Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Persamaan Kontroversi Feodalisme Pondok Pesantren dan Liverpool yang Dibantu Wasit ketika Menjadi Juara Liga Inggris

Muhammad Yunus Musthofa oleh Muhammad Yunus Musthofa
18 Oktober 2025
A A
Feodalisme Pondok Pesantren Mirip Kontroversi di Liga Inggris (Unsplash)

Feodalisme Pondok Pesantren Mirip Kontroversi di Liga Inggris (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Perdebatan tentang feodalisme di dalam pondok pesantren ini memang kontroversial. Narasi kontroversi di sini sama seperti perdebatan fans klub Liga Inggris. Sebagai santri yang ketika mondok lebih sering melompati pagar untuk menonton Arsenal ketimbang bermujahadah di sepertiga malam, saya menemukan kemiripan menarik.

Kedua ranah ini, meski tampak berbeda, mencerminkan dinamika serupa. Di sana ada loyalitas terhadap institusi, penolakan terhadap tuduhan negatif, dan pertanyaan kritis tentang kebenaran di balik kesuksesan atau harmoni yang tampak sempurna.

Kemarahan santri terhadap narasi feodalisme di pondok pesantren adalah respons yang wajar. Tuduhan bahwa pondok pesantren mempertahankan struktur feodal, di mana kiai memiliki kekuasaan mutlak dan santri berada dalam posisi subordinasi, sering dianggap sebagai serangan terhadap institusi yang mereka junjung. 

Bagi santri, pondok pesantren bukan sekadar tempat belajar. Pesantren adalah ruang spiritual yang sarat nilai-nilai seperti khidmah (pengabdian) dan tawadhu (kerendahan hati). Tuduhan feodalisme, dalam pandangan mereka, mengabaikan dimensi sakral hubungan guru-murid dan menyederhanakan tradisi yang kompleks.

Pondok pesantren dan kasus di Liga Inggris

Ekspresi kemarahan penghuni pondok pesantren ini mirip dengan reaksi fans klub di Liga Inggris. Misalnya, fans Liverpool meradang ketika dituduh menjadi juara Liga Inggris karena bantuan dari PGMOL (badan wasit Inggris). Atau, fans Manchester City yang marah atas tuduhan pelanggaran Financial Fair Play (FFP). 

Bagi fans Liga Inggris, tuduhan ini bukan hanya menyerang klub kesayangan mereka, tetapi juga identitas dan kebanggaan. Seperti santri, fans Liverpool dan City merasa bahwa narasi negatif ini tidak berdasar, terutama karena tuduhan-tuduhan tersebut belum terbukti secara hukum. 

Namun, di sisi lain, kejadian nyata di lapangan, seperti keputusan wasit yang kontroversial atau dominasi finansial City, membuat fans Liga Inggris yang logis meragukan. Apakah kesuksesan itu murni atau didukung oleh faktor eksternal yang tidak sepenuhnya adil. 

Begitu pula di pondok pesantren. Meski santri menolak label feodalisme, praktik seperti santri yang bekerja untuk kiai tanpa imbalan atau otoritas kiai yang nyaris absolut seringnya tampak seperti bukti ketimpangan kuasa.

Baca Juga:

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Purwokerto Tak Perlu Dipaksa Jadi Kota Santri, Membangun Pondok Bukan Sekadar Ambisi Dosen UIN

Dua hubungan

Dalam kasus ini, terdapat dua kubu yang berseberangan. Di pondok pesantren, santri dan pendukung tradisi menyebut hubungan dengan kiai sebagai khidmah, sebuah pengabdian spiritual yang dianggap mulia. 

Namun, bagi mereka yang menerapkan logika kritis, praktik ini bisa terlihat seperti feodalisme. Sebuah sistem di mana kiai, sebagai “tuan,” memiliki kuasa besar atas santri, yang berada dalam posisi bawahan. 

Contohnya, santri mungkin diminta melakukan tugas-tugas rumah tangga untuk kiai atau keluarganya. Yang terjadi, sering tanpa ruang untuk mempertanyakan, mirip dengan petani feodal yang bekerja untuk tuan tanah demi perlindungan.

Demikian pula, fans Manchester City menolak tuduhan bahwa kesuksesan klub mereka dibangun di atas pelanggaran FFP. Mereka menunjuk pada kejeniusan Pep Guardiola, strategi transfer yang cerdas dari board, dan kerja keras pemain sebagai penopang keberhasilan. 

Namun, fans klub Liga Inggris lainnya berargumen bahwa tanpa suntikan dana besar dari Sheikh Mansour, City tidak akan mampu mendominasi liga. Logika ini mirip dengan kritik terhadap pondok pesantren. Tanpa struktur hierarkis yang memberikan kiai otoritas besar, apakah pesantren masih bisa berfungsi seperti sekarang?

logika kritis juga harus diimbangi dengan pemahaman konteks. Dalam kasus pondok pesantren, penting untuk menghormati nilai-nilai spiritual yang mendasari khidmah, sambil tetap mempertanyakan apakah praktik tersebut selalu adil bagi santri. 

Kalau dalam kasus City, kita harus mengakui prestasi mereka di lapangan. Namun, kita juga harus mempertimbangkan sumber daya finansial yang besar membentuk kesuksesan mereka. 

Loyalitas, baik itu kepada pesantren atau klub sepak bola, sering membuat kita menutup mata terhadap kemungkinan ketimpangan. Namun, di sisi lain, logika kritis mengajak kita untuk melihat lebih jernih.

Penulis: Muhammad Yunus Musthofa

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Framing Busuk Trans7 ke Pesantren Lirboyo dengan Citra Perbudakan adalah Kebodohan yang Tidak Bisa Dimaafkan Begitu Saja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Oktober 2025 oleh

Tags: liga inggrisLirboyoLiverpoolmanchester cityPesantrenpesantren feodalPondok Pesantrensantri
Muhammad Yunus Musthofa

Muhammad Yunus Musthofa

Fans Arsenal yang melankolis.

ArtikelTerkait

7 Cara Santri agar Tidak Kehilangan Sandal di Pesantren

7 Cara Santri agar Tidak Kehilangan Sandal di Pesantren

7 Juni 2022
Kenapa Kekerasan di Pondok Pesantren Tak Mudah Viral seperti Kekerasan di Sekolah?

Kenapa Kekerasan di Pondok Pesantren Tak Mudah Viral seperti Kekerasan di Sekolah?

15 Oktober 2023
Sabun Pepaya: Murah yang Jadi Andalan Anak Pesantren Kayak Saya terminal mojok.co

Sabun Pepaya: Murah dan Jadi Andalan Anak Pesantren Kayak Saya

17 Desember 2020
Apa Betul Arsenal Bisa Hidup Tanpa Arsene Wenger? MOJOK.CO

Arsenal, Karyawan yang Dirumahkan, dan Serangan Tidak Berfaedah kepada Mesut Ozil

7 Agustus 2020
liverpool

Curahan Hati Seorang Pendukung Liverpool FC

7 Mei 2019
Asyiknya Ramadan dengan Ngaji Pasaran

Asyiknya Ramadan dengan Ngaji Pasaran

26 April 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

3 Spot Jogging di Kota Semarang yang Cocok untuk Pemula Mojok.co

3 Spot Jogging di Kota Semarang yang Cocok untuk Pemula

28 November 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih
  • Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.