IVAA, hidden gem perpustakaan yang wajib dikunjungi di Jogja
Selama di Jogja, saya selalu dipusingkan ketika ingin mencari perpustakaan yang cocok. Cocok buat saya, sih kriterianya banyak, tetapi paling tidak mengandung hal-hal ini. Pertama, petugasnya ramah. Ya, ini penting banget, sih kalau petugasnya nggak ramah, saya jadi ilfil juga untuk meminta tolong mencari buku dan meminta informasi terkait jam kunjung dan peminjaman. Kedua, suasananya nyaman dan membuat pengunjung leluasa. Ini juga penting, kalau perpustakaannya sumpek karena pengunjungnya banyak dan ramai perbincangan, sih jelas repot. Buat saya, lokasinya kecil tidak apa, asalkan nyaman.
Beberapa bulan lalu, saya mendapat info mengenai perpustakaan di Jogja yang dibuka untuk umum. Memang, sih tempat ini sudah ada sejak lama, tetapi saya mengetahuinya baru-baru ini, duh, kudet banget. Namun, ya siapa sangka, sih di sudut gang daerah Keparakan, Mergangsan, kita bisa menemukan perpustakaan sekece ini? Ya, nama tempatnya adalah IVAA atau Indonesian Visual Art Archive. Dari potret di media sosialnya saja, sudah bisa buat jatuh cinta, sewaktu dikunjungi, jadi lipat ganda rasa cintanya!
Sesuai namanya, IVAA mengarsipkan beragam koleksi pameran seni berupa booklet, poster, dan buku-buku seni lain, mulai dari teater, lukis, musik, hingga ilmu sosial lainnya. Pun buku-bukunya tidak hanya dari Indonesia, terjemahan dan buku asli berbahasa asing juga bisa ditemukan di sini. Beberapa koleksinya juga bisa dicari secara daring melalui websitenya. Untuk lebih memudahkan ketika kamu ingin mencari buku di lokasinya langsung sesuai nomor yang tertera pada buku tersebut. Namun, untuk melihat beberapa arsip yang terpajang di almari kaca, jelas butuh bantuan dari para pustakawannya.
Beberapa minggu lalu, saya menyempatkan ke sini untuk mencari referensi tugas mata kuliah. Dan, di luar dugaan, referensi yang saya butuhkan tentang sejarah seni dapat ditemukan semuanya di sini. Saya full senyum pulang dari sini, asli!
Bagi teman-teman pembaca yang ingin berkunjung ke sini, mudah saja, tinggal mengikuti belokan ke arah Purawisata dan menelusuri jalan kampungnya sekitar lima menit menggunakan sepeda motor. Memang tidak berada di pinggir jalan, IVAA berada di dalam gang kecil dengan gerbang warna hijau dan suasana yang menenangkan. Karena berada di dalam gang dengan lahan parkir yang terbatas, kiranya para pembaca yang ingin berkunjung lebih baik menggunakan sepeda motor atau naik ojek online saja agar tidak kerepotan.
Menurut saya, IVAA sejatinya tidak terlalu besar untuk disebut perpustakaan seperti umumnya. Arsitekturnya dominan dari kayu dan seperti dikonsep unfinished. Perpustakaannya berada di lantai dua. Lantai pertama untuk koleksi booklet pameran seni. Ada beberapa rak besar dengan tangga bantu untuk para pengunjung yang hendak mengambil buku sendiri di rak atas. Juga ada meja yang cukup besar untuk kamu yang ingin membaca di tempat.
Di lantai dua tentu juga bisa digunakan untuk belajar, ada tiga sudut dengan meja dan kursi yang disiapkan bagi para pengunjung yang ingin mengerjakan tugas atau baca referensi di tempat. Di lantai ini pula ada banyak referensi berupa buku-buku ilmu sosial dan seni lain. Selain perpustakaan, IVAA juga kerap menjadi tempat diskusi seni.
Kalau saya ditanya apakah bakal merencanakan kunjungan kembali lagi ke sini selepas kemarin, jelas saya pasti akan selalu kembali ke sini. Untuk mencari referensi seni ataupun mengerjakan tugas biasa. IVAA nyaman, dan itu cukup untuk jadi sebuah alasan kunjungan-kunjungan selanjutnya.
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jogja Library Center: Hidden Gem-nya Jalan Malioboro