Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Gaji Rp5 Juta di Jakarta Itu Layak Banget, Percaya Aja Dulu

Tiara Uci oleh Tiara Uci
11 Oktober 2022
A A
Gaji Rp5 Juta di Jakarta Itu Layak Banget, Percaya Aja Dulu Terminal Mojok

Gaji Rp5 Juta di Jakarta Itu Layak Banget, Percaya Aja Dulu (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Memperdebatkan kelayakan gaji di Jakarta nggak akan pernah selesai karena standar hidup seseorang memang berbeda-beda. Boleh jadi si A bilang gaji Rp5 juta cukup layak, tapi si B berkata gaji Rp10 juta masih kurang. Selama parameternya adalah individu-individu yang keinginannya beragam, memperdebatkan kelayakan gaji di Jakarta sia-sia belaka.

Tetapi, di negara kita sebenarnya ada yang namanya standar komponen kehidupan layak (KHL) yang pernah digunakan untuk menghitung jumlah besaran upah minimum atau biasa kita kenal dengan nama UMR. Sederhananya, upah minimum adalah gaji paling rendah yang bisa digunakan seseorang untuk bertahan hidup di kota tersebut.

Tahu KHL, kan? Nggak tahu? Aduh, makanya sesekali ikut demo buruh gitu, lho. Jangan ngeluh mulu, apalagi marah-marah ketika ada buruh menuntut kenaikan UMR. Meskipun kita bekerja di depan laptop dengan pendingan ruangan, selama setiap bulan masih menunggu transferan gaji dari perusahaan, status kita adalah buruh. We are working class, Gaes.

Penentuan KHL sebenarnya memiliki standar paten, meskipun hal tersebut sering kali dilanggar oleh pemerintah. Ada sekitar 64 komponen KHL yang digunakan untuk standar hidup layak satu orang (baca: lajang). Saya nggak akan menyebutkan semuanya karena banyak sekali, tapi secara garis besar meliputi sandang, papan, pangan, pendidikan, kesehatan, dan transportasi.

Masalahnya, untuk urusan papan, biaya yang dihitung adalah biaya sewa rumah atau kos, bukan biaya membeli rumah. Misalnya di Kota Surabaya biaya mencicil rumah adalah Rp4 juta per bulan dan biaya kos adalah Rp1 juta per bulan, maka perhitungan nilai KHL diambil dari biaya kos yaitu Rp1 juta per bulan. Itulah kenapa selama gaji kita masih UMR tanpa pemasukan lain, kita bakal kesulitan membeli rumah di kota tersebut. Percaya saya, hal ini nggak hanya terjadi di Surabaya ataupun Jakarta. Kalian tinggal di Jogja yang katanya murah, tapi kalau pendapatan per bulan hanya UMR Jogja, sampai Valentino Rossi kembali ke MotoGP pun rasanya rumah nggak akan terbeli.

Biaya pendidikan dalam komponen KHL ini juga bukan dihitung berdasarkan biaya pendidikan formal dan non-formal, melainkan peralatan pendukung pendidikan seperti buku bacaan dan tabloid. Kalau kita mau menyekolahkan anak dengan gaji UMR, bersiaplah mengkis-mengkis, Sayangku. Sementara biaya pangan umumnya meliputi beras dan kebutuhan pokok lain yang besarannya mengacu pada harga di pasar tradisional kota tersebut.

Lain lagi dengan kesehatan. Komponen kesehatan dihitung bukan berdasarkan biaya ketika kita sakit atau berobat ke rumah sakit, melainkan hanya biaya agar tubuh kita nggak terkena kuman, seperti biaya membeli sikat gigi, sabun mandi, sampo, obat anti-nyamuk, dan pembalut. Jika ingin melihat detail komponen KHL 2020, kalian bisa melihatnya di sini.

Nah, semua kebutuhan tersebut dijumlah dan nantinya ketemu angka yang akan menjadi acuan standar minimum hidup layak di masing-masing kota dan kabupaten, lalu diketok menjadi UMR. Sebut saja di Surabaya UMR-nya Rp4,3 juta, Jogja Rp1,8 juta, DKI Jakarta Rp4,6 juta, Cikarang Rp4,7 juta, dan seterusnya. Penentuan penghitungan KHL untuk kenaikan UMR inilah yang selalu dituntut buruh setiap tahunnya. Logikanya, setiap harga naik harusnya nominal di KHL juga naik, kan? Dan UMR-nya pun ikutan naik.

Baca Juga:

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

Meskipun kalian mungkin pernah mencibir buruh yang sedang demo, nyatanya dalam negara yang masih mengusung asas ekonomi kapitalisme, buruh adalah kaum yang bisa mematikan rantai produksi dan membuat perusahaan merugi. Perjuangan buruh menuntut kenaikan UMR setiap tahuannya yang meskipun kadang hanya naik sedikit, tetap saja kita ikut menikmatinya. Bukankah jika UMR naik, gaji kalian juga ikutan naik? Kalau nggak, ya protes. Berarti perusahaan kalian nggak mengikuti aturan dan bisa mendapatkan sanksi karena melanggar UU Ketenagakerjaan.

Lantas, apakah gaji di Jakarta Rp5 juta per bulan sudah layak? Ya kalau melihatnya dari komponen hidup layak yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 14 tahun 2012 yang mengacu pada pasal 88 ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2003 yang sudah kita bahas di atas, gaji Rp5 juta tentu saja layak banget. Ha wong standar hidup layak versi pemerintah didefinisikan dengan kehidupan seorang lajang yang nggak bisa nyicil rumah dan harus menjalani hari dengan ikhlas, kok. Pokoknya asal masih bisa bernapas dan masih hidup di bulan berikutnya, deh.

Namun, tahukah kalian kalau standar komponen hidup layak (KHL) yang nggak manusiawi dan mengenaskan tersebut masih tega dihapus oleh pemerintah pada tahun 2021 kemarin? Sejak UU Cilaka (Cipta Kerja) disahkan, ada batas atas dan batas bawah dalam skema penentuan UMR sehingga membuat nasib kita (buruh) makin susah saja karena nggak lagi diajak urun rembuk dalam skema KHL. Lantas, gimana cara negara tahu gaji rakyatnya layak atau nggak layak kalau survei KHL-nya ditiadakan? Ya suka-suka pemerintah saja.

Saya kira, pertanyaan lain yang tak kalah penting bukan soal layak atau nggak layaknya gaji Rp5 juta di Jakarta. Karena siapa pun tahu kalau uang Rp5 juta di Jakarta jelas nggak cukup untuk hidup layak kecuali skema layak versi negara. Masalahnya, meskipun banyak orang sambat soal gajinya di Jakarta nggak cukup dan sederet keluhan lainnya, kenapa masih banyak orang merantu ke sana dan jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya?

Jawabannya tentu saja bukan karena standar gajinya yang sudah layak. Melainkan karena banyak orang nggak punya pilihan lain. Masalah banjir, kemacetan, kriminalitas, uyel-uyelan di Stasiun Manggarai, dan udara Jakarta yang berpolusi dirasa masih “sebanding” oleh pekerja daripada kelaparan lalu mati.

Akhir kata, cukup atau nggak cukup gaji memang tergantung kita. Tapi, standar kelayakan yang manusiawi (baca: bisa membeli makanan sehat, membeli rumah, dan membiayai anak sekolah) adalah tanggung jawab negara. Negara harus memastikan agar hal-hal tersebut bisa diperoleh seluruh pekerja Indonesia.

Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Gaji Tidak Dibayar oleh Perusahaan, Apa yang Harus Dilakukan Karyawan?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Oktober 2022 oleh

Tags: gajiJakartaUMR
Tiara Uci

Tiara Uci

Alumnus Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya. Project Manager perusahaan konstruksi di Surabaya. Suka membaca dan minum kopi.

ArtikelTerkait

5 Hal yang Bikin Tinggal di Surabaya Itu Perlu Disyukuri Terminal Mojok.co

5 Hal yang Bikin Tinggal di Surabaya Itu Perlu Disyukuri

1 Maret 2022
Kalau Kamu Tinggal di Karawaci Tangerang dan Kerja di Jakar, ta PusatKamu Harus Segera Ngekos Jika Ingin Sehat Jiwa Raga

Kalau Kamu Tinggal di Karawaci Tangerang dan Kerja di Jakarta Pusat, Kamu Harus Segera Ngekos Jika Ingin Sehat Jiwa Raga

6 Februari 2025
Bandara Dhoho Kediri Dibuka untuk Umum, Warga “Ndeso” yang Mampir untuk Wisata Kena Nyinyir Mojok.co

Bandara Dhoho Kediri (Katanya) Siap Beroperasi Sebelum Lebaran, dan Kali Ini, Semoga Tidak Mundur Lagi

10 Maret 2024
Dulu Sepelekan Kuliah, Kini Nangis Gaji di Bawah UMR (Unsplash)

Dulu Bilangnya Kuliah Cuma Formalitas, Sekarang Nangis Karena Gaji Masih di Bawah UMR Meski Sudah 5 Tahun Kerja

3 Juli 2025
Bukan Plat B, Plat AB adalah Plat Nomor Paling Meresahkan di Jalanan Jogja Mojok.co

Bukan Plat B, Plat AB Adalah Plat Nomor Paling Meresahkan di Jalanan Jogja

16 Agustus 2024
Tempat Ngopi Favorit di Jakarta Pusat

Tempat Ngopi Favorit di Jakarta Pusat

31 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.