Punya rumah di dekat sawah hanya untuk kalian yang berjiwa tangguh
Artikel ini ditulis saat musim mudik Lebaran 2022, tepatnya beberapa hari sebelum lebaran. Saat-saat para mudikers kebanyakan berasal dari kota-kota besar di Indonesia menuju daerah tujuannya masing-masing. Dalam perjalanan biasanya mudikers akan disuguhkan pemandangan yang tidak disaksikan dalam keseharian mereka saat berjibaku dalam kehidupan di kota, yakni pemandangan persawahan.
Jika biasanya mereka disuguhkan pemandangan kemacetan dan keruwetan jalan raya kota, kini mata mereka dimanjakan pemandangan hijau royo-royo sejauh mata memandang. Jika biasanya mereka menghirup asap pekat dari knalpot kendaraan, kini mereka menghirup udara bersih nan segar. Jika biasanya saat menerabas jalan raya di bawah naungan panas terik membakar kulit kini mereka merasakan kesejukan tiada tara. Sungguh suasana yang membuat damai jiwa raga.
Akhirnya terbesit dalam pikiran, “Betapa nikmatnya tinggal di desa dan tinggal dekat sawah. Mulai sekarang aku akan lebih rajin menabung demi mewujudkan mimpi tinggal di desa, memiliki rumah dekat sawah sekaligus memiliki sepetak dua petak sawah. Aku tidak akan pusing sekadar memenuhi kebutuhan beras. Selain sawah aku akan memiliki kebun dan kolam ikan untuk memenuhi kebutuhan lauk-pauk. Dan tentu saja memelihara beberapa ayam kampung yang setiap pagi kokoknya membangunkan dari mimpi indah. Ahh… betapa indahnya tinggal di desa, rumah dekat sawah”. Begitu kira-kira khayalannya.
Tapi tunggu dulu, tidak semudah dan seindah itu tinggal dekat sawah, Rodrygo. Sebagai orang yang kebetulan tinggal di desa dan di dekat sawah pula, saya merasa perlu menyampaikan hal-hal yang kemungkinan besar akan dihadapi jika berkeinginan tinggal dekat sawah. Berikut ini saya beberkan beberapa.
#1 Serangga
Sawah merupakan habitat dari berbagai serangga, seperti dari capung, belalang, wereng, dan jangkrik. Masalahnya sebagian serangga misalnya jangkrik adalah nokturnal, aktif di malam hari, mereka tertarik kepada cahaya. Jika malam tiba akan terbang mencari sumber cahaya dan satu-satunya sumber cahaya adalah berasal dari lampu bohlam dari rumah yang dekat dengan habitat mereka.
Nah bisa dibayangkan setiap malam rumah kalian diserbu ratusan atau boleh jadi ribuan jangkrik. Pagi hari waktunya menyapu rumah, selain sampah debu, “sampah” lainnya adalah jangkrik mati, bahkan beberapa masih hidup.
#2 Tomcat
Iya betul, tomcat termasuk serangga. Tapi, karena mereka spesial, maka sengaja saya pisahkan. Sebenarnya, tomcat adalah serangga jenis kumbang. Ukuran mereka tergolong kecil, tidak lebih besar dari semut rangrang. Warnanya khas belang merah hitam, cukup intimidatif. Namun yang berbahaya dari tomcat adalah serangga ini mengeluarkan cairan dari bagian belakang abdomennya sebagai mekanisme pertahanan diri.
Cairan itu bila terkena kulit kita maka efeknya memberikan sensasi seperti terbakar. Kulit terasa gatal, panas sampai melepuh. Tomcat bisa terbang ke rumah ya karena mereka juga tertarik kepada cahaya lampu bohlam.
#3 Ular
Oleh karena sawah juga merupakan habitat dari katak, maka akan menjadi “kulkas” bagi pemangsa mereka yakni ular. Namun, sesekali ular mencoba mencari katak ke dalam rumah di dekat sawah. Masalahnya kalau yang masuk rumah “cuman” ular ijo sih nggak masalah, nggak terlalu nakutin. Kalau ular berbisa macam kobra misalnya, urusannya beda. Bisa amsyong, Riii.
#4 Biawak
Jenis biawak yang habitatnya dekat persawahan adalah jenis biawak air atau nama kerennya varanus salvator. Tubuh biawak bisa tumbuh sampai 1.5 meter, bahkan ada yang dua meter. Di daerah tertentu biawak masih banyak ditemui. Salah satu menu makan biawak adalah ular. Maka ketika ada ular masuk rumah karena nyari katak, ternyata ular juga ada yang nyariin sampai masuk rumah ya si biawak itu.
Kok bisa gitu? Ya bisa, namanya juga rantai makanan (food chain). Bayangkan kamu mau ke kamar mandi belakang, eh papasan sama biawak meter di ruang makan. Serasa hidup di Jurassic Park.
#5 Merang
Mungkin tidak semua mengenal apa itu merang. Merang adalah semacam bulu halus pada gabah kulit padi. Apabila mulai masuk musim panen, petani akan sibuk selama beberapa minggu di sawah. Sebelum gabah dimasukkan ke dalam karung, terlebih dahulu gabah dipetik dari batangnya dengan cara dihantam ke semacam papan. Kalau di tempat saya (Lebak, Banten) aktifitas itu disebut “ngagebot”. Bulu-bulu halus dari gabah itu akan terbang dan pastinya menerpa ke rumah dekat sawah berikut penghuninya.
Masalahnya adalah, jika merang terkena kulit akan mengakibatkan gatal-gatal. Panen harusnya bahagia, malah gatelen.
Itulah kira-kira yang bakal dihadapi mereka yang ingin tinggal dekat sawah. Memang, hanya yang tangguh yang sanggup hidup di dekat sawah. Sekarang, masih kepengin?
Penulis: Bobby Kostrano
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Tipe Orang yang Sebenarnya Sangat Cocok Tinggal di Perumahan Cluster