Kuliner khas daerah selalu menarik untuk dinikmati. Selain karena cita rasa yang menambah pengalaman keragaman rasa, proses pembuatan hingga latar belakang makanan menambah karakteristik otentik bernilai lebih dari sebuah makanan.
Saya bersyukur sekali, kedua orang tua asli daerah Kulon Progo, Yogyakarta. Ada beberapa makanan daerah yang mendengar namanya saja ingin langsung naik kereta turun stasiun Wates, hehe. Beberapa makanan itu adalah geblek, tempe benguk, dan growol. Geblek dan tempe benguk masih sering terdengar dan masuk di beberapa menu warung atau cafe kekinian baik di daerah Kulon Progo dan Yogyakarta.
Namun, growol ini yang jarang sekali terlihat dan terdengar. Saat saya kecil (sekitar kelas 5-6 SD) melihat makanan berwarna putih dengan alas daun pisang ini fikir saya adalah ketan putih. Setelah saya dekatkan ke hidung karena sebelumnya mencium aroma aneh, engga lama bilang ke nenek alias simbok saya, “OPO IKI? PANGANAN WES MAMBU KOK RA DIBUAK?”
Saya ingat betul, saya pikir simbok sedang mengerjai saya dengan memberikan makanan yang sudah basi karena reaksinya sambil cekikikan tapi nggak lama simbok memakannya dengan cara dicocol gula putih.
Kalau boleh saya deskripsikan, baunya pesing-pesing mirip bau sampah basah yang gimana gitu. Asli nggak ada enaknya tuh bau. Tapi, melihat beberapa keluarga saya makan dengan lahap saya pun penasaran. Apalagi tidak hanya dicocol dengan gula, terkadang dengan garam atau parutan kelapa.
Saya baru berani makan ketika sudah SMP, sudah mulai siap menerima segala risiko hidup yang nano-nano kali ya, wkwk. Oleh karena basic-nya suka makanan gurih, saya makan growol yang sudah dipotong berbentuk segitiga itu dengan garam dan kelapa parut.
Ternyata… enak banget! Abaikan aromanya yang aneh, ketika sudah masuk mulut tekstur lembut-lembut gurih agak kenyal bikin nagih!
Ini benar-benar makanan yang aneh, pikir saya hingga saat ini. Gimana tidak aneh, umumnya aroma makanan adalah daya tarik jitu menggugah selera. Tapi, ternyata ini tidak berlaku bagi growol yang terbuat dari singkong ini. Aroma khasnya ini hadir karena proses pembuatannya yang unik. Unik karena harus sabar menunggu singkong yang sudah dikuliti direndam tiga sampai empat hari! Biyuh kebayang nggak tuh aromanya, wkwkwk.
Tapi, ternyata growol ini bisa juga disantap dengan berbagai sayur atau “jangan”. Paling enak kata Ibu saya, jika dimakan dengan jangan godong so (sayur daun melinjo). Baik untuk pengganti nasi ataupun sekedar cemilan, karena ampuh bikin kenyang!
Memang benar, ya, kalau buku ada istilah don’t judge book by its cover. Kalau Growol ini, don’t judge food by its scent, wkwkwk.
Sumber gambar: YouTube Kuliner Unik