Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Ferdian Paleka Kelakuannya Seperti Orang Kerasukan Arwah Tokoh-tokoh Sejarah

Christianto Dedy Setyawan oleh Christianto Dedy Setyawan
5 Mei 2020
A A
Sukarno Bilang 'Jangan Lupakan Sejarah' Bukan 'Pelajarilah Sejarah' pelajaran sejarah ditiadakan kemendikbud terminal mojok.co

Sukarno Bilang 'Jangan Lupakan Sejarah' Bukan 'Pelajarilah Sejarah' pelajaran sejarah ditiadakan kemendikbud terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Pepatah yang berbunyi citra bangsa ditunjukkan oleh aksi generasi mudanya cukup mengusik saya belakangan ini. Saya tidak punya masalah dengan anak muda karena saya juga anak muda. Namun, saya dan banyak warga negeri ini rasanya juga sama-sama berang dengan ulah Ferdian Paleka dengan aksi prank yang tidak ketulungan pekoknya. Mau dibawa ke mana masa depan negeri ini kalau tidak sedikit populasi manusia macam Ferdian Paleka. Ferdian-nya sih cuma satu. Tapi orang yang ngesubscribes YouTube-nya jumlahnya nggak sedikit lho. Mereka yang suka dan bersimpati dengan channel YouTube Ferdian Paleka sama saja mendukung aksi bocah tengil ini.

Sejak tahun lalu yang namanya prank memang banyak disoroti netizen. Mojok pun pernah memuat artikel berisi prank. Tapi kok bisa prank yang nggak penting ini semakin membudaya? Jujur saja saya geli melihat pola pikir kepala anak milenial yang isinya cuma kontan-konten kontan-konten melulu… gitu terus sampai West Ham United juara Liga Champions. Konten kreatif nan edukatif sih nggak masalah, lha nek kontene nggapleki tur nggak berfaedah seperti yang ditunjukkan Ferdian yo remuk bakule slondok, lur.

Saya menyoroti Ferdian Paleka dari kacamata lain. Dia saya anggap patut diwaspadai karena kombinasi sikapnya menunjukkan gejala yang nggak enak dari sisi sejarah. Kenapa saya menyoroti dari sisi sejarah? Pertama, karena dari sejarah kita bisa belajar banyak hal. Kedua, karena saya guru sejarah. Ketiga, karena belum ada yang nulis materi dari sudut pandang ini. Kata orang Prancis, L’Histoire se répète, sejarah selalu berulang. Secara kronologi, saya melihat aksi nggaplekinya Ferdian memuat “roh” banyak tokoh-tokoh sejarah yang kontroversial. Mari kita lihat satu per satu.

Satu. Aksi Ferdian yang nge-prank transpuan dengan memberi kardus sembako berisi batu dan sampah menegaskan nyata seperti apa karakter bocah ini. Saya curiga dia kerasukan roh pasukan Jepang edisi tahun 1942.

Di tahun tersebut Jepang datang ke Indonesia menggantikan Belanda untuk bertamasya menjajah. Di awal datangnya Jepang, mereka langsung woro-woro kalau Indonesia adalah saudara tua dan akan dibebaskan dari kolonialisme Barat. Jepang menjanjikan akan lekas memberi kemerdekaan pada Indonesia. Masyarakat Indonesia saat itu ya menyambut kedatangan Jepang dengan positif. Tapi kita semua tahu omongan Jepang itu gimmick belaka. Ya iya lah, mana ada penjajah datang ke sini bukan untuk menjajah. Dikiranya ke Nusantara untuk main TikTok atau wedangan di angkringan po?

Tidak jauh berbeda dengan aksi Ferdian yang ngasih prank ke transpuan. Para transpuan awalnya ya senang akan diberikan bantuan sembako. Di tengah kondisi ekonomi yang serbasusah gara-gara pandemi corona gini, bantuan logistik ibarat oase di padang gurun Sahara. Menyambut dengan antusias dan pikiran positif tentu dikedepankan para transpuan. Sudah begitu lha kok ngapusi. Apa nggak pasukan Jepang banget ini kelakuan?

Yang lebih nggak beres adalah aksi prank itu kan dijadikan konten di medsos. Busyet deh…. Tahu nggak di bagian ini Ferdian mirip siapa? Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal Belanda yang terkenal kejam itu. Lho kok bisa? Ya bisa, wong penderitaan orang diekspose sebagai bahan sorotan lalu diketawai setelah sukses dikerjain. Apa bedanya dengan Meneer J.P. Coen yang gemar menggelar aksi adu manusia melawan macan guna memuaskan hasratnya yang kurang hiburan. Aksi yang dikenal dengan nama “pynbank” ini manusia, tapi bagi doi ya dianggap tontonan menghibur.

Dua. Yang keterlaluan setelah aksi amoralnya Ferdian viral adalah permintaan maaf tapi boong. Beredar video sekian detik di mana awalnya Ferdian bilang minta maaf tapi di akhir malah ditambahi embel-embel tapi boong sambil cengengesan. Sori ya, frasa “tapi boong” itu hanya pas jika diucapkan Coki Pardede dan Tretan Muslim dalam komedinya di MLI, kalau untuk Anda sih kagak ada keren-kerennya blasss. Tindakan yang seolah berdamai tapi rekayasa ini mengingatkan saya pada H.J. van Mook. Persis plekk.

Baca Juga:

4 Salah Kaprah Jurusan Sejarah yang Terlanjur Melekat dan Dipercaya Banyak Orang

Dari Sekian Banyak Jurusan Pendidikan, Pendidikan Sejarah Adalah Jurusan yang Tidak Terlalu Berguna

Van Mook adalah salah satu tokoh Belanda dalam proses mediasi dengan Indonesia di perundingan Linggarjati. Agenda ini intinya lebih merugikan pihak Indonesia. Sama dengan permintaan maaf berkedok klarifikasinya Ferdian yang belum tentu bisa mengembalikan senyum transpuan yang telah ia kecewakan. Yang namanya perundingan kan usaha diplomasi yang tentunya tidak ada unsur militer di sana. Hasil berunding di Linggajati yang semula diiyain van Mook justru ia langgar sendiri dengan merestui serangan ke Indonesia bertajuk Agresi Militer I. Seolah van Mook berkata,”Oke, di Linggarjati ini saya setuju kita berdamai … (pakai jeda bicara sejenak) … tapi boong! Hiya hiya hiya!”

Tiga. Penggerudukan warga ke rumah Ferdian Paleka kemarin mencerminkan kemuakan warga terhadap YouTuber nggak cerdas ini. Ingat, kesabaran itu ada batasnya, bro. Datangnya warga harusnya disambut Ferdian langsung. Sayangnya anak sok asik ini malah kabur dari rumah. Saya meragukan orang ini sebagai pria sejati. Nggak ada tanggung jawabnya babar blas. Membuat kekacauan, menggemparkan publik, lalu ngilang seolah tanpa dosa. Saya khawatir arwah mendiang Westerling lah yang sedang merasuki badan Ferdian.

Nama Westerling lekat dengan citra pembantaian dan pelanggaran HAM di Indonesia. Saking kondangnya sebagai biang onar, Bang Iwan Fals pernah menyelipkan namanya di salah satu lirik lagunya. Ferdian nggak ada bedanya dengan Westerling. Sama-sama bikin geger, merugikan orang lain, tapi ora gentle menghadapi konsekuensinya. Kalau Westerling usai bikin kacau Indonesia kabur ke Belanda, nggak tahu Ferdian sedang ngumpet di mana. Kalau nanti dites DNA mereka ternyata punya keterkaitan keturunan, saya udah nggak kaget.

Empat. Beredarnya screenshoot instastory-nya bocah sableng ini yang mengatakan akan menyerahkan diri ke polisi kalau follower-nya bertambah jadi 30K membuat saya tambah mangkel. Lha wong mau minta maaf kok njaluk syarat. Dipikir sampeyan itu siapa, woiii?

Sebagai pihak yang bersalah ya minta maaflah dengan tulus dengan kesediaan menerima segala konsekuensi dari kerusakan yang telah ditimbulkan. Kok bisa ya di situasi kayak gini malah lebih mementingkan jumlah follower. Mungkin benar kalau ada yang bilang jaman sekarang itu wolak-waliking zaman. Dunia serbaterbalik dan salah satunya ditandai dengan adanya fenomena sosial yang ora mashook.

Sikap nggapleki yang satu ini mengingatkan saya pada Jenderal De Kock. Alkisah De Kock yang sudah capek perang dengan Pangeran Diponegoro menawarkan perundingan untuk berdamai saja. Diponegoro setuju tapi ternyata De Kock lalu mengajukan aneka syarat ini-itu ke kubu sang pangeran mulai dari Diponegoro tidak boleh bawa banyak pasukan, tidak diizinkan bawa senjata perang, dan lain-lain. Ini yang punya kepentingan berdamai siapa, yang kakehan request siapa. Kalau Ferdian nanti ketangkep, saran saya di luar pasal KUHP yang menjeratnya adalah suruh anak itu nulis permintaan maaf rangkap seribu kali dengan tulis tangan. Titik.

Lima. Permintaan maaf yang sejauh ini diwakili oleh ibunya Ferdian justru membuat saya prihatin. Ibu ini punya sikap yang baik karena memohon maaf pada netizen atas ulah mbelgedes putranya. Pengajuan apologi yang sejauh ini tidak dibarengi dengan aksi santun si anak karena malah semakin kumat sakit jiwanya. Apa yang ditunjukkan ibunda Ferdian ini mirip dengan tindakan Ratu Wilhelmina yang pada tahun 1901 menyetujui kebijakan politik etis.

Politik etis merupakan sikap balas budi Belanda setelah menindas masyarakat jajahan di Hindia Belanda terutama dengan cultuurstelsel-nya. Pejabat negeri kincir angin mengajukan program edukasi, irigasi, dan migrasi sebagai objek politik etis. Ratu Wilhelmina sendiri memang juga kontroversial dan tentu ada sisi subyektifnya pada pemerintah kolonial Belanda, tapi iktikad agak baik dari sang ratu ini justru tidak diimbangi bawahannya seperti Gubernur Jenderal Willem Rooseboom, van Heutsz, dan Idenburg yang terkesan membiarkan munculnya aksi penyimpangan terhadap politik etis. Apa bedanya dengan relasi ibu Ferdian dan anaknya yang viral itu? Ngggak ada. Si anak tidak menunjukkan sikap sejalur dengan sang ibu. Yang ada malah si anak yang ngrusohi gawe bubrah.

Dari aneka hasil penerawangan tadi, sesungguhnya saya khawatir kalau Ferdian ini hasil reinkarnasinya para tokoh jahat dalam sejarah secara collab. Ya ada tentara Jepang, ya ada kompeni, dan semua karakter mereka diblender jadi satu merasuk ke saluran alam pikiran Ferdian. Baru saja kita memperingati Hari Pendidikan Nasional, sebentar lagi kita akan memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Di bulan dengan peringatan sakral seperti ini malah diwarnai aksi yang bikin hati ambyar. Masak iya sih generasi emas Indonesia 2045 mau diisi oleh manusia seperti Ferdian Paleka?

Kalau urusan permaafan sih saya dan para netizen meski dengan agak berat hati pasti bisa memaafkan. Tapi ingat kalau forgiven but not forgotten. Bukannya sok pendendam lho. Tokoh sekelas Nelson Mandela saja pernah bilang gitu saat sebel dengan politik apartheid di pidatonya. The Corrs pun juga membuat lagu dengan judul yang sama. Maka saya nggak ikhlas kalau setelah ini ada klarifikasi, minta maaf, dan besok kambuh lagi penyakitnya. Awas lho ya.

Sumber gambar: Wikimedia Commons

BACA JUGA Kisah Cinta Tragis Ala Tan Malaka: Empat Kali Mencinta, Lima Kali Ditolak dan tulisan Christianto Dedy Setyawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 Mei 2020 oleh

Tags: Ferdian PalekakolonialpranksejarahYoutube
Christianto Dedy Setyawan

Christianto Dedy Setyawan

Pencinta literatur yang hobi blusukan sejarah

ArtikelTerkait

Pemulangan Prasasti Pucangan: Batu kok Dipulangin, Pentingnya Apa?

Pemulangan Prasasti Pucangan: Batu kok Dipulangin, Pentingnya Apa?

8 November 2022
Ngobrol sama Mikrofon Podcast: Artis Pekok Nggak Usah Sok Bikin Podcast!

Ngobrol sama Mikrofon Podcast: Artis Pekok Nggak Usah Sok Bikin Podcast!

30 Mei 2020
Dear Ferdian Paleka, YouTuber yang Udah Ngerjain Transpuan terminal mojok.co

Dear Ferdian Paleka, YouTuber yang Udah Ngerjain Transpuan

4 Mei 2020
5 Rekomendasi Channel tentang Literasi Keuangan bagi Kalian yang Ingin Kaya di Masa Tua

5 Rekomendasi Channel tentang Literasi Keuangan bagi Kalian yang Ingin Kaya di Masa Tua

25 Maret 2022
youtuber youtube

Kiat Survive Jadi YouTuber Melawan Gempuran Artis yang Mendadak YouTuber

22 Mei 2019
podcast

Radio yang Tidak Akan Pernah Terdisrupsi Oleh Podcast

13 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.