Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Di Mana Kemanusiaan, Kalau Banjir Saja Sempat-sempatnya Dipolitisasi?

Kevin Ng oleh Kevin Ng
5 Januari 2020
A A
Di Mana Kemanusiaan, Kalau Banjir Saja Sempat-sempatnya Dipolitisasi?
Share on FacebookShare on Twitter

Bencana banjir melanda daerah Jabodetabek. Masyarakat sedang gusar, dan kegiataan sehari-hari lumpuh bagi yang terkena dampaknya. Para pengamat dan intelektual mulai berbicara, kemudian membicarakan siapa yang salah. Dengan mudah mereka mengeluarkan semua solusi-solusi ajaib, yang bahkan sampai sekarang tidak dapat direalisasikan. Politikus mulai saling menuduh, dan fanatisme terhadap tokoh politik menguat.

Saya merasa risih sekali ketika banyak warga yang sedang kesusahan dan membutuhkan pertolongan, tetapi penguasa malah berbicara siapa yang pantas disalahkan. Dengan mudah pula mereka mengatakan frasa-frasa, “Kalau dia menjabat, pasti semua beres” atau “Ini merupakan janji presiden.” Mempolitiasasi bencana serta meromantisasi para korban bencana demi tujuan politik tidak bisa disepakati. Saya bukan pendukung Anies, Ahok, Jokowi, Prabowo, dan elit politik mana pun. Bagi saya mereka masing-masing memiliki dosa-dosanya sendiri. Rakyat hanya sekadar komoditas suara ketika pemilu sudah dekat.

Bencana Tidak Memandang Politik

Banjir tak kenal politik. Apa yang diharapkan dari bencana sudah pasti penyelesaiannya. Ini tidak terlihat dalam masalah banjir di Indonesia sekarang. Politikus sekadar mencari simpati dan saling menyalahkan. Bagi beberapa politikus, ini menjadi momentum untuk menjatuhkan lawan politiknya. Yang sebenarnya bertanggung jawab mulai mencari jalan keluar dengan dalih sepele. Barangkali bagi mereka bencana kali ini merupakan kesempatan untuk saling menghujat.

Kita sudah lupa bahwa Indonesia menerapkan sistem demokrasi. Saya mendengar perbincangan banyak orang bahwa permasalahan banjir ini dapat diselesaikan apabila tokoh politik tertentu menjabat. Sebegitu politisnya masyarakat Indonesia sekarang, sampai semuanya dikaitkan dengan politik. Tetapi mereka tidak sadar bahwa penokohan dapat mengakibatkan abuse of power. Sepertinya pemerintah sudah berhasil menerapkan doktrin stabilitas ekonominya.

Bagi pro-Ahok, banjir di Jakarta dapat diselesaikan oleh seorang Ahok. Bagi pro-Anies, masalah banjir tidak sepenuhnya merupakan tanggung jawabnya. Kemudian bagi pro-Jokowi, sebaiknya Jokowi langsung turun tangan menyelesaikan masalah ini, lalu memecat Anies sebagai gubernur. Dalam kebisingan ini, korban bencana meminta tolong karena banjir tak kunjung surut.

Letak kemanusiaan pada masalah kebanjiran ini sebatas pandangan politik perseorangan. Kita takut menjadi korban bencana, dan ketika tidak menjadi korban bencana maka bisinglah kita mempermasalahkan masalah itu. Di mana lagi rasa khawatir kita saat ini? Tidak ada apabila kita tidak merasakan bencana itu sendiri

Kemunafikan di Atas Kemanusiaan

Bantuan demi bantuan turut datang kepada korban bencana. Saya bisa katakan bahwa itu merupakan suatu perbuatan mulia. Namun kita dapat melihat juga bagaimana perbuatan yang seharusnya mulia itu dipolitisasi. Banyak sekali oknum-oknum turun ke lapangan, lalu perbuatan mereka dijepret oleh kamera. Pencitraan terjadi dan atas nama agenda ormas, partai, dan golongan mereka membantu para korban.

Saya tidak menyalahkan oknum tertentu untuk membantu para korban bencana. Namun rasanya tidak etis apabila kita mencari simpati banyak orang untuk mencari perhatian. Lagipula membantu manusia tidak butuh nama ormas atau ideologi tertentu. Kita memang senang sekali mencari perhatian banyak orang dan mau dianggap sebagai “orang baik”. Memang banyak orang-orang mulia yang membantu dan secara spontan direkam perbuatannya, namun seringkali kejadian itu dipolitiasi juga.

Baca Juga:

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

Boleh dikatakan untuk menolong orang saat ini membutuhkan saksi, agar dapat diwartakan kebaikannya. Tidak dimungkiri lagi pencitraan sudah di atas kemanusiaan. Betapa senangnya kita dianggap sebagai juru selamat, dipuja bagaikan malaikat penyelamat. Tidak ada yang tahu kata hati seseorang, dan pandangan orang pun dapat mudah berubah.

Belakangan seorang komedian berkomentar soal masalah banjir. Ia lalu dihujat karena dianggap tak etis membuat lelucon atas penderitaan orang banyak. Saya ingat betul ia sering memakai kaos “Humanity above Religion”. Bagi saya itu merupakan kalimat yang dalam maknanya. Tetapi sebegitu mudahnya pula ia membuat lelucon akan bencana. Maka landasan filosofi seseorang dapat goyah dengan mudah.

Bisa ditarik kesimpulan kalau memang banyak sekali orang yang mencari untung dari kejadian ini. Dengan begini, kebanyakan orang sudah bersikap bak elit politik yang seringnya berdalih. Naas sekali. Padahal kita tak perlu menjadi politikus untuk politis. Kalau sudah begini, siapa yang akan membantu para korban yang meminta tolong? Politik atau kemanusiaan?

BACA JUGA Satu Cerita dari Evakuasi Banjir Tangerang atau tulisan Kevin Ng lainnya. Follow Twitter Kevin Ng.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Januari 2020 oleh

Tags: ahokAniesbanjirJokowi
Kevin Ng

Kevin Ng

Indonesian student at University of Western Australia and sometimes becomes a citizen of the world.

ArtikelTerkait

Harapan untuk Pak Ahok Sebagai Bos Pertamina Bila Ingin Bantu Kurangi Macet Jakarta

Harapan untuk Pak Ahok Sebagai Bos Pertamina Bila Ingin Bantu Kurangi Macet Jakarta

16 November 2019
Dear Mas Erwin, Sejak Dulu Pemberitaan Kita Memang Jakartasentris, Kok!

Dear Mas Erwin, Sejak Dulu Pemberitaan Kita Memang Jakartasentris, Kok!

1 Maret 2020
Asyik Juga Diskusi Politik di Atas Jok Motor Ojek Online

Asyik Juga Diskusi Politik di Atas Jok Motor Ojek Online

1 Desember 2019
Surabaya Selepas Hujan Tak Lagi Seindah Video Orang-orang, Hanya Tinggal Banjir dan Macet di Jalan

Surabaya Selepas Hujan Tak Lagi Seindah Video Orang-orang, Hanya Tinggal Banjir dan Macet di Jalan

6 Maret 2024
motor honda astrea 800 Pol espargaro Honda scoopy Honda CT125 Honda CRF honda beat street motor matik MOJOK.CO honda c70

Honda CT125, Motor yang Cocok untuk para Kurir

9 September 2020
Jokowi kaget, Yang Jokowi Maksud dengan “Memerintah Tanpa Beban”

Yang Jokowi Maksud dengan “Memerintah Tanpa Beban”

30 November 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.