Orang yang berjiwa wirausaha
Tipe kedua adalah orang yang berjiwa wirausaha. Mereka adalah individu yang tahu persis bahwa Jogja tidak memberi cukup jika hanya mengandalkan gaji UMP. Mereka membuka usaha. Entah kafe kecil, toko daring, jasa desain, makanan rumahan, bahkan produk digital, atau apa pun yang memiliki nilai jual dan dapat menghasilkan uang. Mereka jeli melihat peluang, memanfaatkan pasar mahasiswa, wisatawan, dan warga lokal yang semakin konsumtif.
Berbekal kreativitas, koneksi, dan keuletan, orang tipe ini bisa bertahan bahkan berkembang di tengah kerasnya realitas ekonomi Jogja. Mereka bukan hanya bertahan, tapi juga menciptakan peluang kerja bagi orang lain. Dalam diam, mereka membentuk ekosistem ekonomi alternatif di kota ini.
Sayangnya, di luar dua tipe ini, banyak yang akhirnya menyerah. Mereka yang menggantungkan hidup sepenuhnya dari gaji kecil, tapi memiliki kebutuhan ekonomi yang terus meningkat, cepat atau lambat akan merasa tersisih. Tidak sedikit orang muda Jogja yang akhirnya merantau, bukan karena tidak cinta kota ini, tapi karena kota ini tidak memberi cukup ruang untuk tumbuh secara ekonomi.
Jadi, apakah Jogja masih nyaman? Jawabannya bergantung dari mana kita melihatnya. Jogja tetap bisa menjadi kota yang nyaman dan bermakna, asal kita termasuk salah satu dari dua tipe tadi. Bagi mereka yang ingin hidup “biasa saja”, dengan penghasilan layak dan masa depan yang pasti, Jogja mungkin justru jadi kota yang berat.
Maka, sebelum memutuskan menetap di Jogja, mungkin kita perlu bertanya pada diri sendiri: apakah saya cukup ikhlas untuk tidak memikirkan materi, atau cukup nekat untuk jadi wirausaha? Jika tidak salah satu dari keduanya, Jogja hanya jadi destinasi libur panjang.
Penulis: Haqqi Hidayatullah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jogja, Kota yang Keburukannya (Entah Kenapa) Selalu Dimaafkan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















