Sekali dua kali saat lewat di depan televisi, antara pukul 19.30 hingga 21.30, saya dipaksa menyaksikan sinetron Ikatan Cinta. Apalagi penyebabnya kalau bukan istri saya yang kadung gandrung dengan friksi dan flirting antara Andin (Amanda Manopo) dan Mas Al (Arya Saloka). Dia bilang, menonton sinetron itu adalah me time setelah seharian terkungkung dalam tembok tinggi laboratorium kampus dan mengisap udara bahan kimia yang entah apa saja kandungannya.
Tentu saja saya tidak langsung percaya, saya punya dugaan lain. Saya yakin istri saya begitu terbawa pada jalan cerita Ikatan Cinta karena satu atau dua tahun lalu pernah saya “cekoki” film Fifty Shades of Grey. Tidak hanya satu, namun tiga sekuel sekaligus. Sebentar, kalian para pemuja Dakota Johnson jangan dulu tersulut emosinya, jangan gampang ke-trigger. Sabar dulu, saya akan berikan penjelasan yang panjang, lebar, dan tinggi sampai bisa diterima oleh akal sehat kalian.
Beberapa tahun lalu, Fifty Shades of Grey, Fifty Shades of Darker, dan Fifty Shades of Freed bisa jadi merupakan hawa segar bagi para jomlo yang telah menantikan masa bersejarah “film BF” ditayangkan di bioskop. Meskipun demikian, bagi kritikus film amatiran seperti saya, Fifty Shades of Trilogy tak ubahnya seperti sinetron Indonesia yang telah puluhan tahun saya tinggalkan.
Perhatikan polanya, gadis biasa bertemu dengan miliarder muda, saling jatuh cinta, lalu menikah. Bedanya ya hanya di konfliknya, sexual intercourse yang sudah jadi hal biasa di pergaulan Barat ditempatkan sebagai masalah besar dalam Fifty Shades of Trilogy. Premisnya si gadis biasa, Anastasia, ternyata virgin, hal yang sangat janggal dalam pergaulan di Amerika.
Sementara itu, si cowok Grey, seperti menjawab hasrat mesum banyak lelaki, adalah seorang masokis kaya raya, kalau tidak mau disebut sebagai anak pungut korban masokisme. Di sinilah titik temu antara sinetron Ikatan Cinta dengan film Fifty Shades of Grey: “Masokisme” Mas Al terhadap Andin. Tentu saja tidak secara eksplisit ditunjukkan interaksi seksualnya, kan jadi nggak ada yang ditonton kalau seluruh adegannya kena sensor KPI. Namun, bisa disebut sebagai masokisme “verbal” dan masokisme “sikap”.
Semua ibu-ibu penggemar die hard Mas Al tentu akan ngamuk kalau saya menuduh Aldebaran sebagai masokis yang suka main tangan. Istilah masokisme sikap bisa diperhatikan dari sikap Mas Al yang seolah ignorant pada Andin. Meskipun bisa terlihat jelas dari mbatin khas sinetron bahwa Mas Al itu sebenarnya mau, tapi cuma malu ngaku.
Karakter Mas Al juga menjelaskan fenomena yang jamak terjadi dalam kehidupan anak muda masa kini, bad boy selalu lebih banyak gebetan dan pacarnya ketimbang cowok baik-baik. Kalian para lelaki jomlo harusnya berhenti sambat di media sosial dan fokus belajar dari Mas Al, dengan cara memburu semua episode Ikatan Cinta dari awal di YouTube.
Selain kecenderungan masokistik dalam diri Mas Al, persamaan lainnya dengan film Fifty Shades of Grey tentu saja premis karakter laki-laki muda yang kaya. Apalagi jabatannya CEO, persis seperti jabatan Christian Grey dalam film Fifty Shades of Grey. Barangkali hanya berbeda bidang usahanya.
Awalnya saya mengira nama tokoh Aldebaran pastilah merepresentasikan pekerjaan mantan astronot, minimal filantropis yang kerap mendanai proyek NASA ke luar angkasa. Mengingat kata Aldebaran mengacu pada bintang Aldebaran dalam susunan rasi bintang Taurus. Lalu saya kecewa, saya sadar bahwa karakter sinetron mustahil back story sedalam itu.
Sikap Mas Al yang dingin bisa saja mengacu pada karakteristik bintang Aldebaran yang jauh lebih “dingin” dibandingkan matahari. Bintang Aldebaran memiliki suhu permukaan sebesar 3900 Kelvin, jauh di bawah suhu permukaan matahari yaitu sebesar 5778 Kelvin. Oh I see, ternyata sikap cuek, dingin, dan acuh tak acuh Mas Al berasal dari filosofi bintang Aldebaran. Akan tetapi, semua serba-serbi astronomi itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan Fifty Shades of Grey.
Lalu teori lainnya saya kembangkan berkaitan dengan pekerjaan Mas Al sebagai CEO. Kecurigaan saya terbukti setelah mempelajari seluruh iklan yang tampil selama sinetron Ikatan Cinta tayang. Saya sampai pada satu kesimpulan mencengangkan: Mas Al adalah CEO perusahaan pangan multinasional. Saya yakin ibu-ibu penggemar Mas Al tidak pernah memperhatikan hal ini, mereka justru kesal dan sebal kalau adegan iklan yang diperagakan oleh beberapa pemeran sinetron tiba-tiba muncul dengan wajah tanpa dosa.
Sejauh pengamatan saya, setidaknya ada sekitar delapan sampai sepuluh produk industri pangan yang muncul dalam sinetron Ikatan Cinta. Mulai dari permen Kis (Mayora), Zuperrr Keju (Mayora), mie Lemonilo (PT Lemonilo Indonesia Sehat), Mie Sedaap (Wings), Mie Tasty (Wings), kopi instan Gilus Mix (Torabika), dan kopi instan Lokalate (Nutrifood). Sungguh keren, ternyata Mas Al adalah CEO dari lima perusahaan pangan multinasional berbeda.
Terang saja ibu-ibu muda cinta mati pada Mas Al, tidak hanya bad boy yang suka malu tapi mau, namun juga horang kaya, sultan bahkan. Mobilnya saja Mercedes terbaru yang saya nggak tahu serinya, kurang helikopter aja ini biar makin bikin meleleh hati ibu-ibu. Bayangkan Mas Al mencari Andin yang suka minggat dari rumah dengan helikopter sungguhan, membelah kemacetan Jakarta di awal musim hujan yang muram.
Mestinya, sesekali jajaran produser dan sutradara Ikatan Cinta bikin satu scene di pabrik pangan kenamaan. Misalnya sedang meninjau kapasitas produksi mi instan, atau melakukan kunjungan industri bulanan. Tunjukkan dong kemampuan manajerial tingkat tinggi yang dimiliki Mas Al, biar nggak dikira CEO yang cuma bisa ongkang-ongkang macam komisaris mantan relawan kampanye presiden di suatu negara khayalan.
BACA JUGA Banggalah Jadi Budak Micin, Perdebatan soal Tidak Sehatnya MSG Bukan Perkara dan tulisan Adi Sutakwa lainnya.