Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Lulus S2 Nekat Jadi Dosen Swasta, Malah Nelangsa karena Gaji Seadanya dan Dipaksa Mengajar Mata Kuliah yang Bukan Bidangnya

Zakiya FR oleh Zakiya FR
24 Juni 2025
A A
Lulus S2 Nekat Jadi Dosen Swasta, Malah Nelangsa karena Gaji Seadanya dan Dipaksa Mengajar Mata Kuliah yang Bukan Bidangnya

Lulus S2 Nekat Jadi Dosen Swasta, Malah Nelangsa karena Gaji Seadanya dan Dipaksa Mengajar Mata Kuliah yang Bukan Bidangnya (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kirain jadi dosen di kampus swasta bakal membanggakan, ternyata nggak manusiawi…

Tujuan saya kuliah S2 memang untuk mengincar profesi dosen. Begitu pun dengan teman-teman satu kelas. Alhasil setelah lulus, kami langsung berburu loker dosen. Mulai dari melamar di kampus dekat rumah, cari info loker di Instagram, hingga mencoba daftar di kampus negeri kami lakukan.

Sebagai fresh graduate, semangat mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menjadi dosen tentu sedang membara. Apa pun rintangan yang ada di depan, pasti kami hadapi. Pokoknya yang penting jadi dosen dulu. Urusan harus menulis jurnal, mengabdi, membuat materi yang kece, hingga urusan gaji, bisa dipikir kalau sudah masuk kampus. Akhirnya, beberapa teman diterima menjadi dosen di kampus swasta dan merasa sangat bangga.

Akan tetapi kebanggaan tersebut hanya bertahan beberapa semester. Ternyata menjadi dosen swasta bikin puyeng kepala. Boro-boro sejahtera, yang ada malah nelangsa. Bukan hanya soal gajinya yang di bawah UMR, tapi ada sisi gelap lainnya yang jarang terungkap.

Gaji dosen swasta kecil habis terbabat ongkos PP

Seperti yang saya katakan di atas, lantaran ambisi menjadi dosen, diterima di mana pun tak jadi masalah bagi saya dan teman-teman. Maka saat beberapa teman saya diterima di luar kota, kesempatan tersebut langsung disikat. Sebagian dari mereka memilih PP alias pulang pergi, tapi ada juga yang memutuskan mengontrak.

Saya termasuk yang memilih PP. Setiap seminggu dua kali saya PP Surabaya-Lamongan dengan naik kereta commuter line. Harga tiketnya memang murah, tapi saya harus berangkat subuh dari rumah dan cosplay jadi peserta Ninja Warrior demi kebagian tempat duduk. Maklum, commuter line jurusan Surabaya-Lamongan yang berangkat tiap pukul 17.55 WIB selalu menjadi primadona penumpang meskipun kursinya terbatas.

Teman saya lainnya ada yang PP Bandung-Bogor. Ada juga yang PP dari Jogja-Purworejo. Keduanya juga lebih memilih naik kereta karena harga tiketnya yang murah.

Alasan kami memilih PP tentu karena gaji sebagai dosen swasta yang sangat minim. Bahkan gajinya sangat jauh dari UMR.

Baca Juga:

5 Kampus Bahasa Asing Terbaik di Indonesia yang Bisa Jadi Pilihan Lanjut Studi

Bersyukur Ditolak Kampus Negeri dan Nurut Jurusan Kuliah “Realistis” Pilihan Orang Tua di Kampus Swasta, Kini Sudah Dapat kerja

Gaji dosen swasta sangat bergantung dengan banyaknya jam mengajar. Jika seminggu kami hanya mengajar dua hari dan per harinya dibayar Rp100 ribu, berarti sebulan mungkin hanya dapat Rp800 ribu. Dengan gaji yang minim, tentu sangat sayang kalau harus dipakai untuk membayar kos. Selain karena sayang, gaji kami juga nggak cukup buat bayar kos dan biaya hidup di luar kota.

Meski berusaha menyiasatinya dengan PP, sebenarnya gaji Rp100 ribu per hari hanya menyisakan sedikit uang di dompet. Kalau berkaca dari kasus saya, untuk PP Lamongan-Surabaya dengan kereta memang hanya butuh Rp10 ribu. Tetapi jarak rumah saya ke stasiun lumayan jauh, sekitar 80 menit. Biasanya, per hari saya pasti isi bensin Pertamax Rp20 ribu.

Belum lagi buat uang makan siang selama di kampus dan beli camilan buat perjalanan. Habis sudah gaji Rp100 ribu itu. Ya paling hanya tersisa Rp40 ribu untuk ditabung. Benar-benar malang nasib dosen swasta ini.

Dipaksa mengajar mata kuliah yang bukan bidangnya

Selain gaji yang mengenaskan, kami (a.k.a dosen swasta) juga sering dipaksa untuk mengajar mata kuliah yang nggak relevan dengan rumpun keilmuan kami. Teman saya yang mengajar di Purworejo misalnya. Jelas-jelas dia merupakan lulusan Komunikasi Islam, eh, tapi malah disuruh mengajar mata kuliah Bahasa Arab.

Kata teman saya alasannya karena dia dulu lulusan pesantren. Lha, memangnya kalau lulusan pesantren auto jago bahasa Arab? Kan nggak, Bestie. Lagi pula level bahasa Arab untuk mahasiswa tentu berbeda dengan pelajar di sekolah, jadi nggak mungkin untuk mengajar bahasa Arab level dasar.

Untungnya teman saya ini berani menolak dengan sedikit ngeyel. Meskipun pihak kampus sempat memaksanya berkali-kali dengan berbagai alasan.

Sebenarnya paksaan untuk mengajar mata kuliah yang bukan bidangnya juga pernah saya alami waktu menjadi dosen swasta. Sebagai dosen baru yang belum berani memberontak, saya hanya bisa menerima dengan lapang dada. Pikir saya waktu itu, ketimbang nggak dapat mata kuliah dan dapat teguran atasan, ya sudah saya ambil saja.

Pada akhirnya saya justru mendapat mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dan Psikologi Manajemen. Dua mata kuliah itu membuat saya cukup kerepotan mempersiapkan materinya.

Mengajar mata kuliah yang bukan bidangnya pasti berdampak pada dosen dan mahasiswa. Dampak bagi dosen tentu menambah beban materi mengajar karena harus mempelajari sesuatu yang baru. Mengajar pun menjadi nggak optimal karena kurangnya kematangan keilmuan.

Ibaratnya, seseorang akan mengajar berenang tapi dia nggak bisa berenang dan baru belajar juga. Sementara bagi mahasiswa, dampaknya adalah mereka akan menerima materi yang belum matang karena penjelasan dosen apa adanya.

Tak sedikit yang memilih mundur

Melihat dua sisi gelap menjadi dosen swasta, akhirnya ada beberapa teman yang memilih mundur. Begitu juga dengan saya. Alasannya sudah jelas, kami nggak kuat dengan beban fisik dan pikiran yang benar-benar menyiksa.

Gaji kami habis untuk biaya transport, bayar kos, dan juga biaya hidup di perantauan. Belum lagi beban mengajar yang nggak masuk akal. Kuliah jurusan apa, disuruhnya mengajar apa. Sangat nggak manusiawi. Maka tak sedikit dosen swasta yang memilih mundur dan mencari penghidupan lain.

Pada akhirnya, semangat membara semasa kuliah S2 untuk jadi dosen harus pupus karena terbentur realitas. Kamu masih berminat menjadi dosen swasta? Silakan mencoba, dan semoga beruntung.

Penulis: Zakiya FR
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Menjadi Dosen Muda Tak Seindah Konten di TikTok!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Juni 2025 oleh

Tags: dosen swastakampus swasta
Zakiya FR

Zakiya FR

IRT. Penulis blog. Pecinta buku @zakiyar_rahma

ArtikelTerkait

5 Stereotipe yang Saya Dapatkan sebagai Mahasiswa S2 di Universitas Trisakti, Salah Satunya Dicap Aktivis Gemar Demo

5 Stereotipe yang Saya Dapatkan sebagai Mahasiswa S2 di Universitas Trisakti, Salah Satunya Dicap Aktivis Gemar Demo

25 September 2025
Siapa Bilang Kuliah di Kampus Swasta Masa Depannya Suram? Yang Suram Itu Pemikiranmu!

Siapa Bilang Kuliah di Kampus Swasta Masa Depannya Suram? Yang Suram Itu Pemikiranmu!

6 Desember 2023
5 Kampus Swasta di Malang yang Nggak Terlalu Terkenal tapi Mutunya Nggak Kaleng-Kaleng  

5 Kampus Swasta di Malang yang Nggak Terlalu Terkenal tapi Mutunya Nggak Kaleng-Kaleng  

24 Juli 2025
Belajar Sabar Layaknya Nadiem Makarim POP muhammadiyah NU setuju sampoerna terminal mojok.co

Pak Nadiem kok Cuma Ngurusin Mahasiswa Kampus Negeri aja sih, yang Swasta Kapan?

11 Juni 2020
Bersyukur Ditolak Kampus Negeri dan Nurut Jurusan Kuliah “Realistis” Pilihan Orang Tua di Kampus Swasta, Kini Sudah Dapat Kerja Mojok.co

Bersyukur Ditolak Kampus Negeri dan Nurut Jurusan Kuliah “Realistis” Pilihan Orang Tua di Kampus Swasta, Kini Sudah Dapat kerja

26 September 2025
5 Kampus Swasta di Surabaya yang Mutunya Pasti Terjaga, Tak Perlu Ragu!

5 Kampus Swasta di Surabaya yang Mutunya Pasti Terjaga, Tak Perlu Ragu!

26 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.