Kita sering mendengar keluhan dari orang-orang yang pernah melakukan perjalanan dengan mengatakan, “Google Maps menyesatkan, saya disasarin Google Maps!” Halah, telek. Kamunya saja yang nggak bisa baca peta.
Google Maps merupakan aplikasi yang bertujuan memudahkan kita melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang tidak kita ketahui jalan menuju ke sana. Tak hanya menunjukkan peta, Google Maps juga berfungsi sebagai GPS sehingga bisa menunjukkan kita sudah sampai di titik mana.
Sebenarnya, menggunakan aplikasi satu ini mudah sekali. Kita cukup mengetik nama lokasi yang kita tuju, lalu Google Maps akan menampilkan rute perjalanan dengan garis biru. Garis biru itulah jalan yang harus kita lewati. Garis itu juga menunjukkan jalan tercepat dan terbaik menuju tempat yang kita tuju. Tinggal klik tombol mulai perjalanan dan ikuti garis biru tersebut. Mudah sekali, kan? Tapi, kok masih ada ya orang yang nyasar padahal sudah pakai aplikasi ini?
Memang ada beberapa hal yang terkadang bikin kita nyasar meski sudah pakai Google Maps, salah satunya sinyal yang lemot. Lemotnya sinyal ini juga sangat berpengaruh pada penggunaan aplikasi ini. Misalnya, kita sudah sampai di perempatan, tapi aplikasinya masih menunjukkan jalan yang lurus. Pasti bingung ya kalau sudah begini? Tapi sekali lagi, ini bukan salah Google Maps, ya. Google Maps nggak pernah menyesatkan. Itu murni HP-mu saja yang kurang canggih atau sinyal provider kartumu yang lemot.
Selain kasus nyasar karena sinyal lemot, ada kasus nyasar karena kesalahan diri sendiri, yakni nggak bisa baca peta atau buta arah. Kesalahan yang satu ini biasanya paling banyak terjadi saat kita tengah berada di persimpangan jalan, gang yang seperti labirin, atau jalan yang bercabang. Untuk mengatasi masalah satu ini, memang dibutuhkan konsentrasi ekstra dalam melihat peta dan kondisi jalan yang sebenarnya. Kita juga harus bisa mengambil keputusan jalan mana yang sebenarnya ditunjukkan peta dengan garis biru.
Kalau salah ambil keputusan, ya risikonya nyasar atau perjalananmu jadi muter-muter dulu dengan jarak yang lumayan jauh. Tapi sekali lagi saya tekankan, ini bukan salah aplikasinya, melainkan murni kesalahanmu sendiri yang memang nggak bisa baca peta.
Konon, risiko nyasar akan semakin meningkat jika yang membawa HP untuk membuka Google Maps adalah perempuan. Secara ilmiah, saya kurang paham kenapa perempuan gampang salah dalam membaca peta. Namun, berdasarkan pengalaman pribadi dan teman-teman sekitar, hampir 90% perempuan yang ditugaskan membuka aplikasi ini bakal berujung nyasar atau jarak yang ditempuh semakin jauh.
Menurut teori-teori yang pernah saya pelajari, hal ini terjadi lantaran dalam mengambil keputusan, laki-laki selalu mengedepankan logika, sementara perempuan akan mengedepankan perasaan. Mungkin ini berpengaruh pada fenomena kebanyakan perempuan nyasar kalau disuruh lihat peta. Ehe. Dari kejadian ini, dapat disimpulkan bahwa lagi-lagi yang menyesatkan bukan aplikasinya, melainkan perempuan yang jadi teman seperjalananmu yang nggak bisa baca peta.
Sudahlah, intinya begini, garis biru yang ditunjukkan aplikasi biasanya merupakan jalan tercepat atau jalan yang biasa dilalui banyak orang. Dan garis biru itu sudah pasti bakal mengarah ke tempat yang kita tuju. Meski nanti jalan yang akan kita lalui terjal, berliku, lewat sawah, pinggir sungai sekalipun, kita tetap akan sampai di tujuan. Jadi kesimpulannya, orang-orang yang mengatakan Google Maps menyesatkan mah fitnah saja. Kalian saja yang nggak bisa baca peta!