Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Dosa Warga Pekalongan Bikin Bahaya Tenggelam Makin Dekat

Sofarul Wildan Akhmad oleh Sofarul Wildan Akhmad
7 Februari 2023
A A
Dosa Warga Pekalongan Bikin Bahaya Tenggelam Makin Dekat (Unsplash)

Dosa Warga Pekalongan Bikin Bahaya Tenggelam Makin Dekat (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Pekalongan mempunyai banyak hal-hal indah dan luar biasa. Kita sama-sama mengenalnya sebagai pusat penghasil batik, pernah menyandang predikat pembangungan terbaik, mempunyai potensi besar di sektor perikanan dan perdagangan, dan sederet hal-hal indah lainnya.

Namun, terkadang, hal-hal indah di atas menutup sebuah bahaya yang sebetulnya sangat mengancam. Pada 2022, CNN pernah merilis sebuah berita terkait Pekalongan. CNN menulis bahwa pada 2035 nanti, sekitar 90 persen wilayah Kota Pekalongan akan tenggelam.

Analisis terkait bahaya tersebut sudah dibuat sejak lama. Ciri-cirinya, antara 2008 sampai 2013, suhu di Pekalongan meningkat. Selain itu, bajir rob mulai terjadi. Hal ini momok bagi generasi penerus di sana.

Healing di gunung sampah sambil nonton abrasi pantai

Mari kita menepikan ancaman Kota Pekalongan yang akan tenggelam pada 2035. Kita wajib menengok ke masalah besar yang seharusnya sudah menjadi keprihatinan bersama. 

Masyarakat Kota Pekalongan tentunya sudah tidak asing dengan lokasi ini. Ketika melintas di lokasi ini, kita harus mendongak lantaran tingginya yang semakin menjulang. Lokasi yang saya maksud adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang bertempatkan di daerah Degayu, Kota Pekalongan. 

Saking terkenalnya, saya menyarankan TPA Degayu untuk menjadi lokasi wisata. Yah, hitung-hitung healing ekonomis. Tempat ini “indah sekali”, lho. Kapan lagi kita bisa melihat gunungan sampah yang berada dekat pantai. Lucunya, air laut sudah semakin menggerogoti pantai tersebut tapi didiamkan saja. Indah sekali abrasi yang terjadi, ya.

Sampah yang mengancam Kota Pekalongan

Nah, sekarang, saatnya pembaca tahu dari mana, berapa jumlah sampah tiap harinya, dan dampaknya untuk Kota Pekalongan. Saya menemukan sebuah berita yang menarik dari MTV Jateng.

Mereka melaporkan bahwa di balik “megahnya” gunung sampah tersebut, terdapat sekitar 150 ton sampah yang dihasilkan masyarakat Pekalongan setiap harinya. Jumlah tersebut membuat pemerintah daerah harus memaksimalkan keberadaan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) di masing-masing kelurahan. 

Baca Juga:

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

Alih-alih menjadi solusi, ehh malah menambah masalah. Keberadaan TPS 3R di berbagai kelurahan tidak berfungsi secara maksimal. Beberapa masalah muncul dan jangan salah, ada “dosa” masyarakat Pekalongan di sana. 

Masalah yang saya maksud adalah langsung membuang sampah ke TPA Degayu tanpa diolah terlebih dahulu. Selain itu, tidak terlihat ada petugas pemilah sampah. 

Ada 22 TPS 3R yang ada di Kota Pekalongan. Tentu ini bukan jumlah yang sedikit sebenarnya untuk wilayah kota yang secara administratif relatif kecil daerahnya dibandingkan dengan daerah lain.

Dosa warga Kota Pekalongan

Sebagai warga asli Kota Pekalongan, yang tidak terhindar dari “dosa” ini, saya merasa sangat prihatin dan bersalah. Jika menengok ke lapangan, imbauan seperti “Jagalah Kebersihan”, “Peringatan Dilarang Keras Buang Sampah”, atau kalimat baru yang saya temui yang berbunyi “Barang Siapa Membuang Sampah Di Sini Akan Diviralkan dan Dapat Sanksi” tidak ada mujarabnya.

Kalimat-kalimat di atas biasanya dipasang persis di pinggir jalan atau sungai sebuah area yang diharapkan bebas sampah. Namun, apa yang terjadi? Tetap saja sampah itu bergeletakan manja di bawah papan imbauan itu. 

Limbah batik

Selain masalah sampah, “dosa” warga Kota Pekalongan lainnya adalah perkara limbah batik. Air sungai jadi kotor dan terlihat kumuh itu salah siapa? Masak salah warga kota lain?

Sekali lagi, masalah ini menjadi indikasi bahwa imbauan dari pemerintah kota atau sesama warga bukan sesuatu yang wajib diresapi. Entah karena apa, tapi yang saya rasakan sebagai warga Pekalongan, masyarakatnya cukup ngeyelan, sak karepe dewe, dan yang paling nyeleneh lagi kalau dinasihati malah balik menasihati.

Rasa-rasanya warga itu suka sekali dengan kondisi kumuh dan tidak sehat. Beberapa dari mereka enggak memikirkan masalah lingkungan. Padahal, tindakan kecil yang menumpuk selama bertahun-tahun pada akhirnya melahirkan masalah yang lebih besar, yaitu ancaman tenggelam pada 2035. 

Apa warga Kota Pekalongan nggak merasa ngeri? Sekarang itu sudah 2023. Artinya, tinggal 12 tahun lagi menuju tenggelam di 2035. Ingat, 12 itu masa yang pendek banget untuk mengatasi masalah lingkungan.

Harus ada kolaborasi

Iya, saya memahami bahwa untuk mengatasi masalah besar tidak bisa kita memasrahkan semuanya ke Pemkot Pekalongan. Hal yang sama berlaku juga untuk masyarakatnya. Harus ada kolaborasi di antara kedua unsur pembangun kota ini.

Pemkot bisa menerjemahkan imbauan menjadi kebijakan yang konkret. Susunlah solusi yang bisa diharap oleh warga dengan mudah. Sementara itu, warga juga harus sadar bahwa masalah lingkungan itu seperti bom waktu. Bisa jadi bukan angkatan kita yang merasakan dampaknya, tapi anak dan cucu di masa depan. Masalahnya, ancaman tenggelam itu 12 tahun lagi dan bisa saja itu masih menjadi masalah kita.

Tanpa adanya kesadaran untuk berkolaborasi, maka tidak akan ada perubahan berarti. Ya siap-siap saja kita hidup di atas rumah panggung, di atas air laut yang menenggelamkan 90 persen wilayah Kota Pekalongan. 

Penulis: Sofarul Wildan Akhmad

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Tanggul di Pesisir Pekalongan: Bukti Mitigasi Bencana yang Ngaco

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 7 Februari 2023 oleh

Tags: jawa tengahkota batikKota Pekalonganpekalonganpekalongan tenggelam
Sofarul Wildan Akhmad

Sofarul Wildan Akhmad

Masyarakat urban yang gaya hidupnya ala perkampungan.

ArtikelTerkait

Stop Bertanya Ngapak ya? ke Semua Orang yang Mengaku Berasal dari Cilacap. Ngapak Bukan Satu-satunya Identitas yang Dimiliki Cilacap!

Stop Bertanya “Ngapak ya?” ke Semua Orang yang Mengaku Berasal dari Cilacap. Ngapak Bukan Satu-satunya Identitas yang Dimiliki Cilacap!

8 Agustus 2023
Loji Papak Boyolali yang Tersembunyi, Indah, Sekaligus Mencekam (Unsplash)

Loji Papak: Rahasia Kekayaan Sejarah Boyolali yang Mampu Memacu Nyali dan Adrenalin Pengunjung karena Aura Mistisnya

11 Februari 2024
Bumiayu, Daerah Terbaik untuk Ditinggali di Brebes Jawa Tengah Mojok.co

Bumiayu, Daerah Terbaik untuk Ditinggali di Brebes Jawa Tengah

12 Desember 2023
Warga Purbalingga Nggak Usah Jauh-jauh ke Purwokerto untuk Belanja ke Mall karena Ada ABC Swalayan yang Bisa Diandalkan

Warga Purbalingga Nggak Usah Jauh-jauh ke Purwokerto untuk Belanja ke Mall karena Ada ABC Swalayan yang Bisa Diandalkan

24 Februari 2024
Jalan di Kota Pekalongan yang Sebaiknya Tidak Dilewati Jelang Buka Puasa

Jalan di Kota Pekalongan yang Sebaiknya Tidak Dilewati Jelang Buka Puasa

16 April 2023
8 Kosakata Bahasa Jawa Orang Grobogan yang Nggak Dimengerti Orang Kudus, padahal Wilayahnya Tetanggaan

8 Kosakata Bahasa Jawa Orang Grobogan yang Nggak Dimengerti Orang Kudus, padahal Wilayahnya Tetanggaan

10 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.