Jalan Pantura di Kabupaten Rembang sering disebut warga sebagai salah satu jalan nasional dengan kondisi terburuk. Statusnya memang jalan nasional, tetapi kondisi fisiknya tidak mencerminkan standar tersebut. Lubang muncul di banyak titik, jalur yang sempit, volume truk tinggi, dan tingkat kecelakaan terus berulang ada di sini.
Sebagai orang yang setiap hari melewati jalan ini, saya ingin menuliskan kondisi nyata di lapangan berdasarkan data dasar lalu lintas, pengamatan pribadi saya, serta persoalan yang menurut saya yang membuat Pantura Rembang seperti tidak pernah benar-benar layak untuk dilewati.
Fakta tentang Jalan Pantura Rembang
Pantura Rembang merupakan bagian dari jaringan jalan nasional lintas Jawa yang menghubungkan Semarang–Surabaya. Ruas jalan ini dikelola oleh Kementerian PUPR dan termasuk kategori arteri primer yang melayani lalu lintas antarkabupaten dan antarprovinsi. Berdasarkan laporan lalu lintas tahunan di wilayah Jawa Tengah, Pantura Rembang dilewati puluhan ribu kendaraan per hari, dengan komposisi kendaraan berat yang cukup dominan.
Di beberapa titik seperti Kragan, Lasem, dan Sluke, laporan kerusakan jalan rutin muncul setiap tahun. Faktor utama yang sering disebut adalah beban truk yang melebihi kapasitas jalan, struktur tanah yang mudah bergeser, serta drainase yang kurang baik. Kombinasi ini membuat permukaan jalan cepat retak dan amblas.
Perbaikan jalan memang dilakukan berkala. Tetapi sering hanya bersifat tambal-sulam, sehingga kerusakan mudah muncul kembali setelah beberapa bulan, atau setelah musim hujan.
Baca halaman selanjutnya: Dua lajur untuk semua jenis kendaraan…




















