Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Gapura Lar Badak: Ikon Yogyakarta yang  Kian Terpinggirkan

Jevi Adhi Nugraha oleh Jevi Adhi Nugraha
14 Maret 2022
A A
Gapura Lar Badak: Ikon Yogyakarta yang  Kian Terpinggirkan Terminal Mojok.co

Gapura Lar Badak: Ikon Yogyakarta yang  Kian Terpinggirkan (Dokumentasi Pribadi Jevi Adhi Nugraha)

Share on FacebookShare on Twitter

Setiap berkunjung ke luar daerah, saya sering menjumpai landmark atau city branding yang menandai sebuah wilayah. Biasanya, landmark tersebut berupa bangunan, tugu, atau monumen bersejarah yang berada di pintu masuk atau tengah-tengah kota.

Di Indonesia sendiri ada beberapa landmark yang sangat ikonik, seperti Tugu Monas di Jakarta, Jam Gadang di Bukittinggi, Gedung Sate di Bandung, Patung Ikan Sura dan Baya di Surabaya, Tugu Jogja, dan masih banyak lagi. Tidak hanya memiliki bentuk yang unik, tentu saja sejumlah ikon tersebut juga sarat akan nilai-nilai sejarah dan budaya daerah tersebut.

Sebagai orang yang tinggal di Gunungkidul dan sering lewat Tugu Pal Putih atau Tugu Jogja, saya sering melihat banyak orang yang kerap melakukan swafoto di tugu yang konon dibangun pada 1889 ini. Terlebih bagi para wisatawan, tentu belum lengkap jika belum foto di tempat ini.

Selain Tugu Pal Putih, Yogyakarta sebenarnya juga memiliki sebuah gapura yang ikonik, yaitu gapura Elar atau Lar Badak. Dikutip dari Radar Jogja, sekitar 1980-an, Kraton Yogyakarta memerintahkan kepada warga Yogyakarta untuk membuat gapura Lar Badak. Kemudian pada 1987, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menggelar lomba membuat gapura ikonik ini.

Gapura Lar Badak di Gunungkidul (Dokumentasi Pribadi Jevi Adhi Nugraha)

Tidak bisa dimungkiri bahwa Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu wilayah di DIY yang cukup banyak dijumpai gapura Lar Badak pada 1990-an hingga awal 2000-an. Hal ini tidak lepas dari perlombaan pembuatan gapura yang diadakan Pemkab Gunungkidul. Namun, saat ini gapura yang sampat populer di era 1990-an ini jumlahnya semakin sedikit dan langka di Gunungkidul serta wilayah DIY lainnya.

Bentuk Gapura Lar Badak

Gapura Lar Badak merupakan gapura yang biasanya terletak di samping kanan atau kiri pintu masuk sebuah desa. Selain pintu masuk, gapura ini juga berfungsi sebagai pembatas antar wilayah.

Menurut salah seorang tokoh di kampung saya, Arjo Suroto (70), ikon Yogyakarta satu ini sempat populer di Kabupaten Gunungkidul pada dekade 1990-an. Pria yang akrab disapa Mbah Arjo tersebut menjelaskan, dulunya hampir setiap dusun di Gunungkidul mempunyai gapura Lar Badak. Di kampung saya sendiri, dulunya pernah memiliki dua gapura ini, kini gapura tersebut sudah sudah langka dan digantikan dengan jenis gapura modern.

Ada beberapa ciri khas dari gapura Lar Badak, di antaranya memiliki puncak tiang dengan bentuk kelopak bunga melati, tiang segi empat berjumlah, lengkung gapura, lubang tiang gapura, dan mempunyai landasan dasar bangunan gapura yang terbelah menjadi dua sayap.

Baca Juga:

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Tidak hanya memiliki bentuk yang unik, gapura Lar Badak juga memiliki filosofi yang cukup mendalam. Dikutip dari laman resmi Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul, kata “elar” atau “lar” sendiri melambangkan sayap burung. Sementara, kata “badak” merupakan binatang yang identik memiliki tubuh besar, kuat, serta memiliki indra pendengaran dan penciuman yang tajam.

Gapura ini telah menjadi simbol kekuatan dan semangat gotong royong bagi masyarakat Yogyakarta. Adanya tiang gapura yang tegak lurus, mencerminkan sikap masyarakat yang tegas dan mampu menyelesaikan masalah dengan baik tanpa menimbulkan konflik.

Sayangnya, gapura khas Yogyakarta ini mulai jarang terlihat di desa-desa. Padahal, awal 2000-an, saya masih sering melihat gapura ini di setiap pintu masuk sebuah desa. Saat ini, rata-rata pintu masuk di desa-desa sudah berganti dengan gapura dengan desain baru yang modern.

Gapura khas yang semakin terpinggirkan

Beberapa waktu lalu, saya mencoba menyusuri sejumlah jalan di Yogyakarta untuk melihat keberadaan Gapura Lar Badak. Perjalanan itu saya mulai dari Kota Wonosari, Jalan Jogja-Wonosari, hingga ke Jalan Kaliurang. Dari beberapa wilayah tersebut, saya masih melihat beberapa gapura tersebut di Gunungkidul, yaitu di pintu masuk Kota Wonosari, kawasan Alun-alun Wonosari, dan di pintu masuk Bangsal Sewaka Praja, Gunungkidul.

Gapura Lar Badak di Patuk Gunungkidul (Dokumentasi Pribadi Jevi Adhi Nugraha)

Perjalanan saya lanjutkan ke arah barat. Di sepanjang Jalan Wonosari-Jogja, saya hanya melihat dua gapura Lar Badak, yaitu di Kecamatan Patuk dan kawasan Piyungan. Hingga ke arah utara, tepatnya di Jalan Kaliurang, saya hanya melihat satu gapura tersebut di Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman.

Dari sejumlah gapura Lar Badak yang saya temukan, rata-rata milik instansi pemerintah. Sementara, saya sudah tidak melihat ada gapura tersebut sebagai penanda pintu masuk suatu wilayah desa. Rata-rata semua pintu masuk wilayah sudah menggunakan gapura dengan desain baru, yang oleh masyarakat biasa disebut gapura pecinan.

Adapun ciri utama gapura pecinan sendiri, yaitu di atasnya terdapat sebuah plang atau papan nama yang terbuat besi atau seng. Papan nama yang menghubungkan dua gapura tersebut biasanya ditulisi ucapan selamat datang serta nama wilayah.

Tidak ada yang tahu pasti penyebab Lar Badak semakin sulit ditemukan dan seolah sudah tidak diminati oleh warga masyarakat desa. Padahal, gapura ini telah menjadi penanda dan identitas wilayah Yogyakarta.

Gapura Lar Badak di Ngaglik, Sleman (Dokumentasi Pribadi Jevi Adhi Nugraha)

Seiring dengan maraknya pembangunan jalan, mal, dan hotel di Yogyakarta, identitas daerah justru semakin terpinggirkan. Kurangnya sosialisasi dan regulasi yang berkaitan dengan pembangunan gapura Lar Badak, mungkin menjadi salah satu faktor semakin memudarnya identitas ragional Daerah Istimewa Yogyakarta ini.

Di tengah gempuran arus informasi yang semakin masif dan susah dikontrol, mungkin sudah seharusnya semua lapisan masyarakat Yogya, terutama para pemangku wilayah, agar tetap mempertahankan ikon wilayah ini. Tidak hanya menjadi pembeda dengan daerah lain, gapura ini juga mencerminkan jati diri sebuah daerah yang sarat akan nilai-nilai tradisi, adat-istiadat, sosial budaya, serta kearifan lokal. Bukankah begitu?

Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 November 2025 oleh

Tags: Gapura Lar Badakpilihan redaksiYogyakarta
Jevi Adhi Nugraha

Jevi Adhi Nugraha

Lulusan S1 Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berdomisili di Gunungkidul.

ArtikelTerkait

Harus Punya Tabungan Rp20 Juta di Usia 25 Tahun, Fresh Graduate UMR Jogja Cuma Bisa Nangis Mendengarnya Mojok.co

Harus Punya Tabungan Rp20 Juta di Usia 25 Tahun, Fresh Graduate UMR Jogja Cuma Bisa Nangis Mendengarnya

21 Mei 2024
Meterai Tempel Boleh Dipakai dalam Pendaftaran Seleksi CPNS 2024, Bukti Nyata kalau Pemerintah Hobi Nge-prank Warganya

Meterai Tempel Boleh Dipakai dalam Pendaftaran Seleksi CPNS 2024, Bukti Nyata kalau Pemerintah Hobi Nge-prank Warganya

6 September 2024
Klitih Tidak Hilang dengan Ditangkapi, tapi Diberi Ruang Berekspresi terminal mojok.co

Klitih Tidak Hilang dengan Ditangkapi, tapi Diberi Ruang Berekspresi

28 Desember 2021
Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh Menang Cepat daripada Shinkansen Jepang, tapi Kalah Telak dalam Menjawab Kebutuhan Warga

Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh Menang Cepat dari Shinkansen Jepang, tapi Kalah Telak Soal Menjawab Kebutuhan Warga

17 Maret 2024
KPop Itu Cuma Hiburan, Plis Sesama Fans Nggak Usah Banyak Tuntutan! terminal mojok.co

KPop Itu Cuma Hiburan, Plis Sesama Fans Nggak Usah Banyak Tuntutan!

29 September 2021
Toko Sepatu Jalan Pramuka Yogyakarta, Deretan Lapak yang Melegenda

Toko Sepatu Jalan Pramuka Yogyakarta, Deretan Lapak yang Melegenda

3 April 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.