Julukan Premier League sebagai liga paling kompetitif sedang diinjak-injak oleh pemain berusia 22 tahun yang berasal dari negara yang bahkan tidak diperhitungkan. Para penonton sekalian, sambutlah Erling Haaland.
Tak bisa dimungkiri, untuk saat ini, mungkin Haaland sudah berada pada tingkatan yang lebih dari jauh dibanding pemain seusianya. Bahkan, prediksi bahwa estafet rivalitas antara Ronaldo dan Messi akan dilanjutkan oleh Erling Haaland dan Kylian Mbappe saya pikir tidak lagi relevan. Ya benar, Haaland benar-benar jauh meninggalkan Mbappe dari segala sisi mulai dari etos kerja, profesionalisme, perkembangan diri, hingga attitude di lapangan. Saya merasa bahwa Haaland ini sebenarnya adalah sebuah mesin yang diciptakan untuk membuat pemain sepak bola yang memenuhi segala jenis aspek secara sempurna.
Statistik 16 gol dari 11 penampilan pada semua ajang bersama Manchester City menjadi buktinya. Manchester United menjadi korban terakhir Haaland di mana pada laga itu ia berhasil mencetak tiga gol dan dua assist untuk timnya. Statistik mencatat bahwa Haaland telah menciptakan tiga hattrick di Premier League. Kalian tidak salah dengar, tiga hattrick hanya dari 8 laga sejauh ini!
Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah siapa yang bisa menghentikan Erling Haaland?
Sebagai pemain, Haaland adalah sebuah paket lengkap. Ia memiliki badan tinggi besar, tapi cepat, eksplosif, dan tetap memiliki keseimbangan yang luar biasa. Kemampuan pergerakan tanpa bola dikombinasikan dengan tembakannya yang keras dan akurat merupakan tipikal striker yang ingin dimiliki setiap pelatih di dunia ini. Ia bisa mencetak gol dari segala skema mulai dari solo run, through pass, crossing, simple tap in, hingga tendangan jarak jauh.
Kemampuan dan potensinya yang di luar nalar semakin menjadi-jadi karena ia bergabung dengan tim yang sangat tepat, yaitu Manchester City. Tim ini diperkuat oleh pemain-pemain dengan kemampuan passing yang hebat sehingga Haaland semakin “dipermudah” jalannya untuk mencetak gol. Pemain-pemain seperti De Bruyne, Bernardo Silva, Gundogan, hingga Phil Foden dapat melakukan kombinasi umpan atau bahkan mengirimkan direct pass kepadanya secara langsung untuk menciptakan peluang.
Bisa dibilang pembelian Erling Haaland adalah keputusan yang sangat tepat karena menciptakan simbiosis mutualisme. Haaland mendapatkan tempat yang pas untuk berkembang dan The Citizens menemukan kepingan puzzle yang mereka cari selama ini.
Keluar dari aspek teknis bermain bola, Haaland juga memiliki perkembangan yang luar biasa dengan sikapnya di luar lapangan. Banyak pemain seumuran dirinya yang sedang mengalami fase bebal dan mementingkan ego. Salah satu yang disorot adalah Kylian Mbappe. Namun, Haaland kini malah menjadi sosok yang lebih dewasa dengan sikap profesional di dalam maupun luar lapangan. Ia hampir tidak pernah memperlihatkan gesture yang kurang pas entah itu lewat selebrasi hingga kelakuan indisipliner.
Wajar saja bila dirinya mampu beradaptasi dengan Premier League dengan cepat karena sikap tersebut. Fans yang mungkin dulunya menganggap liga ini sebagai liga paling kompetitif sepertinya perlu mengurungkan niatnya terlebih dahulu karena anak muda ini sedang membuat liga ini seperti liga petani. Bisa-bisanya ada seorang pemain yang tidak bisa berhenti mencetak gol dan hampir tak terbendung~
Dengan penampilan seperti itu, saya pikir Haaland bisa mulai diperhitungkan sebagai salah satu pemain terbaik di dunia dan bukan lagi pada level pemain muda lagi. Konsistensi mungkin masih menjadi hal yang dipertanyakan, tapi dengan apa yang ia miliki sekarang, plus dengan rekan yang dapat diandalkan, saya pikir ia akan semakin melejit.
Satu hal yang mungkin perlu dihindari darinya adalah mengeksploitasi dirinya secara berlebihan. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, Haaland adalah tipe pemain eksplosif. Tipe permainan seperti itu tentu sangat berisiko untuk jangka panjang karirnya. Ia perlu bermain dengan lebih cerdik mengandalkan kekuatan dan pergerakannya tanpa perlu terus-terusan bermain all out.
Pemain seperti Kaka dan Hazard menjadi bukti nyata bagaimana permainan eksplosif bisa menurunkan kualitas permainan saat umur emas mereka. Sebaliknya, perubahan gaya permainan Ronaldo dan Messi dapat menjadi bukti pula bahwa sepak bola tak selalu bertumpu pada satu orang saja. Perubahan gaya permainan Ronaldo dari winger skillful menjadi striker mesin gol, kemudian Messi dari pemain dribbler menjadi playmaker dapat memberikan sedikit gambaran bagaimana cara menyiasati batas fisik agar karier seorang pemain dapat bertahan lebih lama.
Namun, untuk musim ini sepertinya Erling Haaland akan menjadikan setiap tim di Premier League menjadi lumbung gol untuk dirinya. Setiap tim sepertinya perlu menemukan cara agar liga ini tak kehilangan titelnya sebagai liga kompetitif di dunia (katanya). Kalau liganya masih diobrak-abrik oleh anak yang baru semusim gabung, silakan fans Premier League segera cari alasan lain untuk fans La Liga, Serie A, dan Bundesliga~
Sumber gambar: Akun Instagram @erling.haaland
Penulis: Muhammad Iqbal Habiburrohim
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mbappe Atau Haaland, Siapa Yang Duluan Sabet Ballon D’or?