Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Ghibahin Orang Semangat, Giliran Dighibahin Balik Marah-Marah, Hih Mlz!

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
8 Maret 2020
A A
ghibahin orang

Ghibahin Orang Semangat, Giliran Dighibahin Balik Marah-Marah, Hih Mlz!

Share on FacebookShare on Twitter

Saya pikir, hidup di zaman sekarang itu sulit sekali terlepas dari ghibah. Iya, ngomongin orang lain. Mencari-cari kesalahan orang lain. Menjelek-jelekan orang lain. Pokoknya sudah menjadi satu paket, deh. Sekalinya kita nggak niat ghibah, selalu saja ada teman yang ghibahin orang lain, baik yang masih di satu lingkar pertemanan yang sama maupun bukan teman dekat. Karena kejadian tersebut, mau nggak mau kan jadi ikut mendengarkan juga.

Parahnya, nggak sedikit dari kita ikut terpancing jadi ikut-ikutan ghibah ketika berhadapan dengan situasi seperti itu. Ya, mau gimana, secara nggak sadar, untuk sebagian orang mungkin ghibah itu menyenangkan. Soalnya, nggak sedikit yang menjadikan ghibah sebagai rutinitas sehari-hari (atau jangan-jangan sudah dianggap sebagai passion?) Apalagi hal tersebut terbilang mudah dilakukan, kapan pun, di mana pun. Baik secara langsung atau melalui media seperti hape atau akun media sosial.

Nongkrong sambil ngopi dikit, ghibah. Ketemu dan kumpul sama beberapa teman, ghibahin temannya yang lagi nggak ikut nongkrong. Dan seterusnya, dan seterusnya. Pokoknya, selalu ada celah dan waktu luang untuk berghibah.

Oke, jika ghibah merupakan suatu hal yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tapi, please, deh, kalau suka ghibahin orang lain, ketika dighibahin balik oleh orang lain—alias jadi bahan omongan “di belakang”—nggak usah ngambek, apalagi marah-marah. Yang seperti ini masih seringkali saya temui. Baik dahulu ketika sekolah, kuliah, juga di lingkungan kerja. Kan, aneh dan nyebelin jadinya.

Saya memang bukan orang yang betul-betul suci dan belum bisa melepaskan diri dari aktivitas perghibahan duniawi pada kehidupan sehari-hari, tapi, saya sadar dan tahu diri. Ketika saya ghibahin orang lain, saya pun harus siap dighibahin balik. Saya pikir, itu fair, dong? Dan saya selalu menyikapinya dengan santai. Nggak jarang jadi bahan candaan.

Di sisi yang lain, saya sih nggak akan tersinggung ketika jadi bahan omongan di belakang. Bisa jadi, apa yang dikatakan orang lain tentang diri saya memang betul adanya. Jadi, buat apa saya tersinggung dan marah-marah? Apa yang dibicarakan orang lain tentang saya, bisa jadi merupakan sesuatu yang bisa mengubah diri saya menjadi lebih baik. Siapa tau, kan.

Namun, saya juga menyadari, nggak semua orang yang biasa ghibah dalam kesehariannya, bisa menerima dan berlapang dada ketika dighibahin orang lain. Beberapa orang yang saya kenal, misalnya. Ketika sedang berkumpul, semangat betul ghibahin orang lain tentang ini dan itu. Entah yang diceritakan adalah suatu hal yang sesuai kenyataan atau ada yang dilebih-lebihkan. Giliran dighibahin balik malah misuh sendiri, “Maksudnya dia apa nih? Kok ngomongin gue di belakang?”. Begitu misuh templatenya di hadapan saya.

Saya yang hanya menjadi sekadar pendengar dan menyimak, hanya geleng-geleng kepala saja. Kok ya ada orang seperti ini. Seharusnya, menurut saya, ketika kita membicarakan orang lain, kita harus siap dengan segala konsekuensinya—termasuk jadi bahan omongan orang lain di belakang. Entah nantinya kita tahu dengan sendirinya, atau ada orang lain yang menyampaikan.

Baca Juga:

Dear, Tetangga. Apalah Artinya Rumah Gede, Pagar Tinggi, kalau Nggak Punya Bel? Nyusahin!

5 Drama Korea yang Punya Kisah Pertemanan Unik dan Bikin Iri

Begini, berdasarkan pengalaman saya dan ini bisa dijadikan bahan pertimbangan ketika kalian ingin berghibah. Kalau memang belum siap dighibahin balik, jangan sesekali ghibah. Jangan, deh. Kecuali sadar akan konsekuensinya. Bukan berarti ketika sadar akan konsekuensi, malah ghibah seenaknya. Kemudian, nih ya saya kasih tahu, biasanya, seseorang yang dengan luwesnya ghibahin orang lain di depan kita, kelak di lain tempat, akan dengan mudah juga ghibahin kita.

Jadi, jangan kesenengan dulu kalau ada teman yang ghibahin orang lain kepada kita. Orang yang seperti ini bukan ekstrovert, terbuka, atau suka cerita. Itu beda. Nggak ada salahnya berhati-hati sama tipe orang yang kayak gini. Apalagi kalau suka baper sendiri waktu diomongin balik. Hih!

Ghibah itu memang bikin nagih. Tapi ya tolong lah, kalau mau ghibah, harus siap juga dighibahin balik oleh siapa pun—entah di waktu yang bersamaan, atau di waktu mendatang. Sadar diri aja. Namun, di samping itu, ghibah juga bisa merusak hubungan pertemanan. Jadi, kalau memang ada masalah secara personal, baiknya didiskusikan aja, lah. Dibicarakan secara langsung.

Ingat apa yang pernah dikatakan Socrates lho, “strong minds discuss ideas, average minds discuss events, weak minds discuss people”.

BACA JUGA Kemunafikan yang Tersirat Pada Kalimat, “Bukannya Mau Ngomongin Orang, ya..” atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 Maret 2020 oleh

Tags: ghibahPertemanan
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Nama Panggilan Nyeleneh Itu Bukan Ejekan, tapi Simbol Keakraban terminal mojok.co

Apakah Kita Sudah Benar dalam Berteman?

19 Juli 2019
masa kkn kisah horor saat kkn hantu yang paling sering disebut mojok.co

Masa KKN: Ternyata yang Tertinggi di Dunia Bukanlah Gunung Melainkan Egomu

21 Juli 2019
udah Nggak Usah Dipikirin

Kalimat “Udah Nggak Usah Dipikirin” yang Sebaiknya Kamu Pikirin

16 Agustus 2019
baper

Fenomena Sejak Ada Kata Baper, Kata Maaf Semakin Susah Diucapkan

14 Juli 2019
pemalu

Jangan Salah Paham dengan Pertemanan Kami, Para Pemalu

20 Agustus 2019
ulang tahun pesta kejutan surprise berujung disuruh nraktir budaya mahasiswa sambat ngeluh nggak punya uang harus utang mojok

Saatnya Berkata “Tidak” buat Orang-Orang yang Nagih Traktiran Ulang Tahun

28 Juni 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.