Kerja lewat outsourcing itu nggak buruk-buruk amat kok. Peluang berhasil pasti ada, tinggal kitanya gimana
Siapakah di sini yang sedang mencari-cari pekerjaan atau kesempatan bekerja di tempat lain yang jauh lebih baik, tapi belum juga mendapatkannya?
Ya, saya pun demikian. Betapa saya ingin sekali bekerja di tempat yang mana saya bisa pulang on time, libur Sabtu dan Minggu, masuknya office hour. Sepertinya yang memiliki kriteria tersebut di dunia per-PNS-an. Sayangnya saya tidak berminat, dan saya yakin saya tak sendiri.
Seperti yang kita sama-sama tahu bahwa sekarang ini begitu sulit mencari pekerjaan. Walaupun kita sudah menggunakan bantuan dari aplikasi pencari kerja seperti Jobstreet, LinkedIn, Indeed, dan banyak lagi. Tapi kenyataannya tidak semudah dan sesimple itu. Tidak sedikit yang lamarannya tidak diproses dan ditolak, bahkan tak sampai ke tahapan wawancara. Ah, sedihnya.
Mau tak mau, akhirnya, saya memilih jalan pedang dengan bergabung ke BPO. Lebih dari 5 tahun saya telah menggeluti pekerjaan saya di dunia per-BPO-an. Tahu kan, BPO? Nama bekennya itu Outsourcing. Yes, lembaga pencari karyawan yang nantinya akan didistribusikan ke client dengan posisi yang sesuai dengan masing-masing kriteria dan kualifikasinya.
Di Indonesia sendiri sudah banyak nama-nama BPO yang terkenal, dari yang lokal, sampai yang internasional. Tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta, Tangerang, Semarang, Surabaya, bahkan Yogyakarta. Tentu masih banyak lagi di kota-kota lain di Indonesia.
Positif dan negatif outsourcing
Kalau menurut saya, bekerja di BPO atau outsourcing itu banyak positifnya. Meski ya tidak lepas dari beberapa hal negatif juga. Sebagai contoh, dulu saya pertama kali bekerja di BPO itu dengan posisi call center atau agent atau customer service.
Hal positifnya, sehubungan dengan karier, di sini sangat bisa dan cepat untuk membangun karier. Yang awalnya menjadi agent customer service, sangat memungkinkan dalam beberapa tahun menjadi manager. Menarik bukan? Selain daripada itu, banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang bisa didapatkan dari sini.
Nah, ini adalah sisi positifnya. Namun jangan salah, kalau ada positif pasti akan ada negatif.
Banyak yang menganggap bahwa bekerja di sebuah BPO atau outsourcing itu tidak dapat dijadikan pegangan, karena terikat dengan kontrak. Yang sewaktu-waktu bisa saja kita di-cut atau di-PHK. Beda dengan pekerjaan yang bisa mengangkat kita menjadi karyawan tetap. Tapi apakah itu benar? Oh belum tentu.
Jadi begini, outsourcing itu tak melulu kontrak, ada kok yang berani mengangkat karyawannya menjadi tetap. Tapi apakah kalau sudah tetap itu pasti aman dari segala risiko pemutusan hubungan kerja? Belum tentu. Karena kita bekerja sejatinya untuk client melalui BPO tersebut. Jadi mungkin saja sewaktu-waktu client-nya bisa memutuskan hubungan kontrak kerja dengan BPO yang bekerja sama dan imbasnya kita juga yang akan kena.
Keluarlah dari, zona nyaman~
Contoh yang lain adalah, bagi yang sudah lama berkecimpung di dunia BPO (seperti saya salah satunya), pasti akan terjebak di zona nyaman. Kenapa? Kita secara tidak langsung menjadi expert di 1 bidang saja. Sehingga ketika kita memutuskan untuk mencari kesempatan lain, cukup sulit agaknya. Kalaupun ada, mungkin di sesama BPO.
Solusinya adalah, ketika memang sudah nyaman di sana dan memungkinkan untuk membangun usaha sendiri, kita bisa belajar manajemen dari usaha yang kita jalankan sendiri. Jadi incomenya tidak hanya datang dari satu sisi. Itulah salah satu solusi yang saya coba terapkan di kondisi saya saat ini. Dengan menyadari bahwa sangat sulit mencari pekerjaan lain di usia yang bukan lagi saatnya cari kerja untuk sebuah pengalaman.
Bukan saya bermaksud kalau bekerja di BPO atau outsourcing itu tidak baik. Bekerja di manapun itu baik kok asalkan sesuai dengan kapabilitas. Nyatanya tidak sedikit yang bisa sukses di sana, setelah berapa banyak cobaan yang berhasil dilalui.
Lalu apakah selamanya kalau bekerja jadi BPO dengan fokusnya contact center akan terus menjadi agent customer service? Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa banyak orang yang sukses di dunia tersebut. Ada yang menjadi manager, supervisor, bahkan director. Ingat, sudah banyak orang sukses yang memulai kesuksesan mereka dari posisi terkecil. Plus, masuk outsourcing nggak melulu contact center kok. Banyak posisi yang lain.
Mungkin memang butuh waktu yang tidak sebentar, ya namanya proses. Nggak bisa kalian sukses dalam waktu singkat, kecuali terlahir dari keluarga super kaya. Itu pun mereka masih menjalani proses. Jadi, kerja lewat outsourcing itu nggak seburuk yang kita kira kok. Jalani saja prosesnya, dan berusaha sekeras yang kau bisa. Semangat!
Penulis: Shila Nurita
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Banyak Info Loker Bertebaran, tapi Angka Pengangguran Tetap Tinggi, Kenapa?