Saya setuju dengan tulisan Kang Acep Saepulloh yang berjudul Jalan Bypass Soekarno Hatta adalah Jalan Paling Meresahkan Se-Bandung Raya. Saya hanya ingin menambahkan satu hal paling krusial. Jalan sepanjang belasan kilometer itu hanya memiliki satu Jembatan Penyeberangan Orang atau JPO!
“Hah? Masa jalan sepanjang 18,46 kilometer cuma punya satu JPO?”
Iya, kalian tidak salah. Sebagai warga Bandung dari lahir, saya sudah berkali-kali “menamatkan” Jalan Bypass Soekarno Hatta dari ujung ke ujung. Satu-satunya JPO yang ada (atau setidaknya yang saya lihat ada) hanyalah JPO yang letaknya di Metro Margahayu. Letaknya nggak jauh dari Rumah Sakit Al Islam Bandung, tempat saya bekerja beberapa tahun yang lalu. Sudah begitu, kondisinya memprihatinkan. Tangga curam banget! Buat naik bikin ngos-ngosan, buat turun bikin kaki gemetar. Hadeuh!
Bukannya apa-apa saya menuliskan ini. Pasalnya, Jalan Bypass Soekarno Hatta Bandung ini kendaraannya pada ngebut! Nggak cuma sepeda motor dan mobil saja yang ngebut, tapi juga truk bermuatan besar dan bus antar kota! Kalau nggak ada jembatan penyeberangan orang bagaimana pejalan kaki mau menyeberang jalan dengan aman?
Sedikit cerita, ada teman saya yang kesusahan nyeberang di tersebut. Akhirnya dia pesan ojol hanya demi bisa nyeberang. Dia rela mengeluarkan uang beberapa belas ribu rupiah agar bisa sampai seberang jalan dengan selamat.
Dear pemerintah, perhatikan nasib anak-anak di sekitar Jalan Bypass Soekarno Hatta dong!
Bagi yang belum tahu, ada sejumlah sekolah maupun kampus yang terletak di sejumlah titik pada Jalan Bypass Soekarno Hatta Bandung. Kalau nggak ada JPO, bagaimana nasib mereka? Orang dewasa saja susah untuk menyeberang di Jalan Bypass Soekarno Hatta Bandung, apalagi anak-anak?
Memang, sejumlah sekolah maupun kampus di Jalan Bypass Soekarno Hatta sudah menyediakan zebra cross. Tidak lupa, mereka turut menyediakan satpam yang dilengkapi stop sign, rompi reflektor, traffic light stick untuk menyeberangkan para pejalan kaki ke seberang jalan.
Akan tetapi, hal tersebut nggak menjamin pejalan kaki dapat menyeberang dengan selamat karena kendaraannya yang melintas benar-benar ngebut. Kondisinya akan lebih buruk di malam hari, jalan ini minim banget lampu Penerangan Jalan Umum (PJU). Sudah pengendara ngebut, jalanan gelap, minim JPO lagi.
Pejalan kaki benar-benar warga negara kelas dua di Indonesia
Sejak kecil, saya sering mendengar kalimat anekdot “Pejalan kaki adalah warga kelas dua di Indonesia”. Setelah besar saya baru menyadari, ternyata pemerintah memang lebih memprioritaskan infrastruktur untuk kendaraan bermotor alih-alih pejalan kaki. Kondisi trotoar Indonesia itu sama sekali nggak ramah buat para pejalan kaki. Nggak heran kalau Orang Indonesia Susah untuk Diajak Jalan Kaki!
Jalan Bypass Soekarno Hatta pun seolah mengamini hal yang sudah saya tuliskan di atas karena jalan ini minim banget jembatan penyeberangan! Sebenarnya nggak hanya di Jalan Bypass Soekarno Hatta saja sih yang minim JPO. Jalan-jalan besar lainnya di Kota Bandung juga minim banget JPO. Kalaupun ada JPO, kondisinya benar-benar tidak terurus sama sekali. Antara tangganya terlalu curam hingga bau pesing akibat dijadikan tempat tinggal tunawisma. Ujung-ujungnya malah dibongkar saking kumuhnya.
Terakhir sebagai penutup, izinkan saya menyampaikan sepatah dua patah kata untuk Pemerintah, baik Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Provisinsi Jawa Barat, atau Pemerintah Pusat (karena Jalan Bypass Soekarno Hatta ini masuknya ke jalan nasional). “Kalau memang nggak bisa bikin JPO, bikin underpass atuh? Kalau nggak ada JPO atau underpass, minimal lampu sing caang atuh (minimal lampu yang terang)?”
Pokoknya, siapapun Wali Kota Bandung berikutnya, siapapun Gubernur Jawa Barat berikutnya, tolong banget ini mah buat diperhatikan, ya! Saya tak mengerti, kenapa Bandung perkembangannya lambat sekali jika dibandingkan kota besar lainnya?
Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Buahbatu Bandung, Kecamatan Paling Membingungkan karena Namanya Banyak Dicatut di Daerah Lain
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.