Jalannya ruwet
Jadi gini, jalan perlimaan Tunggulwulung adalah jalan kecil. Kelima jalan yang ada di perlimaan ini merupakan jalanan kampung yang hanya muat diisi dua mobil. Bisa sih tiga mobil, tapi mepet banget. Masalahnya, kendaraan yang lewat di sekitar perlimaan ini bukan hanya motor dan mobil kecil, tapi juga ada truk dan sesekali bus. Bayangin gimana ruwetnya melintas di sini.
Lebih ruwet lagi buat orang-orang yang lewat dari arah Jalan Saxophone seperti saya. Sebelum masuk ke titik perlimaan, ada jalan turunan lalu sedikit tanjakan. Macet di jalan datar aja udah bikin mumet, apalagi macet di jalan turunan dan tanjakan sekaligus. Sungguh tidak ramah terhadap fisik dan mental manusia sebagai pengendara.
Belum lagi kawasan di sekitaran jalan perlimaan Tunggulwulung Malang merupakan area kos-kosan mahasiswa dan tempat makan. Kepadatan jalan di sini tentu akan lebih gila dan banyak kemacetan di sana. Maklum, kawasan ini dekat dengan kampus. Ada Universitas Brawijaya, STT Malang Kampus 1, Universitas Islam Malang, dan Universitas Muhammadiyah Malang.
Ini diperparah dengan minimnya orang yang mengatur lalu lintas di sana. Tidak ada polisi berjaga di sini. Orang yang mengatur lalu lintas di jalan perlimaan Tunggulwulung ini hanya orang biasa (akamsi sana), itu pun cuma satu orang. Sekarang coba bayangin, puluhan dan bahkan ratusan kendaraan dari lima jalan itu “berebut” ingin lewat duluan di perlimaan yang lalu lintasnya hanya diatur oleh satu orang. Mumet ndase!
Tidak ada jalur alternatif lain
Tak jarang saya menemui ada kendaraan yang terserempet kendaraan lainnya saking sempitnya jalanan di sini. Hal yang terjadi selanjutnya sudah pasti cekcok antar pengendara. Melihat kemacetan di jalan sekecil itu aja sudah sumpek, apalagi melihat orang cekcok di tengah kemacetan jalan kecil. Kalau sudah begini rasanya saya pengin jadi Thanos yang menjentikkan jari agar orang-orang itu sirna.
Apesnya, saya juga tidak punya pilihan lain. Berangkat ke kantor lewat jalan perlimaan Tunggulwulung Malang ini lebih cepat dibanding lewat jalan lainnya. Kalau lewat jalan utama misalnya, saya bakal tiba di kantor lebih lama juga dan bertemu titik kemacetan lebih banyak. Makanya perlimaan Tunggulwulung ini adalah jalan alternatif terbaik untuk saat ini meskipun menyebalkan karena macetnya.
Solusinya gimana? Ya ndak tahu. Kok tanya saya? Saya itu dibayar untuk menulis, bukan dibayar untuk memikirkan solusi kemacetan, Lur!
Berharap Pemkot Malang segera mengatasi kemacetan di sini juga sia-sia, makanya saya hanya bisa mencari solusi untuk diri saya sendiri. Kalau saya lewat jalan perlimaan Tunggulwulung Malang, kuncinya adalah harus lebih sabar dan jangan terpancing emosi. Plus, saya harus menghindari jam-jam sibuk, meskipun sialnya di jam tidak sibuk sekalipun perlimaan ini tetap macet.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Mati Tua di Jalanan Kota Malang.