Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Penyesalan Saya yang Terlalu Manja karena Orang Tua Berstatus PNS

Mohammad Faiz Attoriq oleh Mohammad Faiz Attoriq
10 Januari 2023
A A
Penyesalan Saya yang Terlalu Manja karena Orang Tua Berstatus PNS (Unsplash)

Penyesalan Saya yang Terlalu Manja karena Orang Tua Berstatus PNS (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Cerita ini bermula jauh sebelum saya lahir di tahun 1996. Ayah dan ibu diangkat jadi PNS kira-kira satu atau dua tahun sebelumnya. Saya ingat betul waktu itu masih menyusui, tetapi sudah ditinggal ibu prajabatan. 

Waktu itu, katanya saya rewel terus sampai harus ditenangkan nenek dari pihak Ibu. Meski waktu itu saya masih kecil banget, tapi sudah punya rasa kehilangan meski nggak tahu itu apa.

Karena ayah dan ibu sama-sama jadi PNS, saya merasa banyak kebutuhan yang tercukupi. Kalau telat terwujud pun nggak sampai lewat dua bulan. Ketika di luar sana susah payah mencari seusap nasi, kami sekeluarga dijamin oleh negara untuk berkecukupan.

Hidup nyaman berkat orang tua berstatus PNS

Kemapanan itu sudah terlihat sejak nenek dari pihak ayah pensiun. Meski hanya pensiunan guru, tiap Lebaran selalu ada uang THR. Minimal ada dua lembar uang berwarna merah untuk setiap cucu (saya dan tiga sepupu lainnya). Ketika saya besar sedikit, bertambah jadi tiga kali lipatnya. Jujur, ini alasan kenapa saya waktu kecil senang Lebaran di rumah nenek dari pihak ayah.

Begitu SMP sampai kuliah, uang saku saya nggak pernah telat. Kalau habis, tinggal bilang, terus dikasih, nggak pernah telat. Mau beli apa saja, ayah dan ibu lebih sering menyanggupi. Berkat kemapanan inilah, saya jadi merasa apa-apa tercukupi.

Tuntutan orang tua

Begitu menjelang lulus kuliah, saya diminta untuk memprioritaskan PNS sebagai pekerjaan utama. Terserah bidangnya, asal saya menjadi PNS. Alasannya? Jelas, biar nggak perlu memikirkan pendapatan. Setiap bulan terjamin. Masa tua saya bakal terjamin, kata mereka.

Belum lagi mereka bawa-bawa soal gender. Kata mereka, laki-laki harus punya penghasilan tetap. Alasannya ya biar keluarga nanti tercukupi. Terdengar kayak toxic masculinity, tapi saya nggak bisa mengubah pola pikir ini. Bagaimana mau mengubah kalau pemikiran itu sudah mengakar.

Pemikiran semua orang harus menikah dan lelaki harus memikul beban berat sudah jadi top of mind, lah. Ini yang membuat mereka memaksa saya mempunyai penghasilan tetap. Jalan paling mudah ya menjadi PNS.

Baca Juga:

4 Alasan Pegawai P3K Baru Harus Pamer di Media Sosial

Tunjangan Kinerja buat ASN, Beban Kerja buat Honorer, di Mana Adabmu?

Pergolakan batin saya

Seketika itu, api pemberontakan saya terpantik. Saya ingin bebas. Saya ingin fight. Tapi, ayah dan ibu kurang berkenan. Kata mereka, saya bukan tipe orang yang harus benar-benar bekerja biar penghasilannya banyak. Juga, saya dikatakan bertipe orang yang harus teratur, diikat aturan, bahkan saya dianggap nggak punya daya juang.

Kalau benar saya nggak punya daya juang, sebenarnya ada alasannya. Ini semua karena kesalahan saya yang terlalu mengandalkan mereka. Juga, ini juga karena mereka telat banget bilang kalau menjadi PNS pun nggak tentu menjamin begitu saya beranjak bangku kuliah. Saya nggak dilatih atau diizinkan cari uang sendiri. Kata mereka biar saya fokus kuliah saja.

Penyesalan

Seketika saya menyesal sejadi-jadinya. Ini semua sebenarnya karena saya terlalu dibuai oleh kemapanan. Karena ayah dan ibu menyandang status PNS, sejak kecil semua kebutuhan saya selalu dipenuhi. Saya dimanja oleh kemapanan. Secara nggak langsung, saya dimanja oleh negara.

Apakah ada yang masih ingat artikel saya yang membahas perkataan Akbar Faizal? Begitu lulus kuliah, pikirannya jangan langsung menjadi PNS. Itu dikatakan di depan wisudawan dan orang tua yang mendampingi. Secara nggak langsung, beliau mengatakannya pada orang tua wisudawan kan?

Orang tua dan negara punya benang merah. Mereka sama-sama menjamin keuangan anaknya. Tapi, suatu saat nanti, orang tua bakal minta anaknya mandiri secara finansial karena nggak selamanya sanggup mencukupi. Begitu juga dengan negara, lama-lama APBN enggak sanggup buat menanggung semua ASN-nya.

Kemapanan bisa bikin lupa daratan

Memang, kemapanan bisa membuat kita lupa daratan. Kemapanan membuat orang-orang terjebak dalam zona nyaman. Saya ditendang dari zona itu begitu orang tua sudah menilai saya sekarang harus mempunyai penghasilan tetap. Intinya, kemapanan membunuh saya.

Semua sudah terjadi. Saya sudah muak. Mungkin, kalau terlahir dari keluarga bukan PNS, saya bakal bisa menghargai mahalnya hidup. Saya sadar, jadi hebat bukan karena apa-apa terjamin, melainkan mereka yang survive setelah open fight dengan kerasnya hidup.

Ayah, ibu, maafkan saya yang terlalu mengandalkan kalian. Sekarang, izinkan saya untuk mulai bergelut tanpa kemapanan yang kalian rasakan. Biar apa? Biar keluargaku paham kalau mencari uang itu nggak gampang. 

Eh, itu kalau saya berminat menikah, loh ya.

Penulis: Mohammad Faiz Attoriq

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Pernyataan Akbar Faizal Super Relate bagi Pemuda yang Terus-terusan Dipaksa Jadi PNS

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Januari 2023 oleh

Tags: anak manjaAPBDasnpns
Mohammad Faiz Attoriq

Mohammad Faiz Attoriq

Si pria random yang tubirnya meletup-letup

ArtikelTerkait

Nasib Guru Honorer Menjelang Idulfitri: THR Nggak Turun, Upah Bulan Lalu Nanti Dulu orang tua guru korea

Tak Ada Solusi, Guru Honorer Tanpa Sertifikasi Dipaksa Sakit Hati Lagi

1 Desember 2024
Hanya PNS yang Bisa Masuk Surga

Hanya PNS yang Bisa Masuk Surga

6 September 2024
Cara Gadai SK ke Bank: Syarat, Ketentuan, dan Produk-produk yang Harus Diketahui

Cara Gadai SK ke Bank: Syarat, Ketentuan, dan Produk-produk yang Harus Diketahui

1 Oktober 2022
KTP Sumber Gambar YouTube BPMTP

Film KTP, Film Pendek yang Wajib Ditonton para PNS agar Makin Berdedikasi

12 September 2021
Jadi Admin Media Sosial Pelat Merah Itu Nggak Seenak yang Dibayangkan terminal mojok

Jadi Admin Media Sosial Pelat Merah Itu Nggak Seenak yang Dibayangkan

1 September 2021
Derita 600 Non-ASN Situbondo: Dipecat, dapat Solusi Busuk (Unsplash)

Outsourcing dan Bantuan Modal Usaha: Dua Solusi Rapuh Bupati Situbondo atas Dirumahkannya 600 Tenaga Non-ASN yang Sama Sekali Tak Menjawab Keresahan

3 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.