Musim 2012/2013, Gareth Bale mendominasi Liga Inggris. Pemain asal Wales itu mencatatkan 33 laga dengan 165 tembakan ke arah gawang, 75 peluang tercipta, 59 kali sukses melewati pemain, 21 gol, dan 4 asis. Catatan mewah itu menghasilkan PFA Players’ Player of the Year, PFA Young Player of the Year, FWA Footballer of the Year bagi pemain yang saat ini berusia 30 tahun itu.
Dan datang sebuah ekspektasi….
Ekspektasi datang seiring price tag yang tinggi dan sebuah seragam keramat dengan bordir nama Real Madrid. Bale diharapkan menjadi teman yang baik untuk Cristiano Ronaldo. Ohh betapa saya benci betul dengan istilah “diharapkan”. Lagipula, tidak ada teman yang baik untuk Ronaldo. Yang ada adalah mereka yang bisa menurut dan menyediakan servis.
Ketika cedera rutin datang, Gareth Bale yang menggila bersama Tottenham Hotspur tidak lagi terlihat. Yang ada adalah caci maki. Santiago Bernabeu tidak punya toleransi kepada pemain yang tidak sempurna. Fans Real Madrid menghukum Gareth Bale sedemikian rupa. Dan puncaknya adalah kualifikasi Piala Eropa bersama Wales.
Setelah memastikan negaranya lolos ke Piala Eropa 2020, Bale berfoto bersama rekan-rekannya. Menjadi kisruh ketika mereka berpose dengan sebuah bendera Wales bertuliskan: Wales. Golf. Madrid. In that order. Sontak, fans Real Madrid menyerang Bale lebih kejam lagi.
Ada yang bilang kalau Bale mulai bosan dengan perlakuan fans. Bale terlihat lebih “bergairah” ketika main golf. Olahraga yang menjadi hobi si pemain. Fokus Bale dianggap tidak lagi bersama Real Madrid. Kalau sudah begitu, pintu keluar yang menjadi pilihan terbaik.
Konon, rasa bosan yang sama juga merebak di Barcelona ketika Gerard Pique bergegas datang di sebuah pertandingan tenis dengan tajuk Piala Davis. Selepas Barcelona mengalahkan Leganes dengan skor 2-1, Pique tidak membuang waktu untuk segera nonton Piala Davis. Pique dipandang tidak menomorsatukan lagi Barcelona.
Pique sendiri nampaknya mulai serius di dunia tenis. Mantan pemain Manchester United itu mengusulkan dilaksanakan Super Event di bulan September tahun depan. Sebuah kompetisi yang mempertemukan para finalis Piala Davis melawan finalis ATP Cup.
Pique sendiri merupakan salah satu sosok yang mengubah wajah Piala Davis. Suami dari penyanyi Shaqira itu sudah menghabiskan 3 juta dollar untuk berinvestasi lewat Kosmos, perusahaan investasi miliknya.
Harapan Pique ke depan adalah menyatukan Piala Davis dan ATP Cup karena dua kompetisi itu dirasa mirip. “Saya rasa, Novak (Djokovic) dan Rafa (Nadal), nomor satu dan dua di dunia saat ini, sudah menyatakan mereka ingin satu kompetisi saja, dan jika mungkin, diselenggarakan di September selama dua minggu. Tidak masuk akal ada dua kompetisi yang mirip,” kata Pique seperti dilansir Reuters.
Pique sudah sangat serius akan menghabiskan waktunya di dunia tenis. Apakah sikap ini merupakan bentuk kebosanan kepada Barcelona dan sepak bola yang membesarkan namanya?
Rasa bosan itu sangat manusiawi. Jika Bale dan Pique sudah tidak lagi punya fokus kepada Real Madrid dan Barcelona, saya rasa perasaan ini memang tinggal menunggu waktu saja. Bisa jadi pula, kedua pemain ini bukannya bosan, tetapi sedang menyiapkan karier jika gantung sepatu kelak.
Keduanya sudah terhitung pemain senior. Sudah saatnya Real Madrid dan Barcelona punya penerus. Sementara itu, si pemain juga sudah waktunya menyiapkan kehidupan setelah pensiun. Toh sekeras apapun fans memaki, keduanya tidak akan terpengaruh secara signifikan. Apalagi kalau manusia sudah bertekad, bukan.
BACA JUGA Liga Champions: Kehangatan Maurizio Sarri Untuk Juventus Jelang vs Atletico Madrid atau tulisan Yamadipati Seno lainnya. Follow Facebook Yamadipati Seno.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.