Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Haruskah Diciptakan Undang-Undang ala SJW?

Dini N. Rizeki oleh Dini N. Rizeki
21 Februari 2020
A A
Haruskah Ada Undang-Undang ala SJW?
Share on FacebookShare on Twitter

Hadirnya gerakan baru di dunia yang berjudul SJW (Social Justice Warrior) ini ternyata semakin lama berpengaruh juga pada lalu lintas hilir mudiknya dunia media sosial. Sebenarnya apa sih SJW itu?

Dilansir dari Wikipedia, kurang lebih begini definisinya:

“Pejuang keadilan sosial” (bahasa inggris: Social justice warrior, umumnya disingkat SJW) adalah sebuah istilah peyoratif bagi seseorang yang mengusung pandangan progresivisme sosial, termasuk feminisme, hak sipil, multikultiralisme, dan politik identitas. Tuduhan bahwa seseorang adalah SJW menyiratkan bahwa mereka mencari pembenaran diri, bukan karena benar-benar yakin dengan pandangan mereka, dan pura-pura ikut berdebat.”

Awalnya SJW mungkin dikenal karena aktivitas mereka yang dilakukan di kehidupan nyata, tapi akhir-akhir ini karena kehidupan manusia juga lebih banyak dihabiskan di dunia maya maka otomatis SJW haluannya bergeser sedikit.

Singkatnya, ya mereka yang ribet dan ngatur-ngatur apa yang boleh dan tidak boleh diunggah di laman media sosial. Begitulah kira-kira.

Maksud dan tujuan para SJW ini saya yakin benar adanya, mereka tidak suka hate speech, tidak suka perundungan, mereka tidak suka ada keributan (di dunia nyata maupun maya), mereka benci penistaan, mereka ingin kegiatan berselancar di media sosial itu adem ayem gemah ripah loh jinawi. Tapi ternyata yang muncul adalah keribetan karena aturan-aturan tidak tertulis yang mereka cetuskan dan ujung-ujungnya SJW jadi dianggap sebagai hal negatif. Geser haluan malah jadi geser makna ya.

Kita tentu belum lupa saat ramai-ramai para SJW menggemakan penggunaan sedotan stainless. Ya dibandingkan sedotan plastik yang banyak digunakan, sedotan berbahan dasar stainless tentunya lebih ramah lingkungan. Tidak jadi sampah, bisa digunakan berulang kali, dan tentunya bisa dibawa sendiri dari rumah masing-masing. Beli minuman tak perlu minta sedotan, sudah ada di tas.

Ini bagus dan sangat realistis. Tapi apa bisa diterima oleh banyak pihak? Belum. Orang-orang yang awalnya bisa menerima ide ini sebagai hal yang inovatif dan positif lama-lama menjadi risih dengan kerewelan para SJW yang terus menerus mengingatkan. Lalu muncul kalimat, “Wah, kalo ketauan SJW bisa diprotes nih”. Hal ini bukan cuma terjadi di perkara sedotan, terjadi juga di sumpit dan kantong belanja.

Baca Juga:

Memberantas Pengendara yang Merokok sambil Berkendara Itu Mudah, Tinggal Polisi Mau atau Tidak

Efek Domino Parkir Mobil di Jalan yang Tak Disadari Pelakunya, Salah Satunya Menghambat Rezeki!

Lalu yang sempat ramai juga adalah momen saat bertemu dengan teman atau kenalan lama. Budaya Indonesia tentu saja mengajarkan kita untuk bersikap ramah dan santun saat bertemu dengan orang lain, apalagi bila sudah saling kenal sebelumnya. Dan untuk momen-momen seperti ini kalimat pertanyaan semacam, ‘Kerja di mana sekarang?’, atau ‘Anak sudah berapa?’, akan menghiasi obrolan kita. Baik ini digunakan untuk basa-basi atau memang didasari rasa tertarik ingin tahu.

Namun lagi-lagi, beberapa SJW menyatakan sikap tidak terima atau kurang nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Apa alasannya? Karena dianggap tidak relevan, kurang sopan, dan kepo maksimal. Bagi mereka tingkat kesuksesan yang diraih oleh masing-masing orang itu kan berbeda, jadi menanyakan profesi atau pekerjaan yang digeluti dirasa kurang pantas. Ini baru perkara menanyakan pekerjaan ya, belum lagi kalau sudah bertanya tentang pernikahan, anak, atau bahkan agama.

Bertanya ‘Sudah menikah?’ pada teman atau kenalan saat bertemu lagi itu kurang pantas katanya. Pasalnya keputusan untuk menikah atau tidak itu hak masing-masing dan sudah masuk ranah yang sangat pribadi. Begitu juga dengan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan agama dan keyakinan seseorang, tentu saja sangat kurang sopan.

Tunggu, kok jadi ribet ya? Terus kalau ketemu teman lama enaknya nanya apa dong? Taktik melawan saat negara api menyerang?

Di sinilah yang saya bilang bahwa akhirnya orang-orang memandang SJW secara negatif. Niat baik mereka itu akhirnya jadi meresahkan karena jadi sangat membatasi ruang gerak publik. Begini nggak boleh, begitu nggak pantas. Padahal tiap-tiap manusia juga punya hak asasi untuk bicara, berpendapat, dan mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri, kan

Pergeseran makna dan pandangan inilah yang harusnya diluruskan dulu oleh SJW. Pasalnya, sayang sekali saat niat baik mereka jadinya tidak bisa diterima. Dan berakhir dengan kalimat, “Duh bisa diprotes SJW nih kalau ketahuan.” Kesannya jadi sangat tidak diharapkan ya kehadiran mereka? Orang-orang tahu bahwa yang mereka lakukan mungkin kurang benar tapi jadinya lempeng saja melanjutkan dan jadi nggerundel masing-masing.

Atau mungkin ke depannya nanti perlu kita buat semacam rancangan undang-undang ala SJW? Agar segala sesuatunya jelas dan orang-orang mau nurut? Mumpung lagi musim nih apa-apa dibikinin undang-undang.

BACA JUGA Asal-Usul Social Justice Warrior alias SJW yang Kena ‘Efek’ Peyoratif atau tulisan Dini N. Rizeki lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Februari 2020 oleh

Tags: sedotan stainlessSJWundang-undang
Dini N. Rizeki

Dini N. Rizeki

Seorang yang menulis supaya tetap waras.

ArtikelTerkait

UU ITE Hampir Sama Bahayanya dengan Naksir Teman Sendiri terminal mojok.co

UU ITE Hampir Sama Bahayanya dengan Naksir Teman Sendiri

22 Februari 2021
Ningsih Tinampi dan Lingkaran Setan Patriarki

Ningsih Tinampi dan Lingkaran Setan Patriarki

26 November 2019
woke culture mojok

Woke Culture dan Netizen yang Salah Kaprah

4 Februari 2021
perempuan

Hanya Karena Saya Perempuan?

7 Juni 2019
plastik berbayar

Mencintai dan Membenci Kebijakan Plastik Berbayar

23 Juni 2019
polusi

Orang yang Naik Motor Berhak Protes Soal Polusi

27 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.