Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

Hamdan Basofi oleh Hamdan Basofi
14 Desember 2025
A A
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Sakit itu tidak enak. Lebih tidak enak lagi kalau sakit saat tanggal tua dan dompet sedang tipis-tipisnya. Maka, ketika badan mulai meriang dan kepala terasa seperti dipukuli warga sekampung, tujuanku cuma satu: Puskesmas.

Kenapa Puskesmas? Tentu saja karena saya punya kartu sakti berwarna hijau bernama BPJS Kesehatan. Gratis, Bos. Sebuah privilese yang harus saya manfaatkan demi kesehatan fiskal pribadi. 

Nah, pagi itu, dengan sisa tenaga yang ada, saya menyeret kaki ke Puskesmas terdekat. Saya mengambil nomor antrean dan memulai mengamati.

Misteri tensi digital Puskesmas yang selalu dicurigai

Sebelum bertemu dokter, ada ritual wajib di meja screening. Mulai dari timbang badan, ukur tinggi (yang sepertinya makin hari makin menyusut karena beban hidup), dan cek tekanan darah. Nah, di bagian cek tensi ini selalu ada hal menarik.

Puskesmas zaman sekarang sudah modern. Misalnya, sudah memakai tensimeter digital alias otomatis. Tinggal masukkan lengan, pencet tombol, dan ngwing-ngwing-ngwing, angka keluar. Tapi, entah kenapa, alat ini punya reputasi aneh di kalangan pasien.

“Alat ginian kadang nggak akurat, Mas. Kata teman saya yang istrinya perawat, mending yang dipompa manual. Kalau digital gini gerak dikit angkanya langsung ngawur,” celetuk bapak-bapak di sebelah saya dengan nada penuh konspirasi.

Saya manggut-manggut saja. Memang sih, tensimeter ini sensitif banget. Kita batuk sedikit, hasilnya bisa setara orang yang baru dikejar debt collector. 

Namun, ya mau bagaimana lagi? Kalau petugas Puskesmas harus memompa manual buat ratusan pasien BPJS tiap hari, bisa-bisa tangan mereka berotot sebelah. Saya harus terima tensimeter ini demi kecepatan.

Baca Juga:

3 Sisi Gelap Menjadi Apoteker di Apotek Pinggiran Jogja

Pengalaman Rawat Inap BPJS Kelas 3, Kenalan dengan Pasien Sekamar Berakhir Jadi Kawan

Ujian kesabaran di meja admin

Setelah lolos dari “jepitan” tensimeter, seorang petugas memanggil saya untuk masuk ke ruang pemeriksaan awal. Di sinilah puncak komedi tragis hari itu terjadi, yaitu saat sesi tanya jawab yang sekaligus menjadi sesi input data.

Saya duduk berhadapan dengan petugas. Pertanyaannya standar: “Sakit apa, Mas?” dan “Sudah sejak kapan?”. 

Saya menjawab dengan cepat dan lugas. Masalahnya, kecepatan bicara saya tidak sebanding dengan kecepatan jari si petugas Puskesmas dalam mengetik data di komputer.

Saya menyaksikan atraksi mengetik “sebelas jari” alias hanya dua jari telunjuk yang bertugas mematuk keyboard. Telunjuk kiri dan telunjuk kanan beradu di atas tombol dengan gerakan mematuk yang lambatnya minta ampun.

Tak… (jeda 2 detik)… Tak… (jeda lagi).

Parahnya, suara tombol backspace terdengar lebih sering daripada tombol huruf. Typo melulu! Mengetik kata “demam dan pusing kepala” saja butuh waktu yang cukup untuk saya merenungi dosa-dosa masa lalu. Rasanya gemas, ingin dan bilang, “Minggir, Pak, biar saya saja yang ngetik!”

Sistem di Puskesmas sudah canggih, tapi operatornya bikin sedih

Selesai sesi wawancara yang diiringi musik staccato keyboard itu, petugas Puskesmas bilang: “Silakan langsung tunggu di depan apotek ya, Mas.”

Si petugas tidak memberi saya kertas resep. Canggih, Bos. Katanya, data saya sudah terintegrasi. 

Begitu petugas menekan Enter (setelah bertarung melawan typo), data resep obat saya langsung meluncur via jaringan lokal ke komputer bagian farmasi. Sistemnya sudah SIMPUS (paperless), modern, dan sat-set.

Ya sudah. Saya berjalan gontai menuju ruang tunggu pengambilan obat. Di sini saya kembali menunggu.

Saat itulah saya sadar ironi yang sesungguhnya. Sistem pengiriman datanya ke farmasi memang secepat kilat. Tapi, alur yang seharusnya sat-set itu menjadi melambat di bagian hulu, atau di tangan petugas Puskesmas yang kesulitan mencari di mana letak huruf D atau E padahal deketan.

Darurat kemampuan mengetik 10 jari

Ini membawa saya pada sebuah perenungan serius. Di era digital ini, kenapa kemampuan mengetik 10 jari buta (touch typing) belum menjadi standar wajib kompetensi pegawai?

Jika satu pasien memakan waktu input data 3 menit hanya karena petugasnya gagap keyboard, dan ada 50 pasien sehari, itu sudah buang-buang waktu berjam-jam secara kumulatif. Kalau mereka bisa mengetik 10 jari, waktu input bisa dipangkas jadi 30 detik. Antrean lebih cepat, pasien tidak makin darah tinggi menunggu, dan obat bisa lebih cepat sampai ke tangan.

Ayolah, ini bukan soal skill premium. Ini skill dasar yang wajib dimiliki semua pekerja di depan komputer, baik di instansi pemerintah, kantoran, sampai Puskesmas.

Dan, petugas apotek akhirnya memanggil nama saya. Mendengar itu, saya beranjak, mendekat, menerima plastik obat, dan pulang membawa Paracetamol. 

Di kepala saya, suara tek… tek… backspace… tek… dari meja admin masih terngiang-ngiang semacam bikin trauma saja. Semoga cepat sembuh, bukan cuma buat badan saya ini, tapi juga buat skill mengetik para pelayan publik.

Penulis: Hamdan Basofi

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 4 Hal Menyebalkan saat Periksa di Puskesmas

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Desember 2025 oleh

Tags: apotekbpjsbpjs kesehatanParacetamolpetugas puskesmaspuskesmas
Hamdan Basofi

Hamdan Basofi

Peternak di Lumajang yang punya hobi menulis.

ArtikelTerkait

Di Mata Buruh Pabrik, Tapera Tidak Memberi Manfaat Nyata (Unsplash)

Di Mata Buruh Pabrik, Tapera Tidak Memberi Manfaat Nyata Dibanding Potongan Gaji Lainnya

8 Juni 2024
Puskesmas Desa Jangkar Bangkalan Madura Bobrok, Lebih Mirip Rumah Hantu daripada Layanan Kesehatan Mojok.co

Puskesmas Desa Jangkar Bangkalan Madura Bobrok, Lebih Mirip Rumah Hantu daripada Fasilitas Layanan Kesehatan

2 Agustus 2024
Paracetamol, Obat yang Aman tapi Juga “Bahaya” (Unsplash)

Paracetamol, Obat yang Aman tapi Juga “Bahaya”

14 Mei 2023
Bela Negara Itu Nggak Melulu Angkat Senjata dan Teriak NKRI Death Price, Rajin Olahraga dan Tidak Sakit Saja Itu Sudah Cukup!

Bela Negara Itu Nggak Melulu Angkat Senjata dan Teriak NKRI Death Price, Rajin Olahraga dan Tidak Sakit Saja Itu Sudah Cukup!

4 Juli 2023
Rawat Inap BPJS Kelas 3 Nggak Seburuk Bayangan Saya. Awalnya Terganggu Kelamaan Malah Jadi Akrab dengan Pasien Lain Mojok.co

Pengalaman Rawat Inap BPJS Kelas 3, Kenalan dengan Pasien Sekamar Berakhir Jadi Kawan

28 Mei 2025
Di Jogja, Apoteker Menderita Kalau Nggak Bisa Bahasa Inggris (Unsplash)

Penderitaan Apoteker yang Kerja di Jogja

4 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Jalan Panggung, Sisi Lain Surabaya yang Tidak Pernah Saya Duga Mojok.co

Jalan Panggung, Sisi Lain Surabaya yang Tidak Pernah Saya Duga

9 Desember 2025
Saya Bangga Setengah Mati Lahir dan Besar di Kebumen (Unsplash)

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

10 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget Ketika Hidup di Solo Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo

12 Desember 2025
3 Hal Soal Lamongan yang Jarang Dibahas Banyak Orang Mojok.co

3 Hal Soal Lamongan yang Jarang Dibahas Banyak Orang

9 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya
  • Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah
  • Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur
  • Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua
  • Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban
  • Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.