Tempat wisata kok nggak punya toilet gratis dan musala?
Beberapa waktu lalu saya terdorong untuk jalan-jalan sebentar ke Jalan Tunjungan Surabaya di siang bolong. Selain karena ingin jajan, saya juga hendak melepas stress sejenak dengan jalan-jalan dan baca buku. Kebetulan saat itu saya yang lagi duduk-duduk sambil baca buku di salah satu bangku. Lalu, saya mendengar seorang ibu-ibu yang hendak ke Pasar Tunjungan bertanya keberadaan musala ke penjaga parkir. “Ada di lantai 2, tapi wudhunya di bawah,” begitu katanya. Namun, wajah ibu-ibu tersebut tampak tidak puas.
Saya paham maksud ibu tersebut. Di Pasar Tunjungan yang sama sekali tidak dipugar itu, memang agak ngeri kalau salat di lantai 2. Mana tempat wudunya jauh dan toiletnya bayar pula!
Memang, kalau boleh jujur kelemahan Jalan Tunjungan Surabaya ini adalah ketiadaan toilet resmi dan musala. Sebetulnya, untuk tempat salat sendiri kita bisa numpang masjidnya warga kampung. Namun, perjalanan ke masjid cukup lumayan dan masih harus melalui gang sempit. Di beberapa kafe memang ada musalanya, tapi ya setidaknya kita harus beli sesuatu dulu biar pantas.
Bahkan, saking sulitnya BSI Maslahat sampai pernah menyediakan Mobil Mushola pada Ramadan lalu. Begitupun dengan toilet, kita harus bondho duit hanya untuk sekadar buang hajat. Padahal, kehadiran 2 fasilitas itu mutlak harus ada di setiap tempat wisata. Apalagi ini diresmikan oleh pemerintah sendiri, masa iya nggak ada sama sekali? Kalau begini adanya, tempat wisata ini berarti nggak ramah untuk pengunjung yang bokek tapi mau refreshing dong.
Yah, semoga pemerintah Surabaya segera menyadari hal ini dan membangun fasilitasnya. Yang namanya fasilitas umum, tetap harus ada dan dirawat sebagaimana mestinya. Jadi, kapan?
Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jalan Tunjungan, Ikon Kota Surabaya yang Semakin Tidak Ramah Wisatawan