Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Hierarki Penyebutan Orang Meninggal dalam Bahasa Jawa

Ahmad Zulfiyan oleh Ahmad Zulfiyan
13 April 2020
A A
Hierarki Penyebutan Orang Meninggal dalam Bahasa Jawa
Share on FacebookShare on Twitter

Dari perspektif linguistik, bahasa Jawa memang unik. Jawa punya tiga tingkatan bahasa berdasar siapa yang diajak berkomunikasi, meliputi krama inggil, krama madya, dan ngoko. Bahasa Jawa krama inggil digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang tua dan dihormati. Krama madya lebih dikenal sebagai bahasa campuran antara krama inggil dan ngoko. Sedangkan bahasa Jawa ngoko biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya maupun yang lebih muda.

Dalam penyebutan orang meninggal pun, bahasa Jawa punya tingkatannya sendiri. Jika penggunaannya tertukar, nggak cuma pandangan sinis yang kita peroleh, bisa-bisa kita dipisuhi atau bahkan ditempeleng sama orang karena dianggap tidak sopan. Jika diringkas, penyebutan orang meninggal ala Jawa dapat dibedakan menjadi empat jenis.

Tingkatan pertama adalah sedo

Istilah sedo merupakan singkatan dari siksane wis ba’do atau dalam bahasa Indonesia berarti siksanya sudah selesai. Artinya, orang yang sudah meninggal tersebut sudah melalui masa ‘penyiksaan’ di dunia dan menuju nikmat kehidupan setelahnya. Penyebutan istilah ini biasa digunakan ketika ada tetua desa, kiai, atau siapapun orang yang dihormati di kampung meninggal dunia.

Dalam kepercayaan orang Jawa, terutama setelah masuknya ajaran Islam, dunia memang dipercaya hanya sebagai tempat yang untuk mampir minum. Sifatnya sementara. Setelah meninggal, seseorang akan menuju tempat yang lebih baik bernama akhirat yang hanya berisi surga dan neraka. Bagi kyai dan orang-orang yang dihormati, surga dipandang sebagai tujuannya setelah meninggal.

Saya jadi ingat kata-kata Woodward (1999) dalam buku Islam Jawa: Kesalehan Normatif versus Kebatinan yang menjelaskan bahwa kematian bagi orang Jawa juga dipandang sebagai langkah menuju pencapaian kemajuan spiritual. Tak heran jika kata sedo dipakai untuk menjelaskan bahwa orang yang mati akan menuju tingkatan yang lebih tinggi bagi kalangan kiai dan orang-orang yang dihormati.

Tingkatan kedua adalah mati

Sependek pengetahuan saya, istilah mati punya dua pemahaman. Pertama, beberapa kalangan mengartikannya sebagai nikmate wes ganti yang dalam bahasa Indonesia berarti nikmatnya telah berganti. Penggunaan istilah ini diperuntukkan kepada orang biasa yang meninggal dunia. Orang biasa dianggap akan mendapat kenikmatan bentuk lain ketika sudah meninggal.

Kedua, istilah mati juga diartikan nikmate sik thithik yang artinya nikmatnya masih sedikit. Biasanya, istilah ini dipakai untuk anak kecil yang sudah meninggal dunia. Penggunaan ini mengacu pada kehidupan anak kecil yang hanya menikmati udara bumi sebentar saja.

Tingkatan ketiga adalah matek

Istilah ini terdengar lebih kasar dan banyak digunakan oleh masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Matek adalah singkatan dari nikmate wis entek. Istilah ini mengacu pada orang dewasa yang meninggal dunia. Berbeda dengan anak kecil, orang dewasa lebih punya banyak waktu hidup di dunia. Bisa jadi, nikmat yang didapat lebih banyak dibanding anak kecil yang meninggal lebih dulu. Maka, istilah matek masuk akal untuk digunakan.

Baca Juga:

Dilema Warga Brebes Perbatasan: Ngaku Sunda Muka Tak Mendukung, Ngaku Jawa Susah karena Nggak Bisa Bahasa Jawa

10 Kosakata Pemalang yang “Ajaib” hingga Bikin Bingung Banyak Orang

Matek memang terdengar kasar. Tetapi, ada istilah yang jauh lebih kasar.

Tingkatan keempat adalah bongko

Bukan, ini bukan saudara dari wingko yang jadi makanan favoritmu itu. Jujur, saya tak suka menyebut kata ini. Bagi saya, kata ini punya makna yang amat kejam. Namun, karena tulisan ini harus diselesaikan, mau tidak mau saya harus membahasnya.

Bongko adalah singkatan dari diobong ning neroko. Dalam bahasa Indonesia, kita dapat mengartikannya sebagai dibakar di neraka. Jahat bukan? Istilah ini banyak digunakan untuk menyebut (baca: memaki) orang jahat dan senang berbuat dosa yang meninggal dunia. Karma itu nyata, katanya. Jika di dunia selalu berbuat jahat, maka tempat terbaik setelah meninggal tidak lain dan tidak bukan ya di neraka.

Memang, keempat tingkatan tersebut belum tentu benar. Meminjam kata-kata Kiai Anwar Zaid, ulama kondang Jawa Timur, rumusan tingkatan tersebut adalah hasil dari ilmu otak-atik mathuk yang artinya otak-atik dan kebetulan pas. Meski begitu, banyak orang Jawa menggunakannya dalam kehidupan sosial karena sangat erat dengan budaya sopan santun dan kepercayaan ihwal kehidupan setelah mati. Yang pasti, hierarki tersebut mengingatkan kita akan satu hal: kematian.

BACA JUGA Ambyarnya Bahasa Jawa si Anak Pendatang Berakhir Dicap Tidak Sopan atau tulisan Ahmad Zulfiyan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 November 2021 oleh

Tags: Bahasa Jawameninggal
Ahmad Zulfiyan

Ahmad Zulfiyan

Ahmad Zulfiyan adalah pelajar sepanjang hayat. Tertarik pada isu sosial dan pendidikan.

ArtikelTerkait

Panggilan Kesayangan dalam Bahasa Jawa buat Pasangan selain Mas dan Dik Terminal Mojok

Panggilan Sayang dalam Bahasa Jawa buat Pasangan selain Mas dan Dhik

8 Januari 2022
30 Istilah dalam Bahasa Jawa yang Diawali Kata “Mak”, Mulai dari Mak Plengeh hingga Mak Jegagik

30 Istilah dalam Bahasa Jawa yang Diawali Kata “Mak”, Mulai dari Mak Plengeh hingga Mak Jegagik

27 Oktober 2024
Hargai Orang yang Belajar Bahasa Jawa, dong. Jangan Sedikit-sedikit Dibilang Nggak Pantas terminal mojok.co

Panduan Dasar Bahasa Jawa yang Solo Banget

11 Desember 2020
Medok Sebagai Identitas Bahasa Ibu, Bukan untuk Diremehkan MOJOK.CO

Medok Sebagai Identitas Bahasa Ibu, Bukan untuk Diremehkan

17 Juli 2020
Hargai Orang yang Belajar Bahasa Jawa, dong. Jangan Sedikit-sedikit Dibilang Nggak Pantas terminal mojok.co

Bingungnya Penutur Bahasa Jawa Memilih Panggilan

27 Desember 2020
10 Istilah Tidur dalam Bahasa Jawa dari Pelor hingga Mbangkong Terminal Mojok

10 Istilah Tidur dalam Bahasa Jawa dari Pelor hingga Mbangkong

9 Juni 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.