperiksa langsung kadang tidak. Waktu saya akan pulang ke Indonesia, bilik pemeriksaan tax free di Bandara KIX (Kansai International Airport ) kosong sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan. Walau belum pasti akan diperiksa atau tidak, lebih baik cari jalan aman dengan tidak membuka segel pada plastik snack-snack atau barang-barang yang sudah bebas pajak tadi.
Menjadi turis yang lebih peka
Liburan ke Jepang mengingatkan saya pada pepatah “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Aturan-aturan selama plesir ke Jepang memang terdengar sederhana, tapi penting untuk diketahui dan dipatuhi. Jangan sampai kita, para turis asing, dicap tidak sopan atau tidak taat aturan karena menyepelekan hal-hal yang terdengar serhana tadi.
Itu mengapa, sebelum kalian plesir ke Jepang atau tempat-tempat lain, ada baiknya kita melakukan riset terlebih dahulu. Selain riset, mengamati tindak-tanduk warga lokal juga bisa jadi cara lain untuk mengetahui kebiasaan di sana. Kepekaan dan kepedulian pada hal-hal semacam ini perlu ketika berada di negara orang supaya terhindar dari berbagai macam drama selama liburan.
Penulis: Valentina Febi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Jangan Salah Kaprah, Liburan ke Jepang Memang Bebas Visa, tapi Bukan Berarti Cukup Bawa Paspor Saja
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















