Sebuah akun TikTok denganusername @leesubastian24_ mengunggah suatu video yang cukup menarik banyak perhatian netizen. Dalam video TikTok berdurasi 42 detik ini, @leesubastian24_ membuat suatu argumen bahwa jika ada orang yang menanyakan agama kita, kita harusnya jawab saja pertanyaan itu tanpa banyak ribet dan dalih. Dengan nada yang agak tinggi, si pembuat video ini menyindir orang-orang yang merasa sensitif dengan pertanyaan, “Agamamu apa?”
Wkwkwk agama itu privasi. Apapun agama lo, emang ga etis aja nanya agama, bukan karna malu jawabnya. Gw malah seneng sama jawaban mbaknya, supaya budaya nanya agama seenaknya ini tuh distop. Apalagi utk yg minoritas pasti ngerasain banget stlh jawab agamanya ap, terus disinisin. pic.twitter.com/ZsTlstHtcd
— kristo kentang (@kristoimmanuel) December 9, 2020
Argumennya, bahwa nanti di akhirat pun nggak mungkin kita bisa mengelak dari pertanyaan malaikat, yang dalam kepercayaan Islam, juga akan menanyakan hal yang sama, yakni “Apa agamamu?”
Pernyataan seperti ini, menurut saya, benar-benar sangat menjengkelkan. Saya paham, bagi beberapa orang, menjawab orang yang menanyakan agama bisa menunjukkan izzah atau rasa bangga terhadap agama sendiri. Benar-benar valid dan no debat. Tapi, benarkah pertanyaan semacam ini bisa dijawab dengan mudah oleh orang lain, apalagi yang non-muslim dalam konteks Indonesia, tanpa mengabaikan efek-efek sosialnya? Di Aceh, misalnya, apakah orang Aceh yang non-muslim bisa menjawab seperti @leesubastian24_ yang terlihat bangga dan tanpa beban mengatakan, “…gue bangga agama gue Islam!”
Saya nggak bermaksud untuk menyudutkan penganut salah satu agama. Nggak. Saya bukan Emmanuel Macron yang bilang bahwa Islam mengalami krisis. Saya juga bukan Pak Jokowi yang menentang pernyataan Macron dengan menyarankan negara maju itu untuk belajar toleransi dari Indonesia sementara di negerinya sendiri konflik antaragama masih sering terjadi. Hanya saja, untuk ukuran sebuah bangsa yang telah berumur 70 tahun lebih, kita kok masih belum beranjak dari hal-hal yang nggak substansial semacam ini?
Ini tentu miris karena jawaban macam apa sih yang diharapkan dengan mengajukan pertanyaan, “Agamamu apa?” Lantas, setelah dijawab, selanjutnya apa? Nggak jelas banget. Apakah pertanyaan ini punya pretensi ingin mengetahui sifat seseorang? Malah makin aneh. Bagi saya, nggak ada korelasi antara sifat seseorang dengan agama yang dia anut. Orang-orang yang selalu berbicara pentingnya beragama itu seringnya membual dan omong kosong. Kebanyakan dari mereka beragama hanya pada tataran simbolik dan penampilan. Agamanya sama sekali nggak ganjil. Yang ganjil dan aneh adalah orang yang beragamanya.
Hal ini barangkali disebabkan karena kita punya kegenitan untuk selalu ingin tahu hal-hal yang sifatnya sangat personal. Kita mungkin nggak bisa hidup dengan tenang jika mengetahui agama dari teman atau mungkin idola kita ternyata berseberangan dengan kita. Atribut-atribut yang sifatnya personal ini akhirnya menentukan bagaimana kita bersikap kepada mereka. Si ini agamanya A maka kita harus bersikap B, si ini agamanya C maka tempat ibadahnya harus kita hancurin, dan seterusnya.
Dampak jangka panjang dari menanyakan agama, lebaynya, tentu adalah diskriminasi hingga kekerasan atas nama agama. Sialnya, diskriminasi sampai kekerasan ini dilakukan oleh mereka yang merasa sudah “saleh” dan “benar”. Anehnya, Kita ini memimpikan semacam toleransi antarumat beragama tapi kok di sisi lain senang sekali menanyakan identitas agama orang tanpa kepentingan yang jelas?
Syahdan, hal-hal kecil yang bisa dijadikan solusi untuk permasalahan intoleran semacam ini tentunya kita harus menahan bahkan harus menghilangkan kegenitan kita yang selalu ingin tahu relasi personal seseorang dengan tuhannya. Agama adalah urusan pribadi seseorang. Tidak elok rasanya orang lain (apalagi orang asing) ikut campur di dalamnya lalu menanyakan agama seseorang, terlebih di ranah publik seperti media sosial. Kecuali jika Anda malaikat.
Lagi pula, satu hal yang pasti, kita semua bisa berbuat baik terlepas dari agama apa pun yang kita anut. Coba bayangkan akan semaju apa negara kita jika nggak ada lagi orang yang menanyakan agama orang lain saking keponya?
Gus Dur pernah berkata, “Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, maka orang tidak pernah tanya apa agamamu.”
Saya curiga, jangan-jangan, orang-orang macam @leesubastian_24 adalah orang yang akan menanyakan agama orang lain ketika orang itu bersikap dan melakukan sesuatu yang baik kepada masyarakat. Dalam pikirannya, kebaikan hanya dimiliki oleh mereka yang beragama.
BACA JUGA Dalam Politik, Konsep Relawan Paslon Adalah Hal yang Paling Menjengkelkan dan tulisan Raihan Rizkuloh Gantiar Putra lainnya.