Seperti yang kita tahu, Pulau Batam itu terkenal dengan sebutan kota industrinya. Ada banyak kawasan industri di sana, yang kebanyakan milik perusahan asing yang berfokus ada barang elektonik. Banyak orang-orang luar pulau yang berlomba-lomba bekerja di Batam, walaupun sebenarnya gaji atau UMR di Batam itu nggak terlalu besar dibanding UMR Jakarta dan tetangga-tetangganya.
Hal ini ternyata disebabkan oleh pihak perusahaan yang menanggung tempat tinggal beserta fasilitasnya. Jadi setiap karyawan diberi semacam mess yang sudah dilengkapi dengan tempat tidur, TV, mesin cuci, kulkas, hingga perlatan dapur. Jadi kita nggak perlu lagi mikirin tentang biaya sewa kos, bayar listrik, atau beli tabung gas. Semua sudah ditanggung oleh perusahaan. Fasilitas ini tergantung sama kebijakan masing-masing perusahaannya sih. Tapi kebanyakannya sih kayak gitu.
Bicara tentang mess karyawan, di sina itu orang-orang sering menyebutnya dengan sebutan dormitori. Sangat jarang orang yang bilang bangunan berbentuk semacam rumah susun tersebut sebagai sebuah asrama atau mess. Bangunan dormitori sendiri terletak di dalam kawasan industri. Jadi, selain ada pabrik yang berjajar-jajar dari satu lot ke lot lainnya di sana juga berjajar bangunan dormitori yang dijadikan satu dalam sebuah area.
Sedikit gambaran tentang bangunan dormitori. Bangunan ini biasanya terdiri dari tiga hingga empat lantai. Setiap lantainya terdiri dari enam kamar. Dan setiap kamarnya bisa menampung sekitar enam belas orang. Di dalam kamarnya sendiri mencakup ruang tamu, ruang makan, kamar untuk enam belas orang, dapur, wastafel, dan empat kamar mandi.
Dalam satu bangunan dormitori, tak mesti semua kamar terisi penuh. Ada juga bahkan yang satu bangunan dormitori itu dibiarkan kosong tanpa penghuni. Bukan karena alasan. Sewa untuk dormitori ini lumayan mahal anggarannya, jadi tak semua perusahaan kuat untuk membiayai karyawannya. Terlebih banyak pabrik yang mulai tutup di sana.
Kebanyakan orang mengira Batam itu kota yang padat dan hampir sebelas dua belas dengan Singapura. Nggak salah sih anggapan semacam itu. Tapi asal tahu saja, di Batam itu juga masih banyak kok bukit-bukit dan hutan yang bisa kita temui di mana-mana. Bahkan untuk beberapa dormitori di kawasan tersebut, ada yang langsung menghapap ke hutan. Kalau lagi beruntung, mereka bisa tuh melihat kawanan monyet.
Itu sedikit gambaran tentang suasana yang ingin saya ceritakan. Daripada nanti saya langsung cerita ke inti, tapi pada bingung menggambarkan suasana lokasi kejadian, kan jadi nggak horor ya. Ehehe
Bangunan yang besar dan dibiarkan kosong dalam waktu yang lama. Tentu saja akan menciptakan suasana horor. Terlebih kalau dormitori yang dekat hutan. Meski banyak penerangan, tapi untuk karyawan yang kena shift dan harus pulang kerja tengah malam, tentu ada sedikit merindingnya kan yhaaa~
Anehnya, selama ini belum atau jarang sekali menemukan karyawan yang mengeluh bahwa mereka ditakut-takuti oleh sosok genderuwo, kuntilanak, pocong, atau tuyul. Hantu-hantu yang cukup populer di kalangan kita itu justru kalah pamor. Di sini cuma ada satu hantu yang selalu menjadi trending topic di kalangan para karyawan. Satu-satunya hantu yang paling populer di antara hantu-hantu lainnya—hantu ulek-ulek.
Kali pertama diceritain tentang hantu yang satu ini sama senior, saya ketawa kepingkal-pingkal. Saya kira itu hanya trik untuk menakut-nakuti anak baru. Masak iya sih ada yang namanya hantu ulek-ulek. Itu hantunya dulu itu mungkin bercita-cita ingin menjadi seorang chef mungkin ya, atau jangan-jangan si hantu ini mantan pedagang gado-gado yang keranjingan ngulek bumbu kacang.
Tak tahu dari mana asal usul si hantu ini, belum ada berita yang valid tentang kebenaran dari si hantu ini. Satu hal yang cukup menarik bagi saya, cara menakuti si hantu yang satu ini cukup unik dan elegan. Ia tak pernah membuat jantungan orang dengan menampakan diri seperti kebanyakan hantu-hantu lainnya. Ia justru menakuti semua orang dengar suara ulekan. Tahu kan orang mengulek bumbu atau sambal? Nah, kira-kira begitu kinerja hantu yang satu ini. Kadang suaranya lembut kayak orang puasa nguleknya, tapi kadang juga nguleknya penuh tenaga seperti orang yang tengah memergoki kekasihnya jalan sama orang lain.
Jam kerja si hantu ini tak ada batasan waktunya. Ia bisa mulai mengulek di tengah malam, dini hari, siang bolong, atau sore. Pokoknya saat suasana dormitori hening dan tak ada yang menggunakan area dapur, ia akan mulai membuat sensasi. Padahal tiap kali di dapur, orang-orang sudah memisahkan antara cobek dan ulekan pada tempat yang berbeda. Tapi masih saja terdengar suara ulekan. Pernah juga ada orang yang mencoba keberuntungan dengan meletakan bawang merah, bawang putih, cabai, garam, dan tomat ke dalam cobek. Berharap si hantu berbaik hati mau mengulekan bumbu tersebut—duh, manusia yang satu ini yhaaa~
Awalnya saya tak percaya dengan rumor si hantu ini. Hingga suatu ketika saya mendapat kesempatan untuk mendengar ulekan si hantu ulek-ulek. Waktu itu kayaknya saya tidur paling akhir, karena tengah semangat-semangatnya merampungkan membaca sebuah buku. Sekitar pukul setengah dua pagi mulai terdengar suara orang tengah mengulek. Saya masih positive thinking, berpikir kalau tetangga kamar sebelah tengah memasak untuk sahur.
Setelah hampir setengah jam suara itu tak kunjung berhenti. Tahu sendiri, kalau dini hari suasananya hening. Jadi, suara kecil saja sudah seperti suara drum. Saya cukup heran juga waktu itu, kalau bener itu orang, ampun kuat banget dia. Saya aja ngulek sambel lima menit udah pegel banget pergelangan tangannya.
Pagi harinya saya buru-buru ke kamar sebelah. Saya bertanya pada penghuni sebelah, apakah semalam ada yang memasak buat sahur. Mereka semua kompak berkata, bahwa tak ada yang bangun sampai matahari menyingsing. Oke fix—jadi itu ulah si hantu ulek-ulek.
Saya masih penasaran sama si hantu ini. Malam berikutnya, saya sengaja begadang buat menunggu si hantu. Waktu itu sudah tengah malam, tapi berhubung besok hari libur jadi ada beberapa orang yang ikut begadang bersama saya. Saya tunggu sampai setengah dua, ia belum muncul-muncul juga. Saya menduga, karena banyak orang, si hantu ini tak mau menunjukan performanya.
Setelah menjelang subuh, teman-teman saya sudah tepar. Lalu tak beberapa lama, terdengar suara ulekan di dapur. Nah, kan si hantu ini kayaknya pemalu deh. Saya sebenarnya yah takut, tapi penasaran juga. Akhirnya saya beranikan diri buat mengendap-endap ke dapur. Bulu kuduk saya berdiri semua saat itu. Ngeri juga woiiii~
Saat saya buka pintu dapur—TARAAAAA! Nggak ada apa-apa. Cobek sama ulekan juga masih ada di posisi yang sama seperti semalam. Hmm…saya gagal melihat si hantu.
Ini bukan cerita fiktif atau rekayasa semata. Tapi si hantu ini memang ada dan nama panggung si hantu ini memang hantu ulek-ulek. Bagi yang nggak percaya, bisa cek di lokasi.
Terakhir, untuk sutradara ataupun produser film yang membaca tulisan saya ini. Semoga suatu hari nanti, kalian bisa membuat film horor hantu ulek-ulek ini ya. Kalau kalian bingung mencari pemainnya, bisa ajak saya. Tapi jangan dijadikan pemeran hantunya—lha wong nggak kelihatan. Sama aja bohong. Uhuy~