Meskipun tidak terkenal di kalangan bapak-bapak dan kaum pria muda, drama Crash Landing on You memiliki tempat di hati para perempuan, utamanya kaum ibu-ibu macam saya. Bahkan, para penggemar setianya membuat istilah CLOY Fever untuk mewakili perasaan gagal move on karena tak ada drama penggantinya yang lebih bagus.
Gejala CLOY Fever yang saya maksud terbukti tak hanya dirasakan oleh para penggemarnya. Drama ini juga membuat banyak pihak jadi panas dingin, baik dari pihak dalam negeri Korea Selatan maupun negeri tetangganya, yakni Korea Utara.
Setidaknya ada dua protes terhadap drama ini yang saya ketahui. Pertama, datang dari partai dalam negeri Korea Selatan yang menganggap bahwa cerita Korea Utara dalam drama ini terlalu humanis. Mereka beranggapan drama ini sudah mempropagandakan Korea Utara dengan nilai yang salah.
Kedua, datang dari negeri Korea Utara. Penggambaran negeri Korea Utara yang tertinggal, miskin, dan penuh korupsi, membuat mereka tersinggung. Mereka juga menganggap bahwa drama ini telah membelokkan makna komunis. Lucunya, fans penikmat drama ini juga kena amuk dan dicap tak bermoral. Padahal kan, ya, kita nggak ikut-ikutan buat ceritanya. Kita hanya hamba sahaya yang ingin menyegarkan mata dengan mengagumi keindahan makhluk ciptaan Tuhan di Korea Selatan yang bernama Hyun Bin.
Terlepas dari kontroversinya, drama Crash landing on You itu sendiri memiliki alur cerita dengan konflik yang sangat menarik. Latar tempatnya di Korea Utara menjadi salah satu daya pikat selain babang Hyun Bin yang entah kenapa bisa jadi ganteng banget dalam drama itu.
Inti cerita drama itu adalah perjuangan seorang pengusaha wanita untuk keluar dari Korea Utara menuju menuju kampung halamannya di Seoul. Untuk meraih usahanya itu, ia dibantu babang Hyun Bin, seorang tokoh perwira militer di Korea Utara yang sangat baik hati dan ganteng. Rintangan mulai datang ketika ada atasan Hyun Bin yang mengetahui identitas asli pengusaha wanita tersebut sebagai warga Korea Selatan.
Saya sendiri juga cukup terkejut dengan detail Korea Utara yang disajikan. Sebagai anggota komunitas emak-emak pengamat drama Korea, saya belum menemukan satu pun drama korea yang berani menampilkan begitu banyak latar tempat di Korea Utara dengan begitu niat dan menyeluruh.
Pemadaman listrik bergilir, desa perbatasan yang tertinggal, serta razia dadakan yang terus menerus dilakukan, menjadi salah satu penggambaran tentang negara Korea Utara. Adegan yang paling memorable adalah ketika babang Hyun Bin dan tokoh perempuan yang saya lupa namanya (kemampuan memori otak saya memang suka pilih-pilih gender) sedang menuju Pyongyang menggunakan kereta.
Di tengah jalan kereta itu mati karena pemadaman listrik selama sepuluh jam. Para penumpang, kecuali si tokoh perempuan yang berasal dari Korea Selatan, tak ada yang terkejut karena pemadaman listrik di sana adalah hal yang biasa. Perjalanan dua jam menuju ibukota akhirnya mereka tempuh dengan waktu seharian.
Tim produksi drama Crash Landing on You ini memiliki penasihat yang merupakan warga asli Korea Utara yang sudah melarikan diri dan menetap di Korea Selatan sejak tahun 2015. Lewat sang penasihat ini jugalah, deskripsi soal Korea Utara dibuat. Mulai dari model busana, musik, sampai gaya bicaranya.
Menurut para penasehat ini, semua yang ada di drama Crash Landing on You ini sudah merupakan gambaran nyata tentang keadaan di Korea Utara. Yang salah adalah penggambaran karakter babang Hyun Bin yang terlalu ganteng, karena di sana tak ada perwira militer yang seganteng itu.
Menurut saya sendiri, sisi Korea Utara digambarkan dengan cara yang baik, terlepas dari segala kemiskinan yang dipertontonkan. Ibu-ibu yang menjadi sahabat tokoh perempuan Korea Selatan selama berada di sana, digambarkan saling berempati satu sama lain dan menjalin hubungan sosial yang baik.
Dalam drama Crash Landing on You, wajah Hyun Bin menjadi salah satu ikon “apik” dalam mewakili tokoh dari negara Korea Utara yang selama ini hanya kita dengar berita seram-seramnya saja. Wajah Hyun Bin juga berhasil melepas stigma buruk soal negara komunis yang selalu kita pelajari dari SD.
Setidaknya, saya jadi memiliki pandangan bahwa rakyat di sana ya sama-sama manusia yang memiliki empati dan kebaikan hati. Setidaknya, saya jadi lebih sering bersyukur bahwa Indonesia dan Malaysia, meski sering tweet war, tapi masih bebas untuk saling berkunjung, saling berjabat tangan, dan saling jatuh cinta.
Jadi, tugas untuk WFH hari ini adalah berapa kali saya menuliskan kata ganteng dan Hyun Bin dalam satu artikel ini?
BACA JUGA Drama Korea Terfavorit 2019 atau tulisan Rian Andini lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.