Kultur pesta di Ambon merupakan sebuah keniscayaan. Setiap menjelang penghujung tahun, masyarakat Ambon (setidaknya di tempat tinggal keluarga saya di Ambon) selalu mengadakan pesta merayakan pergantian tahun. Persiapkan diri Anda, karena ada banyak hal yang menarik dan perlu Anda ketahui tentang pesta di Ambon.
Sebelum jauh lebih dalam membahas kultur party di Ambon, pertama-tama harus Anda ketahui bahwa Kota Ambon bukan cerminan dari anak-anak muda Jaksel dengan ke-norak-an “Senoparty”, ya. Tolong pahami itu terlebih dahulu. Berpesta di Ambon jauh lebih mendalam dari itu. Bukan hanya nafsu birahi yang berakhir dengan kata, “Hey, lo ke sini sama siapa?” Yaaa, tuangala ee… biking malu katong pung tradisi dansa sa!
Di Ambon, pesta biasanya diadakan ketika ada hari-hari penting seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, ulang tahun pernikahan, menyambut tamu penting, menyambut keluarga dari perantauan, bahkan pesta baptisan, dan hari raya Natal bagi umat Kristiani tidak terlepas dari dansa. Masih banyak lagi pesta yang tidak bisa saya sebutkan karena nanti tulisan ini jadi terlalu panjang.
Lantaran hanya diadakan di waktu tertentu, pesta bagi orang Ambon adalah sebuah sarana untuk melatih kemampuan berdansa, “Biar Ose seng takisu waktu dong badansa toooh,” begitu kata saudara saya yang artinya, “Biar kamu nggak mojok sendiri waktu yang lain dansa.” Keadaan tersebut memaksa saya untuk mengikuti (sekaligus mempelajari) perilaku orang Ambon ketika sedang pesta.
Berdansa di pesta bersama orang Ambon adalah hal yang berkelas yang bisa dibanggakan oleh masyarakatnya. Dalam bukunya yang berjudul Ambon Manise Sayang Dilale, Zeffry Alkatiri mengungkapkan sempat ada perdebatan menentukan slogan kota, yaitu Ambon Manise atau Ambon City of Music. Pada akhirnya (menurut saya) slogan kota yang paling pas adalah Ambon City of Party. Lantaran di dalam sebuah pesta, tertuang musik dan “manis”nya senyuman orang Ambon ketika sedang berdansa.
Hampir semua dansa pada pesta orang Ambon memerlukan pasangan. Perlu diketahui bahwa ketika sedang berpesta baik anak-anak muda atau opa/oma sekalipun harus berani melepaskan rasa malu mereka. Hilangkan rasa cemburu, baper, iri, dan gengsi. Sebab, katong berpesta untuk bersenang-senang.
Bagi Anda yang belum memiliki pasangan, tapi ingin turun ke lantai dansa, Anda diharuskan untuk mengajak siapa pun yang ingin Anda ajak berdansa. Caranya juga cukup sederhana, Anda hanya perlu datang ke orang yang ingin Anda ajak berdansa, lalu ulurkan tangan Anda dengan gestur seperti “meminta” izin dari orang tersebut. Jika diterima, tangan Anda akan segera diambil oleh tangan pasangan Anda. Sangat berkelas, toh?
Si pasangan juga berhak buat menolaknya. Kalau sudah ditolak, lebih baik jangan maksa. Silakan cari orang lain yang sudah menunggu ajakan Anda, mungkin Anda yang kurang peka.
Setelah menghabiskan beberapa gelas sopi, saya memberanikan diri untuk turun ke lantai dansa. Di bawah sabua biru (tenda warna biru dalam bahasa Ambon) Anda akan merasakan kembali era ‘80-an berkat lagu-lagu yang diputar. Setelah berdansa sambil mengamati, ada 5 dansa yang wajib Anda ketahui ketika hendak pergi ke pesta orang Ambon.
#1 Kadayo, dansa yang mirip dengan goyang dangdut
Gerakan dansa kadayo adalah yang paling umum jika dibandingkan dengan dansa lainnya. Kadayo sendiri diambil dari bahasa tradisional dari Saparua yang artinya “joget”. Musik yang biasanya diputar saat dansa kadayo biasanya Anda temui di angkutan umum, atau setidaknya di bus antarkota antarprovinsi itu, loh. Musik ini biasanya nggak jelas mau nyanyi apa, pokoknya yang kedengeran hanya bunyi bass dan tenonetenonet-nya.
Aduh susah juga jelasinnya. Pasalnya, musik ini nggak ada liriknya dan nggak bisa dinyanyikan. Intinya sejenis lagu-lagu House Music. Bikin mumet, lah pokoknya. Wes ngombe njuk tambah musik iki; pancen gayeeeng, Buosss….
#2 Polones, dansa yang sama seperti permainan ular naga
Lagu yang biasanya diputarkan ketika Anda sedang ada pada bagian polones biasanya sama. Dengan tempo yang tidak berubah dari awal hingga akhir. Dansa ini mengharuskan Anda untuk berpasang-pasangan untuk kemudian berjalan secara memanjang, lalu mengangkat kedua tangan Anda, dan memberikan jalan pada pasangan-pasangan lain yang masuk melewati kedua tangan Anda dan pasangan Anda. Dansa ini biasanya digunakan sebagai dansa pembuka di pesta pernikahan orang Ambon. Walaupun kadang ada juga yang menggunakannya di tengah-tengah, bebas saja nyong!
#3 Katreji, dansa yang persis kayak wals
Seperti yang kita tahu, wals populer di Wina sekitar 1780-an dan setelah itu menyebar ke berbagai negara lainnya. Nah, bagian katreji ini biasanya diisi oleh lagu-lagu lawas nan enak, seperti Harry James, Henry Mancini, Frank Sinatra, dan lagu-lagu sejenisnya untuk romantis-romantisan sama pasangan Anda.
Waktu musik katreji diputar, lantai dansa langsung dipenuhi oleh om deng tanta serta opa deng oma yang baku polo (saling peluk), biasanya nostalgia sambil berdansa. Di sinilah bibit-bibit manise biasanya keluar. Ah romantis banget, lah, pokoknya!
#4 Cha-Cha, dansa yang paling susah dikuasai
Bukan, dansa cha-cha yang ada di Ambon bukan seperti yang Anda bayangkan. Dansa ini berbeda dengan yang ada di Kuba. Sama-sama berpasangan, tapi cha-cha versi Ambon jauh lebih sederhana. Sekilas memang hanya maju-mundur maju-mundur secara berulang, tapi di situlah letak kesulitannya.
Lagu yang diputar saat dansa cha-cha biasanya beragam, mulai dari Cotton Fields oleh Creedence Clearwater Revival, hingga lagu-lagu spanyol yang tidak akrab dikenal. Asal ritmenya pas, biasanya si DJ langsung memutar lagunya.
#5 Poco-poco, dansa yang paling mainstream
Kayaknya kalau yang satu ini nggak perlu dijelaskan panjang lebar, deh. Kalau Anda nggak tahu bagaimana dansa poco-poco, sebaiknya setiap Sabtu atau Minggu pagi Anda cari lapangan terdekat dari rumah. Pasalnya, sebelum pandemi, biasanya lapangan itu dipakai untuk senam ibu-ibu kompleks. Nah, di situlah dansa poco-poco berada. Masa iya Anda (terutama yang masih belia) kalah dengan ibu-ibu kompleks? Malu, ah.
Dansa ini akrab dikenal dari Manado, Ternate, Maluku, bahkan NTT. Hampir sama dengan poco-poco, di Ambon adalah dansa tobelo. Lagu karya Yopie Latul yang melegenda hingga saat ini. Kalau Anda hanya bermodalkan tahu dansa poco-poco, sebaiknya tidak usah ikut ke pesta orang Ambon.
BACA JUGA Merancang Pesta Ramah Anak dan artikel Marshel Leonard Nanlohy lainnya