Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Jadi Sarjana Pengangguran Tak Masalah Asal Punya Privilese Saja

Aly Reza oleh Aly Reza
2 Februari 2021
A A
Jadi Sarjana Pengangguran Tak Masalah Asal Punya Privelese Saja Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Bagaimanapun kita mesti sepakat kalau memiliki gelar sarjana nyatanya nggak serta-merta bisa menjamin pekerjaan yang layak, kehidupan yang mudah, atau masa depan yang ideal. Dan kita mesti mengamini apa kata Iwan Fals dalam lagu “Sarjana Muda”-nya. Ya ternyata benar. Empat tahun lamanya bergelut dengan buku, sia-sia semuanya. Nyatanya nggak sedikit kok sarjana-sarjana muda (yang tua pun sama sih sebenarnya), yang pulang-pulang malah jadi pengangguran. Ijazahnya nggak laku di mana-mana.

Kalau sudah begitu, ceritanya amat sangat klise. Apalagi kalau bukan jadi bahan omongan tetangga. Lebih-lebih kalau si sarjana nggak punya keterampilan apa pun selain perkara teoretik. Haduhh, auto jadi sasaran olok-olok, deh. Ditambah lagi hidup di lingkungan masyarakat yang memandang pendidikan sebagai sesuatu yang nggak terlalu penting. Wah, sudah pasti dikatain jadi anak yang cuma bisa menghabiskan duit orang tua, tapi nggak berguna sama sekali.

Eits, tapi nggak usah risau. Yang saya omongin di atas itu adalah gambaran sarjana yang berasal dari keluarga biasa saja. Yang sama-sama dari kalangan wong cilik. Tentu beda kasus dong dengan sarjana-sarjana yang sedari zigot sudah punya privilese.

Karena se-pengangguran apa pun, atau se-nggak berguna apa pun, asalkan dia berasal dari keluarga terpandang, besar kemungkinan nggak bakal jadi bahan olokan, kok. Kesimpulan ini saya ambil dari pengalaman yang baru-baru ini saya alami sendiri.

Begini, di desa saya ada dua sarjana baru. Masih hangat lah. Satu adalah tetangga saya yang merupakan anak seorang Kadus sekaligus cucu kiai. Satunya lagi adalah saya sendiri yang hanya seorang anak tukang kayu. Nah, hanya gara-gara latar belakang kami yang berbeda itu, perlakuan masyarakat kok ya ikut-ikutan berbeda.

Saya sering banget dapat sindiran. Mulai dari sarjana pengangguran lah, sarjana luntang-lantung lah, sarjana ngowah-ngowoh lah, dan mbuh apa lagi. Itu baru yang dilontarkan di depan saya, Belum lagi yang jadi bahan rasan-rasan di belakang.

Jujur, awalnya saya sih nggak masalah, ya. Toh sebenarnya saya bukan pengangguran juga. Sudah sejak akhir semester 6 saya bekerja di salah satu portal berita lokal di Rembang. Nggak bisa disebut gede, baik portalnya maupun gajinya, tapi paling nggak saya punya pemasukan bulanan.

Hanya saja, karena bulan-bulan ini kantor masih dalam proses renovasi, alhasil untuk sementara kami kerja dari jalan dan rumah masing-masing. Ketemu satu bulan dua kali di kafe untuk rapat dan evaluasi. Nah, karena saya kelihatan di rumah terus, nggak kelihatan ngapa-ngapain, akhirnya saya distempel jadi sarjana pengangguran.

Baca Juga:

Realitas Pahit Lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Laris yang Susah Cari Pekerjaan

Sarjana Agama Jangan Mau Dicap Cuma Bisa Terima Setoran Hafalan, Ini 5 Profesi Alternatif yang Butuh Keahlian Agama Kamu

Tapi sekali lagi, awalnya saya nggak ada masalah dengan itu. Bodo amat mereka mau nyinyir, yang penting kan duit bulanan saya terus ngalir~

Asunya adalah kenapa hal serupa nggak terjadi sama tetangga saya tadi? Sarjana teknik mesin yang sama sekali nggak ngapa-ngapain. Benar-benar pengangguran. Blas nggak kerja. Alih-alih mendapat nyinyiran seperti saya, tetangga saya ini justru mendapat respek dari banyak orang.

Pernah suatu kali waktu saya dan tetangga saya itu ngopi bareng, saya nguping percakapannya dengan salah seorang warga desa. Percakapan yang bikin saya gondok nggak ketulungan.

Lah piye, waktu ditanya, “Kok belum cari kerja?” Tetangga saya tadi sambil cengar-cengir bilang jujur kalau dia masih sulit buat cari kerjaan. Di luar dugaan, warga desa saya tadi justru menepuk-nepuk bahu tetangga saya sambil membesar-besarkan, “Sudah, sabar, nanti pasti ada jalannya, kok. Optimis!”

Wooo, coba saja saya yang ada di posisi tetangga saya itu, sudah pasti habis kena omongan-omongan nyelekit.

Pernah juga di lain hari, ada yang menanyakan hal serupa. Tetangga saya ini bilang kalau dia berencana buka usaha. Konter kecil-kecilan gitu lah di depan rumah. Seperti yang sudah saya tebak, respons si penanya tadi kok ya benar-benar antusias banget gitu loh.

Dengan berapi-api dia bilang, “Wah, bagus itu, Mas. Mantap. Cah enom itu memang harus kreatif dan mandiri!”

Lagi-lagi saya nggak bisa nggak membayangkan. Seandainya saya yang ada di posisi itu, wah sudah pasti dikomentari rak uwis-uwis. Kata-kata yang keluar kemungkinan begini, “Hla wong sarjana kok cuma bakulan pulsa!” Sudah mesti itu.

Puncak kemangkelan saya pun terjadi baru-baru ini. Jadi, tetangga saya itu baru saja menggelar lamaran. Rencananya pertengahan bulan Februari nanti blio bakal menikah. Iya, menikah tapi belum punya pekerjaan tetap. Dan nggak ada satu warga pun yang mempermasalahkan hal itu. Malah ada yang bilang, “Nggak apa-apa nikah dulu. Nanti rezekinya pasti datang sendiri, kok. Wong rezeki sudah diatur sama Gusti Allah!”

Oke, saya setuju. Setuju banget malah. Atas rencana pernikahannya pun saya turut senang dan mendoakan yang terbaik. Cuma satu yang bikin saya darah tinggi. Waktu saya nyeletuk sebentar lagi mau menyusul blio nikah, eh hla kok langsung disambar gini, “Nyusal, nyusul. Kerja dulu sana. Mapan dulu. Memangnya anak orang mau dikasih makan apa?”

Makan ati, Pak, makan atiii. Hemmm, bisa-bisanya di saat bersamaan bikin statement yang berbeda. Masak mentang-mentang tetangga saya anak Kadus, cucu kiai yang dihormati, jadi selalu dapat pembelaan atas kepayahan-kepayahan yang ada dalam dirinya.

Dan oleh karena itu saya berani bilang, jadi sarjana pengangguran itu nggak masalah, kok. Asal sejak zigot situ punya privilese sajaaa. Puas?

BACA JUGA Beban Berat Menjadi Sarjana di Kampung dan tulisan Aly Reza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 Januari 2022 oleh

Tags: Pengangguransarjana
Aly Reza

Aly Reza

Muchamad Aly Reza, kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Penulis lepas. Bisa disapa di IG: aly_reza16 atau Email: [email protected]

ArtikelTerkait

pengangguran

Kiat-Kiat Sukses Menjadi Pengangguran

14 Agustus 2019
Kiat-kiat Menjadi Pengangguran Teladan

Kiat-kiat Menjadi Pengangguran Teladan

13 Januari 2023
Menjadi Pengangguran Setelah Lulus Kuliah Adalah Fase Hidup Paling Menyebalkan terminal mojok

Menjadi Pengangguran Setelah Lulus Kuliah Adalah Fase Hidup Paling Menyebalkan

16 Juni 2021
Realitas Pahit Lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Laris yang Susah Cari Pekerjaan

Realitas Pahit Lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Laris yang Susah Cari Pekerjaan

11 November 2025
Apa Salahnya Lulusan Sarjana Jadi Debt Collector? Pekerjaan Ini Legal dan Punya Etika kok Mojok.co

Apa Salahnya Lulusan Sarjana Jadi Debt Collector? Pekerjaan Ini Legal dan Menghasilkan kok

2 Januari 2024
Sampai Kapan Nogkrong di Warung Kopi Dianggap Pengangguran?

Sampai Kapan Nongkrong di Warung Kopi Dianggap Pengangguran?

1 Desember 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.