Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Gara-gara Ormas Agama, Saya Hampir Gagal Nikah

Humam Zarodi oleh Humam Zarodi
12 Februari 2021
A A
daftar tamu undangan pernikahan ra srawung rabimu suwung seserahan adik nikah duluan gagal nikah dekorator pernikahan playlist resepsi pernikahan mojok

playlist resepsi pernikahan mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Pernikahan, katanya, adalah tujuan hidup, setidaknya bagi beberapa orang. Bagi beberapa orang tersebut, gagal nikah adalah bencana yang tak ingin mereka alami.  Maka dari itu, mereka mengupayakan kepantasan diri. Entah dalam segi kepribadian atau harta. Tak mengagetkan, dua hal tersebut adalah penyebab kegagalan menikah yang paling sering terjadi.

Tapi, pernahkah kalian hampir gagal nikah gara-gara ormas agama?

Pada pagi hari beberapa tahun silam, sama seperti rutinitas yang saya lakukan setiap Senin selepas Subuh. Saya berangkat kerja naik bus dari Terminal Giwangan Yogyakarta menuju Terminal Banyumanik Semarang. Ya, setiap pekan atau dua pekan sekali, saya setiap Jum’at sore pulang ke Jogja dan kembali kerja ke Kota Semarang pada Senin pagi. Hal itu saya lakukan kurang lebih selama dua tahun sejak bekerja di Kota Semarang.

Saat bus yang saya tumpangi sampai di daerah Ambarawa, tiba-tiba terdengar nyaring nada SMS masuk. Ya, itu bunyi nada pesan dari handphone saya. Waktu itu saya menggunakan handphone merk Nokia, dengan ringtone poliponik. Dan pesan singkat yang populer saat itu adalah SMS, dengan biaya Rp 350 per SMS dengan kapasitas tulisan maksimal 160 karakter.

Saya ambil handphone dari kantong saku pakaian dan membuka pesan yang masuk. Tentu sangat girang dan gembira karena pesan tersebut dari calon istri saya. Saya sebut sebagai calon istri karena persis pada malam hari sebelumnya, saya ditemani kedua orang tua saya datang ke rumahnya menemui orang tuanya untuk melamar. Dan lamaran saya diterima oleh kedua orang tua calon istri saya. Bahkan sudah ditentukan ancar-ancar pelaksanaan akad nikah.

Saya menebak isi SMS dari calon istri saya seperti pesan sebelum-sebelumnya ketika saya balik kembali bekerja ke Semarang. Isi pesannya biasanya mendoakan saya agar hati-hati dan selamat di jalan, menyelamati, dan memberi saya semangat untuk bekerja. Namun, pagi itu dia mengirimkan pesan yang tidak biasa. “Mas, kita akhiri saja ya, hubungan kita. Aku mundur” begitu pesannya melalui SMS.

Pesan singkat itu bagaikan petir yang menyambar di siang bolong, tanpa ada hujan, tiba-tiba mak jegler. Saya kemudian kirim pesan balik, menanyakan mengapa mundur. Dia menjawab, “Karena ucapan Bapak Mas tadi malam yang akan melarangku aktif di Muhammadiyah setelah menikah.” Kemudian saya ingat-ingat, apakah bapak saya memang ngomong gitu ya.

Oalah, saya kemudian ingat. Jadi setelah proses lamaran selesai, kemudian dilanjutkan dengan makan malam. Nah setelah makan malam selesai, kami pamitan. Saat pamitan itu bapak saya bilang gini “Nduk sesuk nek wes nikah, ojo aktif meneh neng Muhammadiyah yo.” Kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia begini, “Nak, besok kalau sudah menikah, jangan aktif lagi di Muhammadiyah ya.”

Baca Juga:

Cerita Kuliah di Universitas Siber Muhammadiyah, Universitas Terbuka Versi Muhammadiyah

Kuliah di UNU Yogyakarta: Senang dengan Fasilitasnya tapi Sedih karena Nama Gedungnya

Saya kira ucapan ayah saya itu hanya bercanda belaka karena setelah bapak ngomong, semua yang ada di kamar tamu pada tertawa, termasuk kedua calon mertua dan calon istri saya. Eh, lha kok pagi harinya calon istri saya malah menyatakan mundur dan tidak akan melanjutkan rencana pernikahan, yang berarti saya gagal nikah. Kan ya cilaka tujuh belas. Saya terus memohon agar calon istri agar mau melanjutkan hubungan lagi. Tetapi, tetap tidak mau.

Sampai di kantor, saya langsung telepon ibu untuk mengabarkan kejadian pagi itu. Intinya saya meminta ibu untuk membujuk bapak agar mau datang ke rumah calon mertua dengan tujuan untuk memperbaiki hubungan saya dengan calon istri. Selang beberapa waktu kemudian ibu menelpon saya kalau bapak bersedia datang. Ini bisa menjadi angin segar bagi saya agar hubungan saya dengan pacar bisa kembali berlanjut dan saya nggak jadi gagal nikah.

Akhirnya bapak saya pergi silaturahmi ke rumah orang tua calon istri, dengan ditemani salah seorang saudara bapak. Kedatangan bapak dan saudara di rumah calon mertua diterima dengan baik. Bapak menyampaikan maksud dan tujuan datang. Alhasil, calon mertua menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada calon istri saya. Dan saat ditanya, calon istri saya tetap menolak untuk melanjutkan.

Segera ibu menelpon saya untuk mengabarkan hasil silaturahmi bapak ke calon mertua. Sontak badan ini lemas dan tidak bisa berkata-kata lagi. Saya ambil nafas sambil memikirkan apa yang harus saya perbuat. Setelah fisik dan mental saya siap, selepas Isya saya coba telpon calon istri. Basa-basi sebentar dan langsung saya sampaikan agar tetap mau melanjutkan rencana pernikahan. Dan dia tetap pada pendiriannya.

Saya paham akan alasan penolakan calon istri saya. Dia berasal dari keluarga besar Muhammadiyah dan menjadi aktivis di Muhammadiyah sejak remaja. Bapak dan saudaranya juga menjadi pengurus organisasi Muhammadiyah. Tentu saja dia tidak akan rela kalau setelah menikah dengan saya, meninggalkan kegiatan di Muhammadiyah. Kalau saya bukan aktivis organisasi keagamaan baik Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama (NU), tetapi keluarga besar dari NU, dimulai dari kakek sampai ke orang tua.

Akhirnya saya ingat suatu adab bertamu dalam ajaran Islam. Jadi kalau kita bertamu ke rumah seseorang dan mengetuk pintu sampai tiga kali tidak dibukakan pintu, maka tinggalkanlah. Bertamu ini saya analogikan sebagai ajakan kepada calon istri saya untuk mau melanjutkan rencana pernikahan. Saya sudah dua kali membujuk calon istri, tetapi tetap gagal. Nah, masih ada satu kali kesempatan, pikir saya.

Nah, selang beberapa hari, saya berencana untuk kembali mengontak calon istri saya. Tentu saja setelah pikiran dan hati saya rileks. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menelpon calon istri, nothing to lose. Kalaupun ditolak lagi, ya sudah memang bukan jodoh saya. Basa-basi beberapa saat, kemudian saya bujuk lagi agar mau menikah dengan saya. Akhirnya dia luluh dan mau menikah dengan saya, tetapi dia minta satu syarat, yakni tetap diperbolehkan aktif di Muhammadiyah setelah menikah nanti. Dan selang tiga bulan kemudian kami menikah.

Baiklah, bukan ormas agamanya yang bikin saya gagal menikah secara langsung, tapi kalian taulah maksud saya. Pelajaran buat kalian yang mau menikahi calon pasangan, sebaiknya kalian benar-benar pikirkan baik-baik dan pahami baik-baik latar belakang pasangan kalian. Daripada hampir gagal nikah kayak saya lho.

BACA JUGA Menyelisik Kebiasaan Orang Indonesia yang Masih Tinggal dengan Orang Tua ketika Dewasa dan tulisan Humam Zarodi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Februari 2021 oleh

Tags: gagal nikahMuhammadiyahnuormas agama
Humam Zarodi

Humam Zarodi

Seorang bapak dengan 4 orang anak dan 1 istri serta pencinta klub Liverpool FC.

ArtikelTerkait

Cerita Kuliah di Universitas Siber Muhammadiyah, Universitas Terbuka Versi Muhammadiyah Mojok.co

Cerita Kuliah di Universitas Siber Muhammadiyah, Universitas Terbuka Versi Muhammadiyah

19 September 2025
4 Pertanyaan yang Bikin Muak Mahasiswa UMY saking Sering Ditanyakan Mojok.co kampus muhammadiyah

7 Kampus Muhammadiyah Terbaik di Jawa, Salah Satunya di Magelang!

23 Juli 2025

Tips Membedakan Masjid NU dan Muhammadiyah Sebelum Ikut Salat Tarawihnya. #TakjilanTerminal20

22 April 2021
UAD universitas ahmad dahlan kuliah rasa pengalaman cara mendaftar kuliah di luar negeri mojok

UAD Cocok Untukmu yang Gagal Kuliah ke Luar Negeri

22 April 2020
Saya Menyesal Keluar dari Remaja Masjid, kalau Nggak kan Bisa Dapat Jatah Tambang BKPRMI

Saya Menyesal Keluar dari Remaja Masjid, kalau Nggak kan Bisa Dapat Jatah Tambang

5 Agustus 2024
Lahir di Lingkungan NU dan Tumbuh Dewasa di Lingkungan Muhammadiyah, Bikin Saya Jadi Krisis Identitas terminal mojok.co

Culture Shock Orang Muhammadiyah yang Hidup di Lingkungan NU

5 Februari 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.